BAB 01 MENGETAHUI LEBIH DALAM

Start from the beginning
                                    

"Maaf Ibu, ada..."

"Saya temannya Pak Atma. Udah bilang aja gitu."

Belum sempat aku menjawab lagi, Doni sudah berdiri di sampingku.

"Mohon maaf sekali Ibu, kalau misal ada kekurangan dari pelayanan kami, ibu bisa bertemu dengan Pak Adi, sekali Manajer di bagian houskeeper.."

Tapi wanita itu langsung mendengus "Saya laporkan kalian."

Lalu tanpa menunggu jawaban kami, dia mengibaskan rambut panjangnya dan berlalu pergi. Aku dan Doni saling bertatapan.

"Cantik tapi galak."

Itu ucapan Doni, dan aku hanya menggelengkan kepala. Selalu saja ada yang seperti itu.

**** 

Aku pikir masalah itu akan berhenti begitu saja, tapi saat ini aku dipanggil oleh Pak Amir, padahal sebentar lagi shift ku dan Doni berakhir.

"Ada laporan dari tamu kalau kalian tidak sopan terhadapnya."

Mendengar itu aku dan Doni saling bertatapan. Lalu beralih kepada Pak Amir.

"Maaf Pak setahu saya, sejak tadi tidak ada komplain dari tamu."

"Iya Pak. Tidak ada laporan."

Aku dan Doni saling membela diri. Kami ada di dalam ruangan kerja milik Pak Amir.

"Ada seorang tamu yang bernama Talia, dia marah-marah langsung kepada Pak Atma."

Deg

Aku dan Doni saling bertatapan lagi. Ini pasti wanita tadi itu.

"Owh maksudnya tamu yang tadi minta ketemu sama Pak Atma langsung?"

Itu Doni yang mengatakan, tapi Pak Amir mengernyit.

"Beliau bilang kalian nggak sopan. Beliau minta informasi fasilitas kamar juga kalian abaikan. Beliau minta double bed malah kalian kasih single bed, ehm bukan kalian tapi  katanya sama resepsionis wanita. Kamu kan berarti, Jo?"

Mendengar itu tubuhku langsung lemas. Rasa lelah yang sejak tadi aku rasakan makin bertambah saat mendengar hal ini.

"Pak, saya bisa jamin, Jovanka tidak seperti itu."

Doni membelaku, sedangkan aku sudah tidak mengatakan apapun. Difitnah sebegitu cepat aku tidak bisa berdalih.

Pak Amir mengangkat tangannya meminta kami berhenti berbicara karena ada telepon masuk. Beliau mengangkatnya  "Halo,... owh iya Pak. Baik."

Setelah meletakkan gagang telepon kembali, Pak Amir menatapku.

"Jo, kamu disuruh ke ruangan Pak Atma sekarang. Dan kamu Don, boleh pulang."

Tentu saja aku terkejut dengan pemanggilan ini.

"Pak, Jovanka, nggak salah lho, dia difitnah."

Itu pembelaan Doni, tapi Pak Amir tidak bisa dibantah, dan aku hanya menganggukkan kepala.

****

Jantung berdegup kencang saat mengetuk pintu ruangan kerja Pak Atma. Tapi bukan di lantai bawah, ini di lantai teratas. Penthouse, yang memang diperuntukkan untuk Pak Atma. Jadi dia memang suka menginap di sini.

"Masuk."

Suara berat itu membuat aku gemetar membuka handel pintu. Harum khas room makin membuat aku gemetar saat langkah kakiku memasuki kamar mewah ini. Aku hampir memekik saat melihat Pak Atma sudah duduk di sofa panjang dan bersedekap menungguku.

Dia mengenakan kaos polo warna putih dan celana warna senada. Sosoknya tampak lebih santai daripada kemarin yang bersetelan resmi. Tapi auranya masih tetap saja menakutkan.

"Duduk!"

Dia menyuruhku untuk duduk di sofa yang ada di depannya. Perlahan aku langsung menjatuhkan diri di atas sofa empuk ini. Seumur-umur aku juga belum pernah memasuki kamar termewah di hotel ini. Kamar yang tipe deluke saja juga belum pernah apalagi yang ini.

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi," ucapnya galak. Aku makin mengerut di sofa. Tatapannya menghujam ke wajahku. 

"Ehm maaf, Pak. Sebenarnya bukan begitu kejadiaannya. Ibu itu tadi minta ketemu Bapak, terus Doni bilang kalau ada masalah bisa hubungi Pak Adi, tapi ibu tadi langsung pergi."

Pak Atma mengangkat alisnya, lalu berdecak. Seperti kesal mendengar ucapanku. Aku kini menunduk untuk mengurangi rasa gugupku.

"Kenapa kamu malah ke sini kalau kamu nggak salah?"

Heh? Refleks aku menatap Pak Atma yang masih menatapku galak itu.

"Lha tadi disuruh sama Pak Amir."

Pak Atma kini menghembuskan nafas dengan keras.

"Kenapa kamu nggak membantah? kamu punya mulut kan? Kamu berhak buat membela diri kamu sendiri. Kenapa malah nurut saja. Kamu Jovanka yang kemarin juga mau aja disuruh kerja tanpa istirahat kan? Jangan jadi cewek lemah, kalau nggak salah ya bela diri kamu!"


BERSAMBUNG

Ah saya mah pasrah pak, dibilang salah juga gak apa-apa asal dicipok bapak, ehhh,..... wkwkwkwkw

I LOVE YOU , MR. ICEWhere stories live. Discover now