RD 1 ~ [Namanya Rain]

24 3 0
                                    

Langit pada Kota Elcarym hari ini pun menurunkan rintik hujannya.

Aku berjalan biasa. Tetap tidak memakai payung apalagi berteduh di depan salahsatu etalase toko seperti yang dilakukan orang lain. Alasannya sederhana, karena aku menyukai hujan.

Lagipula hujan hari ini tidak semenakutkan itu sampai-sampai harus menghindar.

"Orang-orang menatapmu dengan aneh loh," seorang anak laki-laki tiba muncul disebelahku. "Kamu juga tidak mengenakan alas kaki."

Aku tertawa menghiraukan pandangan orang-orang yang seperti katanya, mereka memandangku dengan aneh.

Aku mengenakan dress santai berwarna merah muda kesukaanku, tapi dia sudah basah sekarang. Karena tidak mau langkahku terganggu, sepatu yang tadi menghiasi kakiku sengaja aku simpan di rumah. Ayolah, seseorang perlu tahu kesenangan saat kaki bersatu dengan percikan air yang menggenang.

"Kamu ini tidak bisa dibilangin sama sekali, ya. Bagaimana kalau kamu sakit? Siapa yang akan merawatmu?" tanyanya beruntun yang membuatku kian tertawa.

"Kalau mengkhawatirkanku seperti itu. Bisa-bisa aku jatuh cinta padamu loh!" candaku.

Dia langsung berbisik dan mendekat padaku. "Sstt, jangan bicara keras-keras! Orang lain akan menganggapmu aneh."

Aku kembali tergelak. Anak laki-laki yang selalu khawatiran ini adalah Rain. Dia bukan sahabatku, bahkan temanku juga bukan. Lalu mengapa dia bisa bersamaku?

Sebenarnya alasannya sederhana, jika kalian dengan senang hati membuang logika kalian.

"Kamu tidak boleh membuatku terus-menerus khawatir seperti ini." omelnya.

Aku terkekeh. "Kalau begitu berhenti dong. Lagian sudah dua tahun sejak kita bertemu. Tidak mungkin kan aku masih menjadi orang yang sama?"

Rain menarik nafas panjang. "Mudah sekali ya bagimu mengatakannya."

"Iya dong."

Jika kalian tidak bisa membuang logika kalian, maka tak apa. Anggap saja ini dongeng sekali lewat atau cerita fiksi di dalam novel.

Aku bertemu Rain dua tahun yang lalu. Tepatnya saat aku baru saja pindah ke kota ini untuk suatu alasan.

Seperti yang kubilang Rain bukanlah temanku, dan bukan seperti dugaan kalian, Rain juga bukan tetanggaku. Karena nyatanya Rain bukanlah apapun. Dia keberadaan yang tak pernah ada di dunia ini.

Kalau harus mendefinisikan sosoknya dalam pandangan orang lain. Rain adalah...

hantu.

Ilusi yang hanya bisa dilihat olehku saja. Ilusi yang keberadaannya tidak pernah tampak di mata orang lain. Dia adalah keberadaan tak terlihat. Tanpa diketahui siapapun, dia ada. Dan tanpa disadari siapapun, dia muncul.

Dan bagi sosok yang telah sendirian selama ini. Dia menerimaku apa adanya. Dia mengkhawatirkanku lebih dari siapapun. Dan dia menjadi pendengarku lebih dari apapun.

"Omong-omong, jarang sekali hujan lebat turun dengan langit cerah begini ya." gumamku penasaran.

Rain mendengus. "Ini hujan zenithal atau sebutan lainnya hujan panas. Masa kamu tidak tahu."

"Oh! Hujan orang mati!" seruku.

"Itu mitos, jangan dipercaya. Bagaimana mungkin udara yang naik karena pemanasan udara yang tinggi bisa disangkut pautkan dengan kematian. Lalu jangan bicara dengan keras."

Rain melipat kedua tangannya tepat setelah lagak sok pintarnya.

"Walaupun mitos. Selama banyak yang percaya, tidak papa kan."

"Tidak boleh!" tegasnya.

"Pelit sekali."

"Dengar, ya. Mitos yang dibiarkan—"

Suara Rain yang berdiri disebelahku lenyap bersama dengan tubuhnya.

Aku melihat ke atas. Dan ya, hujan telah berhenti. Saat dimana hal ini terjadi, sekarang aku cuma mengatakan 'Oh...dia pergi'.

Aku sudah terbiasa dengan Rain yang menghilang tiba-tiba seperti ini. Karena nyatanya, memang begitulah keberadaannya. Dia hanya muncul saat hujan, dan menghilang saat hujan hilang. Sama seperti nama yang kuberikan padanya, dia adalah sosok yang begitu.

Bagi keberadaan yang telah membuat  bertahan selama dua tahun ini. Jika ada yang kusesali tentang pertemuan kami.

Itu adalah kenyataan tentang dirinya. Bahwa kelak, dia akan meninggalkanku sendiri di bawah hujan dengan bayanganku.

Walau, sampai saat ini kekhawatiranku itu untuk saat ini diperlukan. Soalnya, dia masih bersamaku sampai saat ini.

"Bisa-bisanya hujan labil sepertimu. Sampai mana tadi?"

Ya, kuharap kekhawatiran itu tetap menjadi kekhawatiran.

"Sampai kamu memarahiku."

"Itu dia! Pokoknya ya mitos itu—Hei! Jangan tiba-tiba lari!"

***

02.11.2019

Halo, dengan Ve dan cerita barunya disini! //Padahal yg lainnya terlantar//

Seperti yang kalian lihat ini bakal jadi project ringan yang nggak akan bikin pusing.

Nggak ada banyak kata dan nggak perlu banyak chapter. Oke?

Omong-omong walau ringan, aku nggak bakal biarin kalian menebak ceritanya dengan mudah.

HAHAHAHA HAHA //ketawa jahat mode on

Tapi kalian tetap boleh menebak alurnya kok.

Oke, cya!

Dan masih dengan penutup biasa.

Love,
Ve.

Rainy DayOù les histoires vivent. Découvrez maintenant