12 Gangguan Prisa

Mulai dari awal
                                    

***

Evelyn begitu gembira bisa semobil berdua dengan David. Jika biasanya David ke sekolah naik motor, kali ini cowok itu bawa mobil. Evelyn senang karena sebagai bintang iklan yang sedang naik daun, dia jadi tidak kepanasan yang akan menyebabkan kulitnya menghitam. Sepertinya David sudah merencanakan dari awal.

Tapi kebahagiaannya tidak berlangsung lama saat David membelokkan mobilnya memasuki area perumahan. Dia belum pernah datang kemari. Rasa penasaran yang membuatnya kemudian bertanya, “Mau ke mana, Vid?”

“Prissa minta jemput, Ev. Mau ke lokasi shooting juga katanya.”

Evelyn mengerutkan kening tanda tidak suka. Dia bingung kenapa Prissa akan menuju lokasi yang sama.

“Lo nggak apa-apa kan, Ev?”

“Oh, nggak apa-apa, kok.” Tentu saja itu hanya jawaban pura-pura. Kalau boleh jujur, pasti dia tidak mau bersama Prissa dalam satu mobil. Dia muak melihat kemanjaan cewek itu.

Begini nasibnya kalau menyukai cowok yang sangat baik kepada siapa pun. Yang ada hanya sakit hati dan cemburu.

Mobil David berhenti di depan pagar rumah minimalis yang ternyata Prissa sudah menunggu di sana. David membuka kaca mobil dan saat itulah wajah Prissa berkerut heran karena ada cewek lain di dalam mobil David.

“Ngapain lo ikut mobil David?” tanya Prissa tidak bersahabat.

“Evelyn mau ke lokasi shooting juga, Pris. Nggak apa-apa deh berangkat bareng.”

“Lo pindah ke belakang!” perintah Prissa tanpa perasaan.

“Pris, lo kan naik belakangan. Lo aja yang duduk di belakang.” David berusaha menengahi supaya tidak terjadi keributan karena dia tahu watak Prissa seperti apa.

“Lo. Pindah. Ke. Belakang!” ucap Prissa sekali lagi penuh penekanan.

Ketika David ingin menjawab lagi, Evelyn segera menyentuh tangan David. “Biar aja gue yang duduk di belakang,” kata Evelyn menahan kemengkalannya.

Wajah Prissa tersenyum puas dan memandang Evelyn dengan tatapan melecehkan. Setelah duduk di sebelah David, Prissa bertingkah begitu manja sampai Evelyn ingin muntah. Evelyn benar-benar menyesali bersedia pulang bersama David. Kalau dia tahu Prissa akan ikut, mending dia menelepon supirnya saja untuk mengantarkannya. Tapi semua sudah terlambat. Lagi pula biar saja David mengetahui mana cewek yang menyenangkan dan mana cewek yang menyebalkan.

***

Kesepakatan keduanya, mereka menunda untuk pergi ke toko buku bersama Prissa. Itu pun mereka tidak ungkapkan secara langsung. David mengirimi Evelyn pesan ketika di dalam mobil. Setelah dijawab iya, David melirik spion depan dan tersenyum melihat Evelyn di belakangnya. Evelyn yang ikut mendongak melihat kaca depan itu turut tersenyum.

Sesampainya di tempat lokasi, David pamit pulang lebih dulu. Tinggallah Evelyn dan Prissa berpandangan dalam benci. Prissa lebih dulu melangkah menemui sutradara mereka. Saat melihat Prissa begitu akrab dengan Om Rudolf, Alanis merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Demi menjaga kesopanan, Evelyn menunggu sampai Prissa dan Om Rudolf bercengkerama begitu dekat sampai Evelyn merasa itu tidak layak dilakukan. Prissa begitu berlebihan dalam bersikap dan berbicara sambil memegang tangan Om Rudolf.

Karena tidak tahan, Evelyn muncul dan membuat Om Rudolf terkejut. Dengan wajah yang berubah seketika, Om Rudolf mendekati Evelyn dan mengajak gadis itu duduk.

“Sebelumnya Om minta maaf sama kamu, Ev. Tapi setelah kami pertimbangkan, iklan mobil ini lebih cocok diperankan oleh Prissa. Dan kamu... Om akan usulkan supaya kamu bisa jadi bintang iklan permen anak-anak.”

Dahi Evelyn berkerut. Dia menahan sesak di dada karena pemberitahuan yang mendadak ini. Dia tahu hari ini memang belum ada jadwal shooting. Dia hanya ingin bertemu dengan Om Rudolf tentang iklan terbarunya. Kenyataannya ini yang didapatnya sekarang.

“Om jangan sembarangan ganti pemain dong. Bukannya saya yang lolos casting untuk iklan mobil ini?”

“Iya, Om tahu. Tapi ini sudah jadi keputusan bersama kalau Prissa lebih cocok. Bintang iklan juga memengaruhi iklan menjadi lebih menarik.”

“Jadi kalau saya yang jadi bintang iklannya, iklan itu jadi nggak menarik gitu?” Evelyn tidak sanggup menyembunyikan kekecewaannya. Dia tidak tahu ilmu pelet apa yang diterapkan Prissa sehingga Om Rudolf dengan mudah menggantinya dengan gadis manja itu.

“Bukan begitu, Ev. Kami hanya memilih yang paling sesuai saja. Ini kan berkaitan dengan tujuan marketing.”

“Evelyn sayang,” Prissa bersuara. Evelyn jijik sekali mendengarnya. Dia memandang Prissa dengan tatapan tajam. “Jadi bintang iklan permen anak-anak juga nggak masalah kok. Sesuai lah sama wajah lo yang imut-imut. Lo cocok banget berada di tengah anak-anak.”

Evelyn yakin sekali kalau ucapan Prissa yang lembut hanya bualan saja. Sebuah kepura-puraan di depan Om Rudolf. Licik sekali dia!

“Lo nggak usah ikut campur,” sembur Evelyn lupa menjaga mulut untuk tetap berkata sopan.

“Ev, bicaralah dengan baik-baik. Siapa yang akan memilih kamu lagi kalau kamu sekasar ini dengan sesama bintang?”

Evelyn menghela napas berat dan panjang, dia berharap dia segera keluar dari kemelut ini. Dia ingin bisa menerima keadaan dan menjalani kegiatannya sebagai bintang iklan dengan lancar dan sukses. Jadi dari pada memikirkan Prissa yang kini telah berhasil merebut posisinya, lebih daik dia segera berlalu.

***

Mereka sama-sama menunggu taksi online yang telah mereka pesan. Mereka berdiri berdampingan tapi tidak saling bicara. Hanya mendengus saja jika tak sengaja pandangan mereka bertemu.

“Lo hebat banget ya bisa pengaruhi Om Rudolf padahal udah jelas bahwa gue yang lolos casting waktu itu.” Evelyn tak sanggup untuk tidak menyemburkan sindirannya.

Prissa tertawa ringan seolah tanpa beban. “Hidup itu memang butuh perjuangan, Ev. Bukan cuma terima beres kemudian berlenggak-lenggok tanpa memikirkan serangan dari kanan dan kiri. Tetep harus waspada dong.”

“Lo memang licik!”

Prissa menoleh dengan pandangan berapi-api. Tapi hanya sedetik, karena detik berikutnya gadis itu tersenyum sinis dan penuh hinaan. “Lo sama aja kayak sahabat-sahabat lo yang sok cantik itu. Alay bin lebay. Bisanya cuma nikmatin harta orang tua tanpa tahu kerja keras itu seperti apa.”

“Ngapain lo nyangkut pautin sama sahabat-sahabat gue? Seburuk apa pun sahabat gue, mereka nggak pernah nikung gue dari belakang.”

Prissa tertawa berderai, cukup lama. “Jangan naif, Evelyn Sayang. Temen lo pada berebut mencari perhatian David. Dan lo bilang mereka nggak pernah nikung dari belakang?”

“Nggak ada yang salah sama mereka yang juga mencari perhatian David. Dari pada lo yang nggak tahu diri udah nolak David tapi masih aja kasih harapan sama David. Emang dasar lo suka mainin perasaan cowok.”

“Hm, kayaknya lo tahu banyak tentang gue dan David nih.”

“Gue sih bersyukur ya lo nolak David. David emang nggak cocok punya cewek ganjen kayak lo. Apalagi...” Evelyn menatap Prissa dari atas sampai ke bawah kemudian ke atas lagi, “badan lo udah diumbar ke mana-mana.”

“Brengsek lo!” Prissa hendak menyambar kerah Evelyn. Tapi Evelyn lebih cepat berkelit. Kebetulan sekali mobil jemputannya juga sudah datang. Gadis itu membuka pintu mobil dengan senyum kemenangan.

“Gue jadi merasa lebih berharga dari pada lo. Lo cantik tapi udah blong. Ibarat rem udah nggak ada cekatannya lagi. Asal jangan manfaatin badan lo buat casting peran utama sinetron bulan depan.” Evelyn memperingatkan dengan tatapan serius. “Gue nggak akan tinggal diam kalau lo sampai berani nikung gue lagi,” lanjut Evelyn kemudian memasuki mobilnya dengan senyum puas.

***

The EleventhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang