Keputusanku

201 16 0
                                    

Entah sejak kapan perasaan ini berubah. Berubah menjadi sesuatu yang lebih indah dari yang aku bayangkan. Setelah malam itu, malam dimana Vano menceritakan kisah cintanya padaku, saat itu aku pun sadar dengan apa yang aku rasakan padanya. Ya, aku mencintainya, entah sejak kapan. Tapi yang jelas, aku menginginkannya lebih dari sekedar teman atau sahabatku semata.

Saat perasaanku mulai jelas, sesuatu kembali mengusik pikiranku. Bagaimana jadinya jika Vano tahu tentang apa yang aku rasakan padanya. Apa dia bisa menerimanya ? Atau dia akan menghindariku ? Aku ingin Vano tau tentang perasaanku, tapi aku juga tidak ingin dia menghindariku.

"Sory telat, aku ketemu Echa dulu tadi. Yuk naik" ucap Vano yang menjemputku dengan mobilnya.

Aku langsung masuk dan duduk dengan manis disampingnya.

"Kamu deket ya sama Echa ?" tanyaku ragu

"Harus deket dong, dia kan sekretarisku" jawabnya

"Harus deket banget emang ?" tanyaku lagi

"Kenapa emangnya ?" Vano balik nanya dengan mata yang masih lurus kedepan

"Gak apa-apa sih, cuma pengen tau aja" jawabku asal

Vano melihatku sekilas dan tersenyum lalu berkata "kenapa ? kamu cemburu ?"

Aku tersentak dengan pertanyaan itu dan hanya membalasnya dengan cibiran.

"Hahaha, kalau gak cemburu ya udah" ucap Vano

Aku hanya terdiam

"Oh ya Vi, besok aku gak jemput kamu ya"

"Kenapa ? Tumben"

"Aku mau pergi sama Echa, kita mau beli perlengkapan yang dibutuhin senat"

Aku terdiam mendengarnya. Echa lagi Echa lagi.

"Gak apa-apa kan ?" tanya Vano

"Terus aku pulang sendiri gitu ?" ucapku sedikit sebal

"Ya kamu kan bisa minta anter supir kamu atau naik taxi" balas Vano

Aku memutar bola mataku merespon ucapan Vano

"Emang Echa gak bisa pergi sendiri ya ?" tanyaku

"Gak bisa dong. Aku harus bantu dia juga. Atau kamu mau ikut ?" ucap Vano

Aku ikut sama mereka ? Gak deh, meningan naek angkutan umum lagi.

"Echa orangnya kayak gimana ?" tanyaku tiba-tiba

Vano berpikir sebentar lalu berkata "dia cewek yang manis, baik lagi. Pinter juga anaknya, dan enak diajak ngobrol"

"Kamu suka sama dia ?" tanyaku lagi

"Emm. Siapa sih yang gak suka sama cewek kayak dia Vi" jawab Vano lalu tersenyum

Aku terdiam mendengar jawaban Vano. Tidak ada lagi yang aku ucapkan sampai kami berada di depan rumahku.

"Mau mampir dulu ?" tawarku

"Gak deh, makasih, aku pulang ya" jawab Vano lalu melambaikan tangannya di dalam mobil

Aku hanya membalas nya dengan senyuman dan masuk kedalam setelah mobilnya tidak terlihat lagi.

Ada perasaan kecewa dan sedikit terluka saat Vano mengatakan dia menyukai Echa. Benar kami memang tidak akan bersama seterusnya mengingat hubungan kami adalah hanya sebatas sahabat. Vano akan mencari wanita yang akan mendampinginya, perlahan dia akan menjauh dariku, dan lama kelamaan dia akan benar-benar melupakanku. Kemudian semua kenangan kami hanya akan jadi masa lalu yang terlupakan dan tidak artinya.

Menyadari itu hatiku sangat terluka. Aku kira aku tidak akan terluka seperti ini. Awalnya aku kira tidak apa jika dia tidak tahu dan tidak membalas perasaanku asalkan dia ada disampingku, tersenyum padaku. Tapi, kenapa sekarang aku berpikir hal sebaliknya ? Aku ingin dia tahu perasaanku, aku juga ingin dia membalasa perasaanku, tidak meninggalkanku dan tetap ada disisiku.

Aku teringat perkataan Vano tempo hari yang menyuruhku untuk mengatakan perasaanku pada pria yang aku cintai apa pun hasil akhirnya.

Vano benar, setidaknya aku harus bisa berhenti, berhenti mencintainya atau berhenti menyembunyikan perasaan ini.

LOVE SECRETWhere stories live. Discover now