Pada awalnya Seungwan berpikir jika dia bisa belajar mencintai Yoongi, namun akhirnya Seungwan sadar jika semua tidak akan berhasil jika hanya Seungwan yang mencoba seorang diri. Sekarang, Seungwan menyerah. Sayangnya setelah Yoonjae datang, tiba-tiba saja anak itu menjadi begitu penting dalam hidupnya saat ini. Seungwan tidak peduli jika dia harus mengorbankan dirinya sendiri demi Yoonjae.

"Kapan kalian akan mengadopsinya?"

"Secepatnya, Ayah. Yoongi sedang mengurus dokumennya."

"Ayah tidak keberatan. Kalian sudah dewasa. Ayah percaya pada keputusan kalian. Akhir pekan ini datanglah bersama Yoongi ke rumah. Ayah ingin berbicara pada kalian berdua."

"Baik, Ayah. Terima kasih karena sudah percaya pada kami. Maaf karena tidak bisa berada di sini lebih lama. Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan."

"Tidak apa-apa. Ayah senang kau kemari."

Seungwan tersenyum kemudian berpamitan kepada kedua orang tua Yoongi.

***

Hari ini cukup melelahkan bagi Seungwan. Sekarang dia tidak hanya mengurusi toko rotinya, tapi juga mengurus seorang bayi. Seungwan tersenyum saat melihat Yoonjae tertidur pulas setelah minum susu. Seungwan kemudian keluar dari kamarnya, bermaksud mengambil air minum. Seungwan berhenti di ruang tengah saat ia berpapasan dengan foto pernikahannya dengan Yoongi yang terpajang dalam sebuah pigura yang berukuran cukup besar.

Enam bulan yang lalu, Seungwan resmi menikah dengan seorang pria yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Keluarganya memohon padanya untuk menikah demi menyelamatkan perusahaan. Seungwan tentu saja menolak, tapi dia tidak kuasa melawan keputusan keluarganya seorang diri. Selain itu, Seungwan menyetujui pernikahan tersebut karena merasa iba pada keluarganya.

Tidak terasa enam bulan berlalu dan Seungwan tidak pernah menyangka dia akan melewati enam bulan ini. Seungwan hanya bisa menghela nafas sambil membayangkan sebentar lagi ia akan terbebas dari semua ini. Namun, entah kenapa semua masih saja terasa berat.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Seungwan berjengit kaget karena tiba-tiba saja Yoongi muncul dan berdiri di sebelahnya.

"Tidak ada" Seungwan buru-buru ke dapur. Tentu dia tidak ingin ketahuan bahwa dia sedang memandangi foto pernikannya dengan Yoongi.

"Yoonjae sudah tidur?" Seungwan menoleh saat melihat Yoongi menghampirinya kemudian duduk di meja makan.

Seungwan hanya mengangguk. Seungwan merasa aneh mendengar seorang Min Yoongi bertanya lebih dulu kepadanya. Seungwan bahkan tidak ingat kapan dia berbicara dengan kasual kepada Min Yoongi.

Rasa herannya tidak berhenti saat itu. Seungwan kembali terheran saat Yoongi menyodorkan sebuah amplop di atas meja. Seungwan akhirnya mendekat dan duduk berseberangan dengan Yoongi.

"Hasil tesnya sudah keluar" ucap Yoongi seolah mengetahui apa yang akan ditanyakan oleh Seungwan.

"Bagaimana?"

"Kau benar."

"Yoonjae benar anakmu?"

Yoongi mengangguk lemah.

"Kenapa? Kau tidak bisa menerimanya?"

"Ini aneh."

Seungwan tersenyum. Yoongi bisa melihat raut hambar terpatri di wajah Seungwan di antara cahaya temaram yang meliputi keduanya.

"Sekarang jauh lebih aneh. Kau dan aku duduk di meja yang sama dan kita sedang membahas tentang seorang anak yang datang entah darimana."

"Lalu, sekarang bagaimana?"

"Aku tidak akan menyeret Yoonjae lebih jauh dari ini. Kau juga harus tahu bahwa aku tidak akan membiarkan Yoonjae sebatang kara apalagi kalau harus dititipkan di panti asuhan. Segera urus dokumen adopsinya. Setelah itu kita akan lanjutkan proses perceraiannya. Bagaimana?"

Yoongi terlihat berpikir sebentar kemudian ia teringat sesuatu.

"Ah, aku hampir lupa. Tadi Hoseok bilang kau ke kantor untuk bertemu Ayah."

"Mereka menanyakan alasan mengadopsi Yoonjae. Ayah mertua juga meminta kita ke rumahnya akhir pekan ini."

"Kau tidak mengatakan hal yang aneh kan?"

"Aku hanya menyelesaikan kekacauan yang kau buat."

Yoongi berdecak kesal. Bisa-bisanya Seungwan menyalahkannya.

"Setelah keputusan melankolismu, kau malah menyalahkanku."

"Dia anakmu. Kau yang seharusnya bertanggung jawab."

"Dia tidak seharusnya ada dan membuat semuanya semakin rumit."

"Min Yoongi! Tolong jangan bicara seperti itu tentang Yoonjae."

"Kenapa kau tersinggung? Dia bahkan bukan anakmu."

"Sekarang dia anakku dan sebentar lagi dia akan resmi berada di bawah tanggung jawabku. Aku tidak peduli jika kau tidak menginginkannya. Tapi, aku tidak bisa terima saat kau tidak menghargai keberadaannya."

"Berhentilah bersikap melankolis. Ingat, urusan kita sudah hampir selesai. Setelah dokumen adopsi Yoonjae selesai, bersiaplah untuk menghadapi efek setelah kita resmi bercerai."

"Aku sudah siap jauh sebelum hari ini, Tuan Min."

"Bagus. Itu lebih baik."

***

Red Strings (✔)Where stories live. Discover now