OS 018 - Menua Bersama

1.6K 183 12
                                    

Seorang lelaki tua dengan rambut putih yang hampir menutupi seluruh kepalanya terlihat tengah memandang purnama dari balik jendela. Kulit wajahnya yang sudah tak lagi kencang tertarik berlawanan saat lelaki tua ini tersenyum. Keriput penanda umur bisa kau lihat menggantung di setiap jengkal tubuhnya yang tak tertutup kain.

Lalaki tua ini mengenakan pakaian berkabung berwarna hitam, percaya atau tidak dia hanya memiliki pakaian berkabung di lemari pakaiannya—dan semua itu berwarna hitam.

Mata yang sudah tak mampu melihat dengan jelas ini masih terlihat cantik di usianya yang sekarang. Meski tak sejernih saat masa mudanya dulu, biru matanya masih mampu menciptakan kehangatan bagi siapa saja yang melihatnya.

Melihat purnama hanya akan mengingatkan diri akan masa muda. Sekarang ia mulai mengenang akan masa indah yang tak akan bisa di ulang. Seandainya bisa ia ingin sekali lagi kembali ke masa itu, untuk melihat wajah tampan yang kini hanya mampu ia lihat melalui potretnya saja. Karena 'orang itu' sudah tak lagi ada di dunia.

Senyum perlahan memudar, wajah tua kini dipenuhi oleh gurat kesedihan.

Sudah tiga tahun berlalu, tapi itu terasa seperti baru kemarin mereka mengucap perpisahan tuk selamanya. Masih membekas di ingatan kala 'orang itu' terbaring lemah di ranjang. Mata tajamnya sudah lama kehilangan ketegasan sejak penyakit sialan datang, yang tersisa hanya mata sayu yang mendatangkan rasa nyeri setiap kali ia melihatnya.

Lalaki tua berbalik dan berjalan menjauh dari jendela. Langkah kakinya membawanya ke sudut ruangan. Disana ada potret besar yang tergantung di dinding. Dua pria muda tersenyum lebar, terlihat bahagia dalam sekali pandang. Yang satu berambut pirang dengan sepasang mata cantik berwarna biru. Sedang satunya berambut hitam dengan sepasang mata yang menyerupai langit malam.

Keduanya mengenakan pakaian pengantin pria berwarna putih. Mereka terlihat sangat tampan.

Itu adalah hari pernikahan mereka.

Lalaki tua tersenyum sedih. Entah bagaimana, kini tiap kali ingat hari pernikahannya dengan 'orang itu' yang ada hanya rasa nyeri di hati. Nyeri karna itu hanya kenangan. Nyeri karna 'orang itu' sudah tak lagi bersama dengannya.

"Aku ingin menyusulmu, tapi kau malah memintaku untuk hidup selama mungkin. Kau hanya menyiksaku, Itachi."

Setidaknya mereka telah melewati masa tua bersama, meski kematian lebih dulu menjemput satu dari keduanya.

...

Selesai diketik [15-04-19]
Dipublikasikan [06-07-19]

Miss me? 🤗

Ada beberapa OS yang hampir selesai, ditunggu eaaa... 😘 sekarang yang pendek dulu :v

ONESHOOT (ItaNaru!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang