Part 1

19 0 0
                                    


-Ketika rasa hanya ada dalam hatimu saja dan harus kau pendam sedalam rasamu padanya-

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seoul, kota dimana semua orang berkumpul mencari penghasilan, cinta dan ketenaran. Aku tinggal di sebuah kota yang sangat ramai dengan segala problematika dan kemewahannya. Meskipun aku bukan seratus persen keturunan korea, aku akan mencoba untuk tinggal disini karena appa. Karena Appa telah mewariskan satu appartement dan deposito untuk pendidikanku di Amerika. Hhhh... rasanya tidak adil saat ini appa tidak dapat disampingku setelah aku menyelesaikan kuliahku. Bahkan Eomma lebih memilih tinggal di Amerika dengan adiknya. Wasiat terakhir appa yang akan aku jalani ini adalah menetap di korea dan menikah dengan orang korea. Konyol, sangat konyol jika aku membaca kembali apa yang appa tuliskan dalam wasiatnya. Aku tak begitu mengerti mengapa ia ingin aku tinggal di korea dan menikah dengan orang korea.

Akhirnya aku sampai di apartment peninggalan appa, rasanya aku merasakan kehadiran appa disini. Senang sekali rasanya bisa tinggal dimana appa menghabiskan banyak waktunya sebagai Hakim. Appa, aku juga lulus seperti appa. Gelar yang kita dapatkan sama, geundae.. aku tidak ingin menjadi hakim seperti appa, aku hanya akan menjadi seorang pengacara saja nde? Kenapa appa tak datang saat hari kelulusanku um? Apakah appa lupa dengan hari itu? Naega.. naega jeongmal bogoshipoyo appa.. kenapa disaat aku dapat membanggakanmu kau malah pergi appa... apakah Tuhan sangat menyayangimu um? Arraseoyo.. aku... aku akan dengarkan appa sekarang. Apapun wasiat appa akan aku lakukan nde? Saranghaeyo appa...

****

Hari kembali berganti, Audrey baru menyadari ia tertidur di sofa sembari memeluk foto Ayahnya yang semalam ia dapatkan dari dinding salah satu kamar apartment.

"ahh jinnja! Kenapa hari ini aku begitu lelah dan mengantuk eoh? Ah aku jet lag matji? Aigooo rasanya aku belum makan satu minggu, kenapa perutku keroncongan begini?"

Audrey membuka kulkas appartment dengan tergesa-gesa berharap ada sesuatu yang dapat mengganjal perutnya saat itu.

"ah jinjja! Bodoh sekali aku ini.. aku baru tiba di Seoul dan mana mungkin ada yang mengisi kulkas apartment kosong ini"

Audrey mendengus menyadari betapa bodohnya ia saat itu. Ia bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang sedari sore kemarin masih mengenakan baju yang ia pakai dari Amerika.

"aigooo.. lapar sekali.." rasa lapar yang ia rasakan kian menjadi, ia tergesa-gesa pergi dan membuka pintu appartment no 1007 peninggalan appanya sembari terus memegangi perutnya yang terasa semakin sakit karena penyakit maag yang ia derita setiap ia telat sarapan pagi.

"auhhh chupta (dingin)..." ia bergumam sembari memasukan kedua telapak tangannya kedalam saku sweater yang ia pakai.

Tap.. tap.. tap...

bruuukk..

"akhh.."

Seseorang menabrak audrey tak sengaja tepat di depan pintu apartment no 1008 dan cepat berlalu memasuki kamar no 1008 dengan kilat.

"aigoo.. hari pertamaku di korea sungguh menyedihkan. Bahkan kedatanganku saja disambut dengan ditabrak laki-laki aneh yang sangat misterius. Di apartment saja pakai masker, memangnya dia siapa? Artis? Penyanyi terkenal? Model? Tch.. orang korea jaman sekarang aneh-aneh saja auhhh.. ahh.. kenapa maag ku kambuh lagi!"

Audrey melanjutkan langkahnya yang sempat terhambat oleh seorang namja yang menurutnya sangat tidak jelas dan menyusahkan harinya saat itu.

"1 roti.. 2 susu pisang.. 2 tteopokki instant.. 1 kimbab.. 4 ramyeon.. ada tambahan lain nona?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ConfessionWhere stories live. Discover now