Tapi ia kemudian tersenyum lagi. Apa pedulinya? Jisung impiannya dan hanya selangkah lagi sebelum ia mendapatkan impian itu. Walaupun sulit, apakah ia akan menyerah begitu saja saat inilah sartu-satunya kesempatan baginya? Tidak. Jaemin bukan lelaki seperti itu.

"Seperti yang kukatakan, mari melakukannya."

°l||l°l||l°l||l°

"Dasar bodoh! Dimana otakmu?", Renjun menggeram kecil menatap Jaemin yang duduk di meja kerja disebelah meja kerja miliknya, sibuk menggambar beberapa sketsa.

"Aku akan menikah Renjun. Kau harusnya memberi ucapan selamat, bukan memarahiku", Jaemin bahkan tidak menatap Renjun ketika berbicara.

"Ya. Dengan pria yang mengatakan bahwa ia menikahimu hanya karena ibunya dan dengan jelas memberi tahumu bahwa ia memiliki kekasih!"

Jaemin menghentikan kegiatannya. Renjun memang selalu meledak-ledak jika itu berhubungan dengan sesuatu yang tidak disukainya.

"Dimana lagi kau bisa menemukan pria yang melakukan sesuatu sebesar itu demi ibunya. Tidak banyak pria baik seperti itu. Lagipula ia akan mengurus hubungannya."

"Kau bermain-main dengan sesuatu yang besar, Jaemin!", Renjun mencoba memperingatkan lagi.

Jaemin mengangguk, ia bukannya tidak mengerti apa yang sedang dilakukannya. Ia sangat mengerti apa yang sedang dipertaruhkannya saat ini.

"Aku tahu."

"Kau terobsesi padanya", kali ini Renjun berkata lebih lembut, tidak ingin menyinggung perasaan Jaemin.

Hal ini juga sudah dipikirkan oleh Jaemin. Apakah memang mungkin ia terobsesi dengan Jisung saat ia justru tidak mengetahui apapun tentang pria itu. Tapi Jaemin menolak pikiran itu, segala yang dilakukannya selama ini – mengamati diam-diam – sudah memberi tahunya apa yang ia rasakan. Jaemin menatap Renjun dengan puppy eyesnya, tahu bahwa Renjun akan luluh.

"Aku menyukainya, Renjun."

Renjun mendesah pelan, ia kalah. Apalagi yang bisa dikatakannya saat Jaemin sudah mendapatkan keputusannya sendiri.

"Kuharap kau tidak menyesali keputusanmu, Jaemin", ia mengusap sayang kepala Jaemin, teman kerjanya ini sudah dianggapnya sebagai adiknya sendiri dan tidak ada kakak yang ingin sesuatu yang buruk menimpa adiknya. "Aku hanya khawatir padamu."

"Tidak akan!", Jaemin mendekatkan tubuhnya dan memeluk Renjun, "Kau tahu aku bahagia, Renjun."

°l||l°l||l°l||l°

Jisung melihat lelaki disebelahnya yang serius mengamati ponselnya yang menampilkan sebuah foto.

"Jadi ini calon istrimu?"

Jisung tersentak kaget, baru menyadari ia terhanyut dalam lamunan ketika memandangi lelaki itu. Ponselnya diulurkan kembali padanya dan Jisung langsung menutup foto yang baru saja mendominasi layar ponselnya itu.

"Chenle-Hyung. . ."

"Aku tidak salah, kan?"

Jisung hanya bisa diam, tidak menjawab lagi ucapan Chenle.

Catch Your Heart ➳ sungjaemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang