Aku menghela nafas panjang sekali lagi, menunggu respon dari Vano. Tanpa di duga sebuah tangan yang sangat aku kenal menepuk puncak kepalaku pelan, aku menoleh lagi kepadanya dan melihat dia sedang tersenyum padaku. Kemudian berkata sambil menjauhkan tangannya dari kepalaku

"Kamu tahu gak ? Jatuh cinta sama kamu itu semudah membalikan telapak tanganku. Hanya perlu beberapa menit untuk yakinin diri aku kalau kamu emang wanita yang tepat untukku, gak kayak kamu yang perlu ngabisin waktu hampir 3 taun hanya untuk tau apa kamu cinta sama aku atau gak" ucap Vano tersenyum

Aku terdiam mendengar pengakuan Vano padaku ini. Aku gak nyangka sama sekali kalau selama ini dia menaruh hati padaku.

"Kenapa ? Masih kaget sama apa yang aku omongin ini ?"

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Vano

"Pernah gak kamu berpikir kalau aku sayang sama kamu lebih dari seorang sahabat ? Pernah gak kamu mikir kenapa selama ini aku gak pernah punya pacar ? Atau pernah gak kamu mikir kenapa selama ini aku selalu disamping kamu ? Jawabannya cuma satu Vi, itu karena aku cinta sama kamu sejak dulu"

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali berusaha mempercayai apa yang barusan Vano katakan

"Kamu gak pernah sadar ketika aku menatap kamu dengan penuh kasih sayang, kamu juga gak pernah sadar saat aku menyentuhmu dengan semua rasa yang aku punya buat kamu. Aku mungkin emang gak pernah ngomong langsung kalau aku cinta sama kamu, tapi aku ungkapin rasa cinta aku lewat bahasa tubuhku yang gak pernah kamu sadari selama ini" terang Vano lagi

"Kenapa baru bilang sekarang ?" tanyaku penasara

"Sama kayak kamu, aku takut kehilangan kamu, aku juga gak mau ngerusak persahabatan kita" jawab Vano

Aku menggelengkan kepala tidak percaya dengan semua ini.

"Masih gak percaya juga ? Inget pertemuan kita pertama kali ? Aku inget banget waktu itu kamu gak bawa buku matematika dan harus keluar dari ruangan. Saat itu aku melihatmu dan entah kenapa mataku tidak bisa berpaling darimu, itu pertama kalinya aku melihat wanita sampe seperti itu.

Setelah itu kita berkenalan dan semakin lama semakin dekat. Aku menyadari kamu istimewa, aku juga menyadari kamu telah menempati hatiku sejak awal. Tapi aku tetap diam karena tidak ingin merusak semuanya.

Aku pikir kamu akan menyadarinya cepat atau lambat, ternyata dugaanku salah. Satu tahun berlalu hubungan kita masih sama yaitu sahabat. Dan aku masih mengira kamu akan sadar cepat atau lambat, dua tahun berlalu dan kamu masih tidak melihatku sebagai seorang pria.

Saat itu aku berpikir untuk menyerah, berpikir untuk menghentikan ini semua. Berhenti mencintaimu atau mengatakan padamu tentang perasaanku. Tapi saat aku melihatmu lagi aku tidak bisa melakukan keduanya, dan masih terus berputar pada roda yang sama sampai saat ini" Vano menjelaskan panjang lebar sementara aku hanya melongo mendengarnya.

"Tunggu deh Van. Trus hubungan kamu sama Echa ? Bukannya kamu suka sama dia ?" tanyaku penasaran

Vano tertawa sebelum menjawab

"Echa emang baik dan cantik. Aku suka sama dia. Tapi hanya sebatas mengagumi nya saja. Gak lebih"

Aku manggut-manggut mendengar jawaban Vano

"Makasih Vi, kamu udah bikin aku berhenti. Bikin aku tahu jalan mana yang harus aku tempuh"

"Emang jalan apa ?" tanyaku lagi

Vano tersenyum lembut dan berkata lagi "kamu mau jadi pacarku ? Mungkin akan sedikit canggung nantinya. Tapi kenapa gak kita coba dulu"

Aku tersenyum lalu berkata "kalau aku gak mau gimana ?"

"Trus buat apa kamu ngaku kalau kamu cinta sama aku heh ?"

"Cuma iseng aja" jawabku enteng

Vano lalu menjintak kepalaku keras

"Aawwww, sakit Van. Kenapa sih suka banget jitak kepala aku ?" ucapku sambil meringis sakit

"Biar otak kamu jadi waras" balasnya acu

"Kenapa aku bisa suka sama cowok kayak kamu sih" runtukku

"Jadi mau ditarik lagi ni kata-katanya ?" tanya Vano

"Kalau iya emang mau apa ?"

"Aku bakal nunggu kamu lebih lama lagi. Itu juga kalau kamu tega sama aku" ucap Vano

Aku tertawa mendengar ucapan Vano lalu dengan cepat mencium pipi Vano yang ada disampingku.

Vano segera menoleh kearahku dan menatapku

"Itu jawaban aku" ucapku pelan

"Sejak kapan kamu jadi suka nyosor gini ?" tanya Vano tidak percaya

"Iissstt... G suka ? Ya udah aku pergi" ucapku lalu melangkah pergi.

Langkahku terhenti saat Vano secara tiba-tiba memelukku dari belakang lalu berkata

"Suka kok. Aku suka semua yang kamu lakukan, aku juga suka saat kamu lagi marah-marah, manyun 5cm, atau pas kamu baru bangun tidur. Apa pun yang kamu lakuin. Apapun keadaan kamu, aku tetep suka sama kamu karena kamu cewek tercantik yang pernah aku temui"

Hatiku berdesir mendengar penuturan Vano yang benar-benar tulus itu.

"Mulai sekarang, apa pun yang terjadi kita bakal tetap sama-sama" ucapnya lagi. Dan aku hanya mengangguk lalu tersenyum di pelukan Vano.

Terimakasih Tuhan.

LOVE SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang