OS 019 - Papa

2.4K 200 14
                                    

"K-kenapa papa disini?"

Aku suka melihat matanya yang ketakutan. Membuatku merasa cukup gila untuk menelannya bulat-bulat. Mata birunya yang cantik akan melebar dan alisnya yang indah akan mengkerut. Bibir merahnya akan sedikit bergetar dan suaranya yang manis akan mencicit pelan, seakan takut akan adanya orang yang mendengar.

Hanya ada kata 'cantik' untuk menggambarkannya.

Aku tersenyum manis yang mana malah membuatnya terlihat lebih ketakutan. Melihatnya yang ketakutan membuatku tak bisa menahan kekehan. Kekasih kecilku memang sangat menggemaskan.

"Papa akan menemanimu tidur." tanganku mengelus pipinya, kemudian merambat ke bibirnya dan berlama-lama disana. "Bukankah kamu takut tidur sendirian?" senyum dibibirku kian melebar. Aku sedang menahan diri untuk tidak segera memakannya, ah.

Tangan kecilnya mendorong dadaku, aku menangkap cakar kecil itu dan membawanya ke bibirku, menciuminya dengan penuh pemujaan, tubuhnya mulai gemetaran. "P-papa harus pergi! Ma-mama, dia, dia ada di rumah."

"Hm, apa papa harus mengusirnya terlebih dahulu?" aku bertanya main-main.

Dia menggelengkan kepalanya, matanya agak berkaca, terlihat seperti kucing kecil yang dianiaya. Aku mencium kedua matanya tanpa menahan diri.

"Papa suka kamu, apa kamu suka papa?"

Dia mengangguk dan menggelengkan kepalanya dengan wajah merah. Matanya yang penuh keraguan menatap padaku. "Naru suka papa, tapi papa milik mama." suaranya terdengar sedih saat mengatakan ini.

Aku segera menyegel bibirnya sebelum dia mengeluarkan penolakan. Sudah dua hari aku tidak makan karena beberapa hal menjengkelkan yang terjadi. Membuatku sangat kelaparan sekarang. Dan saat aku mendengar dia mengatakan 'suka' padaku, itu hanya membuatku semakin tak bisa menahan.

Suara kecipak basah diantara bibir kami yang bertemu terdengar seperti simfoni surga, membuatku ingin membuat seseorang dikamar samping mendengarnya. Bagaimana reaksi wanita itu ketika menyaksikan suami dan anaknya tengah bercumbu rayu?

Aku tersenyum penuh kepuasan diantara ciuman kami ketika sekelebat bayangan seorang wanita yang mati karena serangan jantung muncul dalam benakku.

Tapi wanita itu tidak akan mati terkena serangan jantung, kematian jenis ini terlalu baik buatnya. Wanita itu bagaimanapun harus mati secara perlahan, baru akan membuatku puas.

Aku melepas bibirnya yang manis, pindah ke telinganya yang imut, dan berbisik pelan disana. "Papa hanya akan menjadi milikmu!"

...

Aku mengaku, aku tak lebih dari pria berengsek yang suka makan tanpa membayar. Memiliki wajah tampan dan tubuh menggoda, jadi mengapa aku tidak memanfaatkannya. Aku menggunakan ketampananku untuk menipu para wanita kesepian.

Aku pikir hidupku hanya akan terus berputar pada menggoda-menipu-menghilang. Tak pernah terbesit dalam pikiran kalau suatu hari aku akan menikahi seseorang. Tidak sampai aku melihat bocah itu.

Bocah kurus yang terlihat tak terurus. Dia selalu terlihat memakai pakaian usang. Seolah dia lahir dari keluarga serba kekurangan, padahal jelas-jelas ibunya seorang wanita terpandang. Wanita dengan perhiasan dan pakaian mahal. Betapa mereka terlihat seperti langit dan bumi.

Aku masih ingat pertemuan pertama kami. Saat itu sore hari, dia tengah menyirami tanaman saat aku dan ibunya datang dengan tubuh menempel mesra memperlihatkan keintiman. Matanya yang jujur terlihat terkejut, namun segera keterkejutan pada matanya berganti menjadi binar bahagia.

Dia mendekati kami dengan kaosnya yang agak basah. Senyumnya yang lebar nampak secemerlang matahari pagi. Dia nampak ragu saat memanggil 'mama' pada wanita dalam pelukanku. Dan saat matanya melirikku, aku merasa seperti ada sesuatu yang membuat jiwaku bergetar hebat, jantungku berdegup keras untuk sesaat.

Perasaan asing itu membuat aku linglung. Itu hanya lirikan mata biasa dari seorang bocah, sejujurnya aku merasa agak dirugikan saat itu.

Wanita dalam pelukanku terlihat jijik pada bocah itu, suaranya kasar dan acuh tak acuh saat memperkenalkan kami. "Ini Itachi, calon suamiku!" bocah itu mengangguk paham, masih sambil tersenyum dia memperkenalkan dirinya sendiri padaku. "Aku Naruto... papa." aku agak terkejut mendengarnya memanggilku papa, saat aku sadar dari keterkejutan bibirku sudah tersenyum lebar.

Wanita itu terlihat marah, dia melepaskan tanganku dari pinggangnya dan berjalan kearah bocah itu. Belum sempat aku bertanya apa yang akan dia lakukan, suara tamparan sudah terlebih dahulu terdengar. "Anak sialan! Kau bernai memanggilnya papa? Kau pikir kau diapa?!" bocah itu memegangi pipinya dengan sedih, tapi terlihat tak berani membuat pembelaan apapun. Melihatnya terlihat begitu tak berdaya membuat sesuatu didalam diriku berdenyut nyeri. "Jangan hanya karena aku mengijinkanmu memanggilku mama kau menjadi lupa diri, dimataku kau tak lebih dari pengurus rumah."

Aku segera menggelengkan kepala, mengenyahkan kenangan buruk itu dari dalam kepalaku. Mengingatnya hanya akan membuatku sedih dan marah.

Ibunya yang merupakan targetku merupakan orang sombong, yang berpikir bahwa dunia selalu berada dibawah kakinya. Awalnya aku hanya ingin menipu wanita itu kemudian menghilang, namun untuk bisa terus melihat si bocah manis aku malah memutar jalan dan berakhir menikahinya.

Aku memang gila. Untuk bisa terus melihatnya aku melakukan hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Tapi aku tak menyesal. Bocah manis ini adalah harta karun, dengan memilikinya disisiku aku tak lagi peduli pada hal lain. Aku sudah memiliki harta paling berharga, jadi untuk apa aku menginginkan yang lain?

Aku tersenyum lebar, menarik tubuhnya kedalam pelukan. Dia pasti kelelahan karena semalam aku bermain terlalu berlebihan.

Aku tidak tahu sejak kapan aku jatuh cinta pada bocah ini. Mungkin itu sejak pertama kali aku melihatnya? Yah, siapa peduli, yang terpenting aku memilikinya.

Aku mencetak ciuman seringan bulu diatas kepalanya.

Ah, omong-omong sepertinya aku melupakan sesuatu...

...

Omake

Dikamar samping seorang wanita cantik tengah menangis lirih, matanya dipenuhi kebencian. Tubuhnya terikat pada sebuah kursi dan mulutnya tertutup lakban. Dia hanya memakai jubah mandi, sedangkan pendingin berada dalam suhu terendah, tubuhnya nyaris membeku, hanya menunggu waktu sampai dia mati karena kedinginan.

Owari

...

Okada Hikami ingin mengatakan sesuatu :

OS (oneshoot) ItaNaru! tamat(?). Karena beberapa hal (seperti kurangnya inspirasi untuk menulis, dll) jadi saya akhiri sampai disini. Daripada saya terus mengumbar janji (PHP) akan segera melakukan pembaharuan (update) lebih baik saya mengakhirinya saja. Saya benar-benar kehilangan rasa untuk menulis. Sekian dan terimakasih.

Ketjuf mesra dariku, 😘
okadahikami.

S A Y O N A R A

[Selasa, 19 November 2019]
Published

ONESHOOT (ItaNaru!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang