p r o l o g

1.5K 178 4
                                    

Kulebarkan langkah sekuat tenaga. Berlari sekencang mungkin menerjang semak belukar yang hampir membelit kakiku. Tajamnya dahan-dahan yang menggores kulit tak kupedulikan lagi. Aku hanya ingin lepas darinya.

Sesaat aku menoleh ke belakang melihat keberadaannya. Mataku membulat sempurna ketika melihat dia bersiap dengan pelatuknya. Kembali aku memandang ke depan dan memacu tenagaku dengan sekuat tenaga. Aku tak ingin mati sia-sia di tangannya.

DOR!

Sontak tanganku tertarik ke kanan dan membuatku hampir terjengkang. Sebutir peluru itu nyaris menembus tubuhku jika meleset sedikit saja. Kuangkat pandangan melihat siapa yang kini meraih pergelangan tanganku.

Senyumku perlahan mengembang bahagia akan kehadirannya. Sejenak oksigen dengan leluasa mengisi rongga paru-paruku yang nyaris kosong. Namun, dia hanya diam memandangku sebelum kembali menarik kesadaranku agar segera terkumpul.

Kuimbangi irama langkahnya yang tak berhenti sedikit pun. Makin cepat dan tak tertahan. Menghantam hembusan angin yang bergerak melawan arah. Menerobos puluhan ranting dan dedaunan yang menggores kulit tubuhku. Tak kuhiraukan semua itu. Hanya dia yang kulihat.

Hanya pria itu.

Genggaman sontak dia eratkan sebelum membawaku terjun ke dalam luasnya danau hijau.

Dalam sekejap riak air memenuhi penglihatan dan pendengaranku. Rasa dingin seketika menyentuh kulitku, menjalar perlahan hingga kurasa mengubah suhu tubuh. Genggamannya, tak sekali pun ia lepas, tetap terkait dan makin erat.

Tubuhku melayang-layang mencari pijakan. Begitu juga sebelah tanganku yang bebas bergerak mencari pegangan. Helain rambutku pun menari dengan gemulai menutupi sebagian wajah.

Namun, masih bisa kulihat dengan jelas bagaimana dia bergerak mendekatiku. Menciptakan gelembung air di antara bibir kami. Mempersempit jarak dan mengisinya dengan tatapan saling memuja.

Hingga kurasakan kejutan tubuhnya yang diikuti memerahnya air di sekeliling kami. Kembali tembakan itu menghantam tubuhnya bertubi-tubi yang mencoba menutupiku, menyelamatkanku.

Kusentuh wajahnya seiring jatuhnya air mataku yang melawan gravitasi dn bercampurkan air danau. Mencoba membuatnya tak terpejam, walau hanya sesaat.

Tangannya pun terangkat menyentuh wajahku. Dan bibir itu bergerak lemah, mencoba menyuarakan kalimat yang masih bisa kutangkap dengan jelas sebelum kedua matanya terpejam erat.

"Find me."

****

H I MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang