Final ??

373 21 0
                                    

"Kamu kenapa sih Vi ? Kok tiba-tiba marah gitu ?" tanya Vano saat kuliah kami sudah selesai, dan seperti biasa Vano menjemputku di kampus.

Aku tidak menjawab pertanyaan Vano dan malah pergi menjauh darinya sementara Vano mengikutiku dengan langkahnya yang panjang-panjang.

"Kamu marah sama aku ? Kenapa ? Emang aku salah apa sama kamu ? Perasaan kemaren kita baik-baik aja deh" ucap Vano masih dengam jalan cepatnya disampingku.

"Menurutmu kenapa ?"

"Lah kalau aku tau aku gak akan nanya sama kamu"

"Pikir aja sendiri" ucapku ketus

"Ya ampun, kamu pikir aku Romi Rafael atau Edward Collin apa yang bisa baca pikiran kamu. Kalau kamu gak ngomong aku gak akan tahu Vi" ucap Vano terdengar putus asa

Aku menghentikan langkahku, tidak tega juga melihat Vano yang berlari-lari kecil. Aku melihat sebuah bangku kosong dan langsung berjalan kesana lalu mendudukinya yang diikuti oleh Vano.

"Coba kamu bilang sama aku alasan kamu marah tuh apa ?" tanya Vano

"Kamu inget gak kemaren itu hari apa ?" tanyaku

"Hari minggu kan" jawab Vano enteng

Aku langsung melotot mendengar jawaban Vano yang seadanya.

"Oke, oke aku serius. Emang kemaren kenapa ?" tanya Vano

"Kamu sama sekali gak inget ?" tanyaku sebal

Vano menggelang dengan wajah herannya

"Kemarin ulang tahunku Vano. Ini tuh pertama kalinya kamu lupa sama ulang tahun aku" ucap ku

"Ya ampun Vi, aku bener-bener lupa soal itu. Kemarin tuh aku sibuk.."

"Sibuk sama Echa ?" tanyaku memotong pembicaraan Vano

Vano hanya nyengir dengan wajah tanpa dosa. Dan itu membuatku kesal setengah mati juga sakit di hatiku. Biasanya Vano gak pernah lupa sama ulang tahunku, tapi tahun ini dia lupa dan alasannya adalah karena wanita lain, itu membuatku kecewa setengah mati. Tampaknya Vano akan semakin menjauh dariku. Tapi bisa aku berusaha sekali ini lagi ?

"Maaf ya Vi, kamu mau kado apa ? Ntar aku beliin" ucap Vano

Aku menghembuskan nafas kecewa sebelum akhirnya berkata "van selama hampir 3 taun ini kamu bersama aku, apa yang kamu rasain ?"

Vano mengerutkan dahinya karena tidak mengerti apa yang dimaksud olehku

"Kamu pernah merasa bosen ada disamping aku ? Merasa hidupmu terbuang sia-sia karena hari-harimu dikelilingi olehku ? Pernah merasa lelah menghadapi aku ?"

Vano tambah gak ngerti apa yang aku omongin

"Aku cuma mau jujur sama kamu tentang satu hal, dan mungkin kejujuran ini akan merusak kebersamaan kita selama ini, tapi seperti yang kamu bilang aku harus ungkapin perasaan aku apa pun yang tejadi" aku berpaling menatap Vano dengan tekad bulat. Vano balik menatapku.

"Aku sayang sama kamu. Bukan sayang sebagai sahabat, tapi perasaan sayang  seorang cewek ke cowok" ucapku akhirnya

Vano tidak menjawab

"Aku gak tau sejak kapan perasaan ini berubah, entah sejak kita lulus sekolah, atau sejak kamu mengenalkan Echa padaku. Ada perasaan tidak ingin kehilangan saat itu, aku ingin bersamamu, apa pun keadaanya, aku cuma ingin ada disamping kamu, aku cuma ingin tangan kamu yang menggenggamku bukan pria lain. Jujur aku takut mengatakan ini padamu, karena takut setelah ini aku benar-benar kehilanganmu. Tapi seperti yang kamu bilang, aku harus bisa berhenti. Berhenti mencintaimu atau berhenti menyembunyikan perasaan ini. Aku tidak mungkin bisa berhenti mencintaimu, jadi aku putuskan untuk bilang semuanya ke kamu"

LOVE SECRETWhere stories live. Discover now