Mbak Una.......... tidak mengerti aku

8 0 0
                                    

Senin,Una : " ehem

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Senin,
Una : " ehem. Lg ngapain Din ? "
Dini : " hehe "
Sanu : " gimana gimana. Mau belajar keyboard ? Ayo "
Sanu datang kemudian menawari Dini dan Una yang tengah asal memain-mainkan keyboard
Dini hanya tersenyum, Una pergi ke bagian vocal.
Tinggal Dini dan Sanu.
Anak-anak lain memainkan alat musik yg dipegang masing-masing. Sanu memainkan keyboard mengiringi Una yang bernyanyi, sembari menjelaskan pada Dini kunci-kunci keyboard yang dimainkan.
*
Siang, kelas musik.
Una : " aku tau kamu lagi seneng "
Dini hanya tersenyum
Una : " kamu beneran suka sama Kak Sanu, Din ? Kamu tau Musa ? "
Dini : " kakak kelas kita yang selalu paralel satu itu ? "
Una : " iya, dia adeknya Kak Sanu "
Dini : " oh... Adek kakak pinter semua ya mbak "
Una : " iya, besok ada acara di rumah undang Kak Sanu kerumah aja "
Dini : " gimana cara ngomongnya ? "
Una : " hah ? Ya ngomong biasa aja kaya kamu ngundang temen-temen yang lain buat dateng kerumah. Lha gimana ? "
Dini : " tapi aku kan grogi "
Una : " Dini..... Kamu serius masih suka Kak Sanu ? Selama satu tahun lebih kamu cuma gini-gini aja dan masih nyimpen perasaan itu untuk Kak Sanu ? "
Dini hanya tersenyum
Una : " wahh hmm kamu "
Una mencoba mengelak bahwa Dini masih menyukai Sanu semenjak mereka kelas satu
*
Setengah tujuh pagi Dini sampai di rumah Una,
Dini : " Mbak Una.... Buk mbak Una belum berangkat ? "
Tanya Dini pada ibu Una yang berada di teras rumah
Ibu Una : " belum Din, masih di kamar "
Dini langsung menuju dan masuk ke kamar Una
Dini : " Mbak. Masih dandan ya ? Wah ini boyband SMASH ya. Ini Morgan ini Rafael "
Una : " paling ganteng itu Dicky "
Dini menunggu Una berdandan kemudian melihat poster boyband SMASH di dinding kamar Una.
Una : " tumben kamu cepet datengnya "
Dini : " he'em " jawab Dini singkat. " Mbak boleh nitip surat ga ? "
Una : " buat ? Surat apaan ? "
Dini : " Mas Sanu "
Una : " uluh-uluh Dini. Kamu beneran selama ini suka sama Kak Sanu ? "
Una selalu mengulang pertanyaan itu berkali-kali seakan tidak mempercayai Dini.
Dini : " nitip ya mbak. Tapi jangan buka ya. Awas "
Una : " Dini..... Yaudah sini "
*
Senin, kelas musik
Dini : " Mas Sanu "
Dini mendekati Sanu yang tengah menyiapkan peralatan untuk latihan
Sanu : " ya dek ? Gimana mau latihan keyboard lagi ? " Jawab Sanu lembut dan tersenyum. Iyaaa.....  Itulah yang membuat Dini semakin menyukai Sanu. Laki-laki yang rajin sholat, lembut berbicara, selalu dan penuh senyum.
Dini sedikit gugup, tapi ia tetap melanjutkan apa yang ingin disampaikan kepada Sanu
Dini : " minggu depan ada acara di desa kami Mas, dateng ya "
Sanu : " ya ? Acara apa dek ? "
Dini : " syukuran desa mas "
Sanu : " emm... Inshaallah ga janji yaa... " Jawab Sanu lembut dan sedikit membuat Dini kecewa
Dini : " iya mas " balas Dini dengan tetap tersenyum
Latihan dimulai
Kali ini vokal perempuan bertambah satu, menjadi tiga. Una, Dini dan Nadin. Dini yang awalnya tidak serius ingin ikut kelas ini terbawa menjadi backing vokal.
Dini : " mbak kemarin suratnya udah kamu kasih ? "
Una : " enggak Din. Hehe "
Dini : " kog ga kamu kasihin sih mbak. Ih aku udah mati kutu tadi "
Una : " iyaa maaf.... Aku uda baca isi suratnya, Dini... "
Dini : " mbak Una kog kamu baca sih ! "
Una : " Dini.... Aku ga setuju kamu suka sama Kak Sanu. Aku gamau kamu ngedeketin dia "
Dini diam, dia kesal
Dini : " udah ah sini suratnya "
Dini marah bukan karena Una tidak setuju Dini menyukai Sanu tapi hanya karena malu dengan isi suratnya yang dibaca oleh Una
Una : " Din. Marah ya "
Dini : " pulang yuk mbak. Tadi aku uda ngomong sama mas Sanu, minta dia dateng kerumah pas acara besok "
Una : " serius Din ? "
Dini : " iya "
Una : " Din, aku boleh nitip surat ga ? Tapi jangan baca ya ! "
Dini melirik Una, dia masih merasa kesal karena membaca suratnya tanpa memberikannya pada Sanu. Sekarang malah balik nitip surat.
Dini : " apaan "
Una : " buat Ali "
Dini : " laki-laki yang duduk di bangku belakangku ? Sejak kapan kamu kenal dia ? "
Una : " ih Dini..... Gajadi ah gajadi deh. Pasti nanti kamu buka-buka suratku "
Dini : " ih kamu yang buka-buka suratku juga. Dasar. Belum juga suratnya kamu kasih ke aku "
Una : " hehehehe "
*
Minggu, rumah Dini.
Dini menyiapkan berbagai sajian makanan untuk tamu yang datang kerumahnya. Biasanya dia pergi bersama teman-temannya untuk berkelilingi menonton hiburan-hiburan yang ada di lapangan desa. Kali itu pertama dia berdiam dirumah menunggu tamu, menunggu Sanu.
Sanu tiba bersama satu laki-laki lain yang tidak dikenal Dini sebelumnya.
Sanu : " assalamu'alaikum "
Rendi : " assalamu'alaikum "
Dini : " waalaikumsalam. Silakan masuk mas "
Dini mempersilahkan mereka masuk kedalam rumah
Sanu : " aku bawa temen dek, ini temenku namanya Rendi "
Dini : " iya mas " Dini mengangguk dan tersenyum
Rendi : " Rendi " Rendi menyalami tangan Dini
Dini : " Dini mas " balas Dini kemudian mereka semua duduk. " Tetangga ya mas ? " Tanya Dini
Sanu : " iya dek, tetangga dan temen seangkatan juga "
Dini : " oh hehehe "
Sanu : " dek, rumahnya Una sebelah mana ? "
Dini : " Rumah depan sana mas, jauh sebelum masuk sini. Mau aku anter kerumah mbak Una ? "
Sanu : " oh gausah"
Dini : " hehe " tertawa Dini canggung
Sanu : " oiya dek, kamu gaada nomer hape ? Minta nomer kamu ya. Nanti kita smsan aja kalau ada perlu apa-apa biar gampang "
Dini : " oh iya mas ada, sebentar aku ambil dulu hapenya. Soalnya aku ga hafal nomorku "
Dini mengambil hapenya, mencatat nomernya dan memberikan pada Sanu
Dini : " ini mas "
Sanu : " makasi dek "
Dini : " sama-sama mas "
Lama mereka ngobrol tentang musik dan ujian kenaikan kelas.
Sanu : " dek, aku pamit dulu ya. Ini Rendi mau ada acaranya soalnya "
Dini : " iya mas, makasi mas Sanu mas Rendi udah mau dateng kerumah "
Sanu : " sama-sama dek. Balik dulu ya. Assalamualaikum "
Rendi : " makasi ya suguhannya. Assalamualaikum "
Dini : " sama-sama mas Rendi. Ati-ati ya. Waalaikumsalam "
Dini membereskan piring-piring sajian. Kemudian dia pergi bersama teman-teman tetangganya. Dia merasa senang dan bersemangat sore itu. Ketika pulang dia mengecheck hapenya mana tau Sanu mengirim pesan. Menjelang malam dia masih menunggu dan sering mengecheck hapenya. Hingga dia tertidur dan pagi masih tidak ada pesan masuk dari Sanu.
*
Siang hari sekolah sangat sepi, siswa siswi murid lainnya banyak yang pulang banyak juga yg masih berkumpul dan bermain. Dini sendirian, semenjak hari Sanu datang kerumahnya, mereka sudah jarang bertemu
Dini masih menunggu dan terus memperhatikan hapenya
Una : " Dini sini ! "
Teriak Una dari jauh bersama gerombolan teman-temannya yang lain. Tapi Dini menolak, dia menggelengkan kepalanya sebagai isyarat. Dia hanya berdiri di samping kelas, kemudian melihat ada Devi di bawah pohon lalu mendatanginya.
Dini : " Dev lagi apa ? "
Devi : " Bengong Din, kog kamu sendirian. Belum pulang ? "
Hape Dini berbunyi, telefon masuk dari nomor tidak dikenal. Dini mengangkatnya
Dini : " halo ". " halo juga " , sahut suara laki-laki dari nomor itu
Dini : " Ini siapa ? ". " Budi. Ini Dini ya ? Tanya laki-laki tersebut.
Dini : " Budi..... Oh Budi iya. Budi dapet nomerku dari siapa ? "
Budi : " ada deh.... Kamu lagi apa ? "
Dini : " hala kamu. Dapet nomerku dari siapa ? Lagi di bawah pohon ini samping kelas "
Budi : " sama siapa ? Dari Sanu "
Dini sedikit terkejut mendengar Budi menyebut nama Sanu. Budi mendapatkan nomor Dini dari Sanu. Sanu tidak pernah menghubunginya tapi malah memberikan nomornya kepada laki-laki lain.
Sebelumnya Dini sudah tau kalau Budi adalah teman sepermainan Sanu, Dini juga sering melihat Budi ikut melihat-lihat kelas musik dan sesekali bermain musik bersama Sanu dan Musa.
Dini : " kamu lagi sama Sanu sekarang ? "
Budi : " enggak Din. Kenapa ? "
Dini : " oh enggak apa-apa, oiya mau ngomong sama temenku ga ? Aku kenalin temenku nih. Ngomong sama temenku ya. Namanya Devi ". " Dev, ini kakak kelas kita namanya Budi, tau kan? Yang pinter main musik itu loh. Nih kenalan "
Dini memberikan hapenya kepada Devi. Sejujurnya, dia tidak menginginkan siapapun untuk menghubunginya. Dia menunggu Sanu

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Oct 28, 2019 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

Jawaban Cintaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें