Part 26 - Lost

Mulai dari awal
                                        

Mata Mario membulat sempurna, tatapan yang tadinya penuh kelembutan dan permohonan kini berubah menjadi tajam dan begitu dingin, ucapan Alyssa sudah mampu membuat suasana hatinya berbalik 180 derajat, omong kosong ! Mario benci dengan pengecut yang memilih mundur untuk masalahnya, ia tak menyangka Alyssa mampu memberikan keputusan seperti itu, ia mengira Alyssa akan memahami apapun yang dikatakan Mario, dan berjuang bersamanya sekalipun Ryan Pramudya Haling melakukan segala hal yang dapat memisahkan mereka.

"Omong kosong apa yang kau katakan ?"

"Ini bukan omong kosong, ini adalah keputusan baik, jika kita tetap egois karena sebuah perasaan, permasalahan takkan pernah selesai sampai satu diantara kita mati"

Mario menghela nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan, mencoba mendinginkan kepalanya dan menetralkan emosinya yang mulai meradang, ia harus mengalah untuk kali ini, karena jika tidak ia bisa dengan mudah ditinggalkan Alyssa.

"Ada jalan lain yang bisa mendamaikan ini Al !"

"Tidak, karena sungguh melihatmu saja membuat emosiku meradang, wajahmu seakan mengingatkanku pada Ayah yang merintih didetik kematiannya"

"Itu bukan salahku, jangan mencampur adukan keduanya !" Bentak Mario pada Alyssa.

Tidak, rupanya Mario tidak terlalu mahir dalam perkara mengatasi emosi, karena sekarang ia mampu membentak Alyssa yang kini malah menatapnya tajam dan dingin, oh ayolah.. kemana tatapan hangat serta dekapan mesra malam itu ? semuanya seakan sirna ditelan keegoisan dan amarah.

"Namun kau menjadi petaka bagiku, tidak menutup kemungkinan Ayahmu akan membunuhku dalam waktu dekat karena ia tak mau anak kesayangannya berdampingan denganku, anak yang terlahir dari darah yang sangat ia benci" Alyssa masih mempertahankan argumen dan keputusannya, ia masihlah berfikir bahwa hubungan keduanya tidak akan pernah benar.

"Apa bisa begitu ?"

Tatapan Mario masih pekat pada Alyssa, memberikan kedinginan dan kekesalan sekaligus, namun Alyssa adalah gadis yang tak gentar jika hanya ditatap seperti itu, sudah terlalu banyak ujian kehidupan yang mengalahkan tatapan tajam milik Mario.

"Maksudmu ?" Tanya Alyssa dengan rasa heran dan penasaran terhadap pertanyaan Mario.

"Apa memang bisa begitu mudahnya bagimu memanggilku sebuah petaka setelah kau dengan baiknya mengatakan Cinta ? apakah noda satu titik bisa merusak segalanya ? kenapa kau begitu egois ?!" Tutur Mario dengan beberapa penekanan pada kalimatnya, ia tidak menyangka Alyssa bisa berubah sedrastis ini.

"Jika kau tak lupa aku tidak pernah mengatakan Cinta, aku hanya menciummu dan kau membalasnya, lalu kau mengartikan semuanya dengan cinta" Balas Alyssa yang tidak kalah emosinya, rasa amarah dan kesal juga sudah mendominasi fikiran dan hati Alyssa hingga bentakan bentakan adalah jalan yang keduanya ambil sekarang.

"Omong kosong Alyssa !!"

"Aku tidak pernah lebih jujur dari ini"

Rahang Mario semakin mengetat, segala perkataan yang dilontarkan Alyssa rupanya mampu melejitkan emosinya, amarah dan rasa kesal kini telah mendominasi seluruh lapisan tubuh Mario, tidak pernah ada yang lebih cerdik dari Alyssa dalam perkara membuat tekanan darahnya meninggi.

Mengatur nafas, baik Alyssa maupun Mario kini sedang berusaha menetralkan emosi yang meradang pada keduanya, meredam segala amarah yang melonjak naik dalam waktu sepersekian detik, keduanya sama sama keras kepala, dan ini takkan berakhir dengan cepat. Mario yang awalnya akan mengalah kini ia mengikuti nafsu dan emosinya, semuanya kembali menjadi runyam, dan sulit menemukan obatnya.

"Apa kau pernah mencintaiku ?" Tanya Mario yang kini suaranya sudah lebih halus, tatapan mata Mario pun kembali melembut.

Alyssa memberikan seringaian pada Mario, apa katanya Cinta ? ohh bahkan hal itu adalah kata terakhir yang akan ia rasakan sekarang.

Precious TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang