[1] BERSAMA HUJAN

36 5 0
                                    

Langit terlihat begitu cerah dengan lukisan awan putih yang menghiasi latar birunya.

Rinai terus memandangi indahnya ciptaan Tuhan yang sangat ia kagumi. Namun, ada rasa sedikit kecewa menyelusup ke dalam hatinya karena artinya 'dia' tidak akan datang menyapanya.

"Rin lo kok bengong sih" tegur Tiara.

Seketika Rinai tersadar dari lamunan nya, ia lupa kalau sekarang sedang berjalan bersama Tiara- sahabatnya.

"Emm maaf ya Ara" ucapnya merasa bersalah.

"Gapapa Rinai gak usah dibawa serius ih by the way lo tadi lagi ngelamunin apa hayo" tanya Tiara sedikit menggoda Rinai.

Rinai kembali menatap langit sore yang tampak cerah lalu tersenyum menjawab pertanyaan Tiara, "Aku lagi liatin langit liat deh Ara langitnya cerah banget jadi keliatan makin indah" ucapnya dengan senyum yang semakin mengembang.

"Eh iya juga sih Rin gue seneng deh kalo liat langitnya cerah gini itu tandanya gak akan hujan deh" jawab Tiara antusias.

"Oh iya Rin gue pulang duluan ya, lagian rumah lo kan udah deket gue masih jauh tuh. Bye Rinai jangan kangen gue ya" pamit Tiara sambil melambaikan tangannya.

Ia tersenyum sambil membalas lambaian tangan sahabatnya itu. Rinai terus memperhatikan kepergian Tiara yang semakin menjauh sampai akhirnya punggungnya menghilang tertelan oleh jarak.

Rinai terdiam kemudian kembali menatap langit, "Walaupun banyak orang yang gak suka kalo kamu datang tapi aku akan jadi orang yang selalu nungguin kamu" ucapnya pelan.

Gadis itu tersenyum miris sambil melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Hem pasti mereka bakalan marah" gumamnya pelan dengan raut wajah yang terlihat pasrah.

Rinai segera melangkah pergi meninggalkan argumennya dengan langit.

***

"Darimana aja lo jam segini baru pulang"

Baru saja Rinai melangkah memasuki pintu rumah sudah disambut oleh Karin- Saudara tirinya.

"Kamu nungguin aku" tanya Rinai berusaha menutupi keresahannya.

"Dih ngapain gue nungguin babu! Tuh piring piring kotor didapur yang nungguin lo!" sentak Karin.

Rinai mengangguk, lalu segera pergi ke kamar untuk mengganti seragamnya.

Selesai ganti, gadis itu bergegas menuju dapur. Rinai terbelalak, melihat kondisi dapur yang sangat berantakan ditambah banyak piring kotor yang sudah menumpuk diatas kitchen sink.

Andai ada ibu peri yang tiba-tiba datang menolongnya- ah sudahlah Rinai terlalu banyak membaca dongeng.

Rinai menarik napas lalu membuangnya perlahan, "Semangat Rinai!" ucapnya sambil mengepalkan tangan menyemangati diri sendiri.

Perlahan tapi pasti ia mulai membereskan dapur dan juga menata meja makan. Sampai tersisa tumpukan piring di kitchen sink yang harus secepat mungkin dia cuci.

Selesai mencucinya, Rinai mengeringkannya satu persatu lalu menatanya di rak piring

Dalam hati Rinai bertanya-tanya kenapa bisa banyak piring kotor yang menumpuk padahal dirumah ini hanya ada 4 orang tidak terhitung papa karena beliau sedang mengurus bisnisnya ke luar negri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rintik SenduWhere stories live. Discover now