"Kalau begitu apa yang akan kaulakukan dengan kita?", Chenle berkata lagi, kali ini nada suaranya sedikit pelan.

Jisung mengalihkan pandangannya dari Chenle dan bersandar di jok mobilnya. Sudah hampir 30 menit mereka berdua berada didalam mobil yang berhenti tepat didepan rumah Chenle. Namun ia belum menyelesaikan apapun yang harus diselesaikannya dengan Chenle.

"Aku seharusnya menurut saja ketika kau ingin memperkenalkanku pada orang tuamu", Chenle berbicara lagi.

"Jangan bahas hal itu lagi."

"Apa mereka akan tetap menjodohkanmu jika mereka sudah mengenalku?"

"Kumohon, Hyung!", Jisung menggeram kecil. Sejak ia membicarakan masalah ini dengan Chenle, pria itu menyalahkan dirinya yang selalu menolak setiap kali Jisung ingin memperkenalkannya pada orang tuanya.

Chenle mengangguk dan menggeser tubuhnya hingga menghadap pada Jisung. Dengan kedua tangannya, ditangkupnya wajah Jisung hingga pria itu membalas tatapannya.

"Menikahlah. Tapi pastikan hatimu milikku. Aku akan menunggumu benar-benar kembali padaku."

Jisung tidak berkata apa-apa. Ia memajukan wajahnya hingga bibirnya mencapai bibir Chenle. Sedikit frustasi, dilumatnya kedua belah bibir itu hingga Chenle melenguh dan melepaskan tangannya dari wajahnya dan kemudian beralih memeluk lehernya. Perlahan Chenle membuka bibirnya, membiarkan lidah Jisung menelusup masuk dan mengeksplor mulutnya. Chenle melenguh sekali lagi dan semakin mengeratkan pelukannya pada leher Jisung.

.

.

.

.

.

Jaemin memandang Jisung yang berdiri tidak jauh darinya, masih sibuk menyalami beberapa tamu yang masih tersisa. Sedangkan ia sendiri sudah duduk di salah satu kursi, mengistirahatkan kakinya yang pegal setelah hampir seharian berdiri.

Menyalami? Ya. Ia dan Jisung baru saja mengucapkan janji pernikahan mereka dan melaksanakan resepsi disebuah ballroom hotel. Jaemin tersenyum kecut membayangkan betapa terburu-burunya pernikahannya. Bukan pernikahan yang diharapkannya memang, karena ia membayangkan pernikahan yang sempurna dengan segala sesuatu yang diatur sendiri olehnya, tapi orang tuanya cukup mengatur pesta pernikahan yang indah.

"Aku tidak akan bertanya bagaimana lelahnya kau, karena aku saja sudah hampir merasa pingsan", Jaemin mendongak begitu mendengar suara didekatnya dan langsung memandang Park Haechan, kakak ipar Jisung, dengan seorang balita dan seorang bayi dalam gendongannya.

Melihat hal itu Jaemin segera menarik sebuah kursi untuk membantu lelaki itu duduk, "Aku merasa kakiku akan diamputasi", candanya.

Haechan terkekeh mendengar ucapan Jaemin, "Dimana si manusia Park? Seharusnya kalian sudah pergi beristirahat", ia memutar kepalanya mencari, "Tidak satupun manusia Park bisa kutemukan."

Jaemin tersenyum kecil, tahu yang dimaksud Haechan adalah ia tidak bisa menemukan Mark, kakak lelaki Jisung sekaligus suaminya. "Jisung ada disana", Jaemin menunjuk dengan dagunya pada Jisung yang terlihat berbicara dengan seseorang, "dan Mark-Hyung disana", ia menunjuk arah lain.

Catch Your Heart ➳ sungjaemWhere stories live. Discover now