Part 6

555 66 8
                                    

“Alaska, nanti daddy tidak bisa menjemput,” gumam Zayn. “Nanti aunt Cassie akan menjemputmu, lalu kau menginap dirumahnya malam ini, ya?”

Zayn langsubg tahu kalau Alaska tidak suka dengan gagasan itu karena anak perempuannya ini tahu-tahu cemberut.

“Memang kenapa?” tanya Alaska ketus.

“Daddy nanti malam tanding lawan Atletico, sayang,” Zayn tersenyum lembut. “Daddy harus pulang malam, atau pagi. Alaska, kan, tidak bisa dirumah sendirian. Besok pagi daddy jemput di rumah aunt Cassie, ya?”

“Daddy jahat.”

Alaska langsung berbalik badan dan berjalan menuju gerbang sekolahnya yang tinggal beberapa meter lagi, tanpa mempedulikan Zayn. Zayn menghela napas, lalu ia mengejar anak perempuannya itu.

Lucu juga mengingat Alaska bisa berubah seperti seorang pacar yang sedang ngambek kalau ia sedang seperti ini.

“Hey, Alaska,” panggil Zayn, membuat Alaska menoleh. “Hari Sabtu ini kita ke London Eye, sebagai ganti karena Alaska harus menginap di rumah aunt Cassie. Hanya daddy dan Alaska. Bagaimana?”

Karena wajah Alaska berubah cerah, Zayn jadi yakin kalau tawarannya berhasil. Ini tidak akan jadi kali pertama mereka ke London Eye karena Zayn sudah sering membawa Alaska ke London Eye. Dan faktanya, Alaska suka London Eye.

Alaska suka memperhatikan bangunan-bangunan yang mengecil di bawah mereka. Alaska juga suka dengan bentuk kapsul London Eye yang berkaca. Pernah satu kali Zayn menyewa satu kapsul hanya untuk mereka berdua.

“Benarkah?” kata Alaska pada akhirnya. “Kita ke London Eye?”

“Ya,” jawab Zayn. “Habis itu kita bisa ke Musical Museum atau kemanapun terserah Alaska, karena daddy akan meluangkan seluruh hari Sabtu buat Alaska.”

Alaska menyeringai. “Ya sudah, Alaska mau menginap di rumah aunt Cassie,” kata Alaska pada akhirnya.

Zayn tersenyum. “Nah.”

“Dah, daddy,” kata Alaska riang. Gadis kecil itu mencium pipi Zayn tepat sebelum masuk ke dalam gedung sekolah yang sudah mulai ramai.

Zayn hanya menatap punggung gadis kecilnya yang lama-lama menghilang dari pandangannya. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke sebrang jalan—dimana ia merasa seseorang sedang memperhatikannya sejak tadi.

Benar saja. Disana ada Iris alias Ms. Tomlinson, yang sedang berdiri mematung sembari menatap ke arah Zayn. Zayn tidak tahu apakah cewek itu sudah berdiri disana sedari tadi atau baru saja, yang jelas cewek itu sedang menatap ke arahnya.

Zayn awalnya ragu apakah ia harus menunggu sampai Iris menyebrang lalu menyapanya dan berbasa-basi atau langsung pergi saja, tetapi berhubung ia sedang tidak mood berbasa-basi, opsi kedua terlihat lebih bagus.

Mereka masih bertatapan selama mungkin lebih dari 5 detik, sampai Zayn akhirnya memutuskan untuk tersenyum kecil sebelum masuk ke dalam Audi nya dan pergi menjauh.

***

Samantha Jacobs sedang asyik mengetikkan rangkaian kata-kata di laptopnya saat tiba-tiba seorang cowok berambut keriting yang mengenakan kaus putih polos serta celana jins panjang duduk di hadapannya.

Senyum Samantha tidak bisa tertahan lagi ketika mata hazelnya bertemu dengan mata hijau cowok ini. Entah sudah berapa lama mereka tidak bertemu. Terakhir kali mereka bertemu, ya di tempat ini. Tepat sebelum Samantha dan keluarganya pindah ke Amerika.

“Nice day, isn’t it?” gumam Harry.

“What a nice greeting,” Samantha menjawab dengan sarkatis, tetapi Harry malah tersenyum. “Don’t you miss me, Curly?”

Slightly InfiniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang