"Nah Lee Taeyong, kita harus membawamu, dalam keadaan hidup atau mati."

Taeyong menyeringai dan meludah. "Seperti kalian bisa menangkapku saja. Tembakan ini sama sekali tidak terasa." ia menggerakan lengan kirinya dengan bangga.

Salah satu lelaki yang berada di depan menggeram marah dan melangkah mendekati Taeyong. Namun si lelaki cantik bergerak dengan gesit; menendang kepala lelaki besar itu sebelum menembak dua lelaki yang berdiri di belakang.

Memiliki kesempatan untuk lari, Taeyong melesat menuju lantai bawah dan tertawa ketika mendengar umpatan dari tiga lelaki yang tersisa. Ia menyelipkan Riffle ke dalam celana karena tidak ada peluru yang tersisa.

Taeyong menoleh ke belakang; mengumpat ketika peluru mengenai dinding di belakangnya. Ia menundukkan tubuh saat suara tembakan kembali terdengar. Taeyong harus segera keluar dari tangga darurat dan pulang ke rumah, ia tidak bisa melawan tiga orang lelaki yang memegang senjata.

Baru saja Taeyong membuka pintu yang mengarah ke basement, satu peluru kembali menembus permukaan kulit, kali ini tepat di bahu bagian kanan. Taeyong tersungkur ke depan dan mengumpat. Ia menendang pintu darurat agar tertutup sebelum berlari menuju mobilnya yang terletak cukup jauh.

Dua tembakkan hari ini sama sekali belum menjadi rekor terburuknya. Taeyong menekan luka yang ada di bahu; terus meringis karena itu sangat menyakitkan. Ia menoleh ke belakang; mengumpat ketika tiga lelaki yang tersisa masih mengejarnya.

Taeyong bersembunyi di balik pilar besar dan mengatur nafas. Ketiga lelaki itu semakin dekat dan Taeyong sepertinya memang harus menggunakan juris bela diri bila ingin selamat. Meskipun ia tahu jika hal tersebut sama sekali tidak bisa mengalahkan peluru yang mungkin akan kembali tertanam di tubuh.

Suara tembakkan berhasil membuat Taeyong mengumpat. Ia menyembulkan sedikit kepala; mengintip dari balik pilar. Kening Taeyong berkerut ketika melihat tiga lelaki bertubuh besar yang mengejarnya sudah terbaring di atas lantai basement dengan darah yang mengalir dari luka tembakan di kepala.

Tubuh Taeyong menegang, ia hampir melayangkan tinju pada orang yang baru saja menepuk bahunya dari arah samping. Bola mata Taeyong melebar saat melihat siapa yang berdiri tepat di hadapannya.

"Kau terluka?"

"Kau lagi?! Kenapa kau selalu berada di manapun huh?!" seru Taeyong galak, ia menepis tangan si lelaki tinggi yang menyentuh bahunya.

Lelaki itu; Jung Jaehyun tersenyum miring. "I told you before, you belong to me.."

"Fuck you!" Taeyong berjalan menjauhi Jaehyun dengan raut wajah kesakitan. Ia harus menemukan mobilnya dan pergi ke organisasi agar luka tembakan yang ada di bahu serta lengan bisa segera di obati.

"Aku bisa membantumu, tidak perlu keras kepala."

"Aku tidak butuh bantuanmu, enyahlah!"

Jaehyun tertawa remeh, ia berjalan di belakang Taeyong dan memukul bahu kanan si lelaki cantik. Berhasil membuat Taeyong berteriak kesakitan. Ia melayangkan tinju pada wajah Jaehyun; tapi tidak sekeras biasanya karena bahu kanan nya tertembak. Lengan kirinya juga tidak bisa memberi pukulan telak.

"Come on, you owe meㅡtwice?"

"Aku sama sekali tidak membutuhkan bantuanmu!" lagi pula siapa yang menyuruh Jaehyun untum datang dan membunuh tiga lelaki yang sedang mengejarnya?

Dan juga, datang dari mana Jaehyun sebenarnya?! Kenapa lelaki itu bisa muncul secara tiba-tiba?! Sungguh aneh.

"Aku tidak menerima penolakan."

Don't Call Me Angel《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang