Mie Instan

20.2K 260 24
                                    

Keseharianku bisa dibilang monoton. Bangun pagi, sarapan, berangkat kerja, pulang ke kost, lalu tidur. Begitu setiap hari. Umurku kini menginjak 27 tahun. Ayah ibuku kerap memintaku untuk segera menikah karena aku anak tertua dari tiga bersaudara dan mereka ingin segera menimang cucu. Kalau sudah begitu aku tak bisa mengatakan apa-apa, aku hanya minta agar mereka mendoakan supaya aku segera dipertemukan dengan jodohku.

Padahal aku sendiri tidak terlalu peduli dengan jodoh.

Sore itu, ketika baru pulang dari kantor, aku melihat kamar sebelahku terisi. Lampunya menyala. Sudah tiga bulan kamar sebelahku kosong dan kini kembali berpenghuni. Aku cukup senang karena aku tak akan merasa sendirian lagi.

Hendak masuk ke kamarku, pintu kamar itu terbuka, kulihat seorang laki-laki berkulit coklat, berperawakan tinggi atletis muncul dari balik pintu. Mata kami bersirobok. Tiba-tiba aku merasa canggung.

"Baru pulang?" katanya ramah.

"Eh...iya," balasku.

"Kenalin saya Seno, baru pindah tadi siang," ia menjulurkan tangannya.

Aku membalas jabatan tangannya. "Yoga," sebutku sambil tersenyum kikuk.

Seno kemudian pamit, katanya mau lari sore. Aku mengangguk, lalu masuk kamar dan langsung menjatuhkan tubuhku ke atas kasur. Aku sangat lelah hari ini hingga tanpa sadar aku terlelap.

Aku bangun dua jam kemudian. Kudengar suara hujan dari luar, cukup deras. Aku menyalakan lampu dan menutup gorden. Lalu mandi dan mengganti pakaian. Perutku terasa lapar. Aku mengambil mie instan dari lemari dan memasaknya menggunakan teko pemanas air.

Lantas, pintu kamarku diketuk. Aku mengintip lewat jendela. Ternyata Seno.

"Maaf Mas Yoga, punya makanan nggak? Saya lapar belum sempat beli makanan, tadi keburu hujan," ujarnya.

"Wah kebetulan, saya lagi masak mie, mari masuk," aku membuka lebar pintu kamarku dan mempersilakannya duduk.

"Maaf nih merepotkan."

"Nggak apa-apa."

Seno duduk bersila di atas karpet. Aku bergegas mengambil mie dari lemari, "Mau yang rebus atau goreng?"

"Rebus aja, Mas, biar ada kuahnya. Lagi pengen yang anget-anget," cetusnya.

"Oke," kataku. "Masaknya di teko nggak apa-apa ya?"

Seno tertawa sambil mengangguk.

Tawanya lucu.

"Oh ya, kita kayaknya seumuran deh, panggil Yoga saja," kataku.

Seno mengangguk.

"Kamu kerja dimana, Sen?" tanyaku basa-basi sembari memasukkan mie ke dalam teko.

"Aku lagi magang di kantor arsitek. Sesekali jadi model buat peragaan busana."

Wah. Tanpa sadar aku menganga. Pantas saja tubuhnya tampak terawat.

"Kamu udah lama tinggal di kost ini?" Seno balik bertanya.

"Lumayan," jawabku. "Dua tahunan, sejak aku ditugaskan di kota ini."

Seno mengangguk-angguk.

Mie instan kami sudah jadi. Aku dan Seno melahapnya sampai habis. Seno berkali-kali memuji kalau mie buatanku sangat enak.

"Pacarmu pasti bahagia bisa makan mie seenak ini," tukasnya.

Aku tersenyum. "Aku nggak punya pacar."

"Serius?"

Aku mengangguk.

"Aku mau jadi pacar kamu," celetuknya tiba-tiba.

Aku kaget. Seperti disambar petir.

Seno tersenyum. "Serius, aku mau jadi pacar kamu."

"Tapi kita kan baru kenal, mana mungkin..." belum sempat kutuntaskan kata-kataku, Seno membekapku dengan mulutnya.

Oh Tuhan.

Bibirnya terasa sangat lembut. Hangat. Perlahan ia melumat bibirku. Rasanya luar biasa. Ini adalah ciuman pertamaku.

Jantungku berdentum-dentum.
Ini terlalu... tiba-tiba.

Kuputuskan untuk mengenyahkan pikiranku, aku menyambutnya. Kugerakkan bibirku menirunya.

Semakin lama semakin nikmat.

Seno melepaskan ciumannya, ia tersenyum padaku lantas menggamit tanganku. Ia mengajakku ke tempat tidur. Aku berbaring. Ia menindihku. Sempat kulihat mata cokelatnya berkilat jenaka. Aku menarik wajahnya, kembali menciumnya. Kali ini lebih intens, lebih buas.

Seno membuka kaos hitamnya. Tampak jelas pahatan indah di tubuhnya membuat nafsuku semakin bergejolak. Kubuka bajuku, kubiarkan Seno menjelajahi setiap inci tubuhku dengan lidahnya.

Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Belum pernah aku merasakan sensasi yang membuatku serasa melayang-layang. Darahku seakan mendidih, terlebih ketika Seno menjilat kontolku, lalu mengulumnya lagi dan lagi.

"Sayang, boleh aku masukkan?" tanyanya. Dia memanggilku sayang, aku mengawang-awang.

"Boleh Sayang, masukkan sayang," jawabku.

Seno membuka celana boxernya, membiarkan kontolnya yang sudah menegang itu menggantung menggodaku. Ia meludahinya dan mengetuk-ngetuk lubang pantatku dengan kontolnya. Perlahan ia memasukkannya ke dalam pantatku. Aku meringis menahan sakit. Tapi aku menyuruhnya untuk melanjutkan. Semakin kontolnya masuk, semakin perih kurasakan. Maklumlah ini kali pertamaku bercinta dengan pria.

Seno mulai menggerakkan batang penisnya. Rasa sakit itu perlahan berubah menjadi rasa nikmat yang tak pernah kubayangkan. Bercinta dengan lelaki setampan Seno adalah rezeki yang tak pernah kusangka-sangka.

"Terus sayang, terus..." kataku.

Seno semakin beringas. Dengan cepat menggerakkan pinggulnya.

"Kontolmu... enak..." aku terus meracau. Entahlah aku tak peduli.

Seno memeluk tubuhku. Tak ada lagi jarak diantara kami. Aku bisa merasakan embusan napasnya di depan telingaku. Membuat gairahku memuncak.

Lelaki bertubuh kekar ini terus menusuk pantatku. Seolah ingin memanjakanku dengan kejantanannya. Dia sungguh lelaki idamanku.

"Sayang, aku... Aku..." aku tak tahan lagi.

"Keluarkan sayang, keluarkan..."

"Arrrghh...sayaaaang..."

Tess..

Terasa sesuatu yang dingin mengenai pipiku. Tetesan air!

Ah, sial ternyata cuma mimpi.

Gara-gara atap bocor!

Aku kecewa, lalu bangun, dan bergegas ke kamar mandi serta mengganti celana.

Mimpi basah.

Damn!

Pukul tujuh pagi, aku keluar kamar hendak berangkat ke kantor.

"Pagi..."

Aku menoleh. Seno?
Seketika aku teringat mimpiku. Rasanya sungguh nyata.

Aku mengangguk dan tersenyum.

Seno menatapku. Lalu berjalan pelan ke arahku. 

Glek!

Seketika tubuhku menegang.

Seno mendekatkan wajahnya perlahan. Kukira ia akan menciumku, nyatanya ia menggerakkan bibirnya ke depan telingaku.

Ia berbisik. "Nanti malam kita makan mie instan lagi ya," sambil mengedipkan sebelah matanya lalu pergi.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 02, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mie InstanWhere stories live. Discover now