KHOLIS DAN FARICHA Senandung cinta penuh makna

164 3 0
                                    

                    Langit begitu kelam siang hari ini. Mendung-mendung masih menyeruak diatas udara. Hujan turun dengan lebat. Angin bertiup kencang. Mobil-mobil dan motor – motor tampak ribut dan berjalan seperti kilat di jalan raya. Petir dilangit tampak terdengar syahdu di telinga setiap orang yang mendengarnya. Suasana itu seakan-akan membuat Faricha tertekan-tekan apalagi kali ini ia sedang berteduh disebuah halte bis dekat kampus bersama motornya. Faricha tampak kedinginan sehingga ia mendekapkan kedua tangannya ke tubuh mungilnya. Selang beberapa menit kemudian ada cowok yang seumuran dengannya berhenti dengan motornya tepat depan Faricha. Kemudian cowok itu membuka helmnya dan ikut berteduh bersama Faricha. Cowok adalah Kholis-teman seprogram studinya dikampus. Kholis langsung berdiri disampingnya Faricha sembari mendekapkan tangannya ke tubuhnya. Dia tampak kedinginan pula.

" Kamu baru pulang juga..." tanya Faricha dengan menggigil kedinginan.

" Iya, soalnya tadi ada kerja kelompok di perpus." jawab Kholis tegas.

Kemudian Kholis dan Faricha terlibat percakapan sederhana antara mereka berdua dan terkadang diselingi canda gurau. Gelak tawa mereka bagaikan orang yang sedang kejatuhan duren dari langit hingga hujan reda dan akhirnya mereka pulang masing-masing.

                                                                                ***

             Rumah yang cukup apik dan bertembok. Berhiaskan cat ungu yang membalutnya tampak terlihat indah dan menawan dipandang mata. Gerbang pintunya saja masih tertutup rapat. Selang beberapa menit kemudian seorang cowok, yang lain dan tidak bukan adalah Kholis datang mengendarai motornya dan berhenti didepan rumah tersebut. Dia membuka gerbang pintu dan memasuki pelataran rumah itu. Lalu ia melepaskan helmnya dengan pelan. Setelah itu ia memasuki rumahnya.

Ibunya sedang duduk rapi disebuah kursi menghadap jendela rumah yang menunjukan suasana luar rumah. Perempuan setengah baya itu masih melenturkan otot-otot ditubuhnya.

Dia baru saja pulang kerja dari rumah sakit. Kholis yang membelakangi ibunya berhenti sejenak memandangi sang ibu yang berada dekat jendela itu sembari tersenyum kecil.

" Sudah pulang nak..." tanya ibu tanpa menatap wajah Kholis dan tetap terjaga pandangannya ke jendela.

Kholis menghampiri ibunya. Sekaligus mencium tangan ibunya sebagai rasa hormatnya ke sang ibu.

" Iya bu. Tadi hujan deras dan habis kerja kelompok juga dikampus." jawab Kholis dengan manis.

Lalu Kholis pun pergi meninggalkan sang ibu menuju kamar pribadinya. Seketika Kholis masuk kamar. Kemudian sang ibu memandanginya hingga ia lenyap masuk kamar. Ibunya tersenyum kecil. Kemudian menghela nafasnya sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah gelang yang terbuat dari karet. Bentuknya kecil dan bertuliskan nama Kholis. Gelang karet itu sudah usang dan sedikit memudar warnanya. Sang ibu memandangi gelang itu dengan penuh makna.

Ibu tau Kholis. Sebenarnya ibu tidak berhak atas dirimu karena kamu bukan anak kandung ibu. Ibu merasa berdosa telah mencuri kamu dari rumah sakit waktu itu. Gumam sang ibu dalam hati sambil meneteskan airmata suci dari wajahnya.

Ingatan sang ibu mengingatkan kembali ke tahun silam sewaktu dia mencuri seorang bayi lucu dirumah sakit. Kebetulan dia yang menolong lahiran seorang perempuan dirumah sakit itu. Memang kebetulan juga ibunya Kholis ini juga seorang suster di rumah sakit tempat bersalin tersebut. Keinginannya punya anak sangat besar tapi dia tak bisa mengandung karena mandul. Suaminya pun sekarang sudah pergi ke surga. Kholis dan ibunya hanya tinggal berdua di sebuah rumah sederhana tapi sangat damai. Kholis tak tau menahu tentang masalah ini. Dia menganggap ibunya yang sekarang adalah ibu kandungnya sendiri. Semua penuh rahasia.

LOVE IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang