Campur Tangan Pansy

Mulai dari awal
                                    

—mood-ku terasa jatuh jika mengingat apa yang terjadi pada mereka.

Aku sama sekali tidak merasa jengkel atau menganggap Pansy merepotkan. Tidak ada sebersitpun perasaan tak suka di dalam diriku terhadapnya walaupun kutahu terkadang dia bisa bersikap menyebalkan. Kehidupanku yang pertama telah mengajariku untuk menghargai orang-orang yang berdiri di sampingku dari dulu sampai sekarang. Masa-masa yang begitu singkat hingga satu-persatu pergi meninggalkanku sendirian.

Pansy adalah teman dekat yang paling lama tinggal di sisiku.

Dia mendukungku bahkan sampai saat kondisinya tubuhnya melemah hingga ia harus pindah ke tempat yang lebih tenang dan segar. Setelah itu aku tidak punya seseorang yang bisa kumintai pendapatnya, kecuali Luna. Dia menganggapku seperti teman masa kecilnya, teman lamanya tapi aku tidak mengerti makna dari kata-katanya yang berputar-putar. Aku mungkin sudah terbiasa dengan teman-teman dekat yang berbicara dengan terus-terang. Kukatakan pada Luna bahwa pikiranku tidak sampai pada apa yang ingin dia sampaikan. Dia hanya menatapku sebentar lalu menyerahkan majalah ayahnya padaku. Ekspresiku pasti tampak jelas karena wanita itu tiba-tiba menertawaiku. Aku memandangnya seperti melihat orang yang terganggu jiwanya tapi Luna tidak memedulikan bagaimana orang-orang melihatnya. Aku kasihan padanya, tak tega kubiarkan dia sendirian, jadi terkadang aku mengunjunginya untuk melihat keadaan mereka.

Tapi sekarang teman-temanku masih berada di sisiku. Aku masih punya kesempatan untuk menghargai itikad baik mereka demi kebaikan rumah tanggaku. Aku tidak bisa menyenangkan mereka semua tapi aku bisa membalas nasehat mereka dengan baik-baik. Tidak seperti dulu ketika aku bersikap acuh dan dingin pada semua orang, hingga mereka merasa tak berarti di mataku.

Pop!

"Tuan."

Kutarik nafas dalam-dalam. Dan berusaha tenang.

Apa lagi ulah Pansy sekarang?

Aku tidak perlu mengangkat kepala untuk tahu bahwa Rappire disuruh sesuatu oleh Pansy. Perempuan itu... kukira dia sudah pulang tapi ternyata malah berkeliaran seperti nyamuk. Memangnya dia tidak punya pekerjaan lain apa?

"Katakan, Rappire," perintahku kesal.

"Nona Pansy menyuruh saya untuk memberikan ini untuk Anda?"

Kulirik sekilas. Ah. Benda itu membuatku mengangkat alis. Sudah lama aku tak melihat Telinga Terjulur, sebuah hasil karya si kembar Weasley. Pembicaraan macam apa yang ingin diperdengarkan perempuan itu padaku, benakku. Berdasarkan perintahku, Rappire meletakkannya di atas meja lalu meninggalkan ruanganku.

Aku menunggu lama sekali tapi tak ada suara yang keluar. Apa Pansy mempermainkanku? Atau Telinga Terjulur ini sudah dikembangkan dan mempunyai tombol nyala sendiri?

"Aku menunggumu sejak tadi!"

.....Jadi, dari tadi dia diam?

"Maaf," balas lawan bicaranya, "aku tidak tahu kalau akan datang tamu."

Aku terdiam. Seharusnya aku tidak terkejut. Hanya ada satu manusia selain diriku di manor ini. Dan tidak mungkin pula Pansy bercakap-cakap santai dengan Peri Rumah.

Ugggghh.

Kupijit-pijit keningku, merasakan sakit kepala yang akan datang akibat ulah sahabatku. Kenapa dia harus melakukan ini? Aku tidak pernah memintanya. Seharusnya dia pulang dan mengurus hidupnya seperti...

—seperti yang dia lakukan di kehidupanku yang pertama.

Nafasku tertahan. Mataku membelalak tak percaya.

Sebuah perubahan peristiwa.

Sesuatu yang terjadi lebih cepat dari prediksiku. Pansy telah melakukannya dan pemicunya...

Mencintai Istriku Sepenuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang