:: Terima Kasih

40 6 0
                                    






















::

Ting!

Bunyi lonceng yang berada di atas pintu cafe menyambut Fajar. Ia memilih duduk di bangku dekat pintu, tas laptopnya ia simpan di meja.

"Permisi, pesan apa kak?"

Seorang pelayan dengan baju Pink-putih menghampiri mejanya, lengkap dengan note dan pensil di tangannya.

"Espresso" Fajar menyampaikan pesanannya seraya tersenyum.

Pelayan itu menuliskannya, lalu kembali mendongak, "Itu aja, kak?"

Fajar berpikir sejenak, "Roti bakar mesesnya sekalian"

"Baik kak, di tunggu ya"

Fajar mengangguk. Pelayan itu melangkah pergi menyiapkan secangkir espresso dan roti bakar.

Lelaki berumur 22 tahun itu membuka laptopnya, kembali mengetikan naskah yang sisa beberapa halaman lagi selesai. Namun, otaknya sedang tidak ingin bekerja sama, ia kena writer block. Kalau bahasa kasarnya buntu.

Beberapa menit kemudian, pesanannya pun datang.

"Secangkir espresso dan roti bakar"

Namun ia belum juga mendapatkan ide untuk menyelesaikan konflik dari ceritanya itu.

Gadis yang memberikan pesanannya terdiam memperhatikannya, sadar di perhatikan ia pun mendongak.

"Ah iya, terima kasih"

Gadis tersenyum spontan tersenyum, "Ada yang bisa dibantu, kak?" tanyanya.

Fajar terdiam.

Ada apa seorang karyawan dengan keponya menanyakan perihal dirinya?

"Tidak ada, terima kasih sebelumnya"

Gadis tersebut hendak pergi, namun sebuah buku dengan sampul hitam menarik perhatiannya.

"Kakak membacanya?"

Matanya berbinar, senyumnya kian melebar, menatap si laki-laki yang semakin bingung.

"Y-ya..?"

Sungguh, ada apa dengan gadis di depannya ini.

"Aku juga membacanya"

Sayang sekali aku tidak bertanya.

"Alurnya sangat bagus, si berandalan yang jatuh hati pada gadis yang bercita-cita sebagai produser. Sayangnya mereka tidak bersama sebab Ay-"

"Hey!"

Gadis itu berhenti mengoceh.

"Aku belum selesai membacanya"

"Ah, maafkan aku"

Gadis itu menggigit bibirnya, merasa bahwa pelanggannya terganggu, ia hendak melangkah pergi.

Namun sebuah suara mengintrupsinya.

"Mau kemana?"

"Kembali bekerja"

Fajar ber-oh tanpa suara, sedetik kemudian ekspresinya berganti gelisah, ada yang ingin ia sampaikan tapi tidak tahu apakah gadis di depannya akan menerima atau tidak.

"Ada apa, kak? Ada yang bisa diban-"

"Itu err..."

"Hm?"

Gadis itu menunggu kalimat yang akan diucapkan si laki-laki.

"Kamu, suka baca novel?"

Raut bingungnya berganti menjadi ceria, dengan semangat ia menjawab, "Yup"

Epiphany-Where stories live. Discover now