Bagian 1

27.4K 1.2K 20
                                    

Kring.. Kring.. Kring.. sebuah jam weker mengeluarkan suara nyaring ketika jarum panjang tepat menyentuh angka 12. Sebuah tangan meraih jam itu, mematikan bunyi yang membuatnya terjaga dari tidurnya.

Ia menyibak selimutnya, menurunkan kaki jenjangnya hingga menyentuh lantai yang dingin.

Seperti pagi biasanya, gadis itu masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan tubuhnya, keluar dari kamar mandi, membuka lemari yang ia beli 4 tahun lalu. Mengambil acak pakaian dari dalam sana, ia tak perlu memilih pakaian karena dalam lemari itu hanya terdapat beberapa lembar pakaian saja. Entah sudah berapa lama dia tidak membeli pakaian. Ophelia tidak memiliki uang yang banyak. Setiap menerima gaji, uang itu akan habis bahkan sebelum satu minggu berlalu. Jangankan untuk membeli pakaian, untuk membeli makanan yang bergizi saja ia tidak bisa, hanya makanan di cafetaria hotel yang mencukupi gizi yang ia butuhkan.

Selesai menyiapkan dirinya, Ophelia melangkah menuju ke dapur. Kontrakan yang ia tempati tidak besar namun terdapat dapur, kamar dan ruang tamu kecil disana. Untuk Ophelia yang tinggal sendirian dengan tamu yang jarang mendatanginya, itu sudah benar-benar cukup baginya.

Mie instant dan telur adalah perpaduan sarapan terbaik yang Ophelia miliki saat ini. Hampir setiap pagi ia bertemu dengan dua makanan yang menurut sebagian orang adalah makanannya para rantauan akhir bulan. Makanan terlezat ketika uang gajian sudah habis untuk membayar ini dan itu.

Ophelia keluar dari rumahnya, mengunci rumahnya dan memeriksanya kembali. Tak ada barang berharga di kediaman Ophelia, namun bagi Ophelia yang tak memiliki cukup banyak uang, apa yang ada di rumahnya adalah barang-barang berharga. Televisi kecil, lemari pendingin yang ia beli di pasar loak. Dan pakaiannya yang bisa melindunginya dari panas dan dingin. Ya, semua yang ada di kediamannya adalah barang-barang berharga yang ia miliki.

Bus telah datang. Ophelia menempelkan kartu lalu duduk di bangku kosong yang terletak di bagian belakang. Melihat keluar jendela kaca bus adalah hal yang paling Ophelia sukai dalam perjalanan menuju ke tempat bekerjanya. Melihat orang-orang berjalan di trotoar dengan tujuan mereka masing-masing. Melihat pepohonan hijau yang berbaris rapi yang selalu berhasil menyegarkan penglihatannya.

Tak terasa bus telah membawa Ophelia ke tempatnya bekerja. Ophelia turun di halte, berjalan beberapa meter dan ia sampai di hotel tempatnya bekerja.

"Pagi, Ophelia." Seseorang menyapa Ophelia.

"Pagi, Pak Nath."

Pria yang bernama Nath itu tersenyum, "Bagaimana pagimu? Apakah ada yang menarik di jalanan?"

"Seperti biasa." Bagi Ophelia Nath bukan orang asing, hanya saja ia juga menjaga jaraknya dari Nath. Nath adalah seorang Manager Personalia, ia tidak ingin ada orang yang menggosipkan Nath karena terlalu dekat dengannya. Ia tidak ingin membuat orang yang memasukannya ke dalam hotel ini terkena masalah.

"Baiklah. Gantilah pakaianmu, selamat bekerja, Ophelia."

"Baik, Pak. Anda juga." Ophelia berlalu. Ia segera melangkah menuju ke loker tempat pakaian bekerjanya berada. Karena ia hanya tamatan sekolah menengah atas, ia hanya bisa menduduki posisi pelayan hotel, meski begitu Ophelia sangat bersyukur. Setidaknya ditengah kota besar yang kejam ini, ia memiliki sebuah pekerjaan. Ia tidak akan terlunta di jalanan tanpa mengantongi sepeser uangpun.

"Ophelia, bersihkan ruangan 101 dan 204!" Atasan langsung Ophelia memberi perintah pada Ophelia yang baru saja mengganti pakaiannya.

"Baik, Bu Xaviera." Ophelia segera menjalankan tugas dari atasan langsungnya. Xaviera adalah Housekeeping Supervisor, orang yang bertanggung jawab langsung untuk mengarahkan para bawahannya.

Ophelia mendorong cleaning trolley menuju ke ruangan 101 yang ada di lantai 5. Seperti inilah pagi Ophelia dimulai, membersihkan ruangan yang sudah dikosongkan atau merapikan ruangan yang ditinggalkan sementara oleh penyewa. Berteman dengan penyedot debu, pembersih kaca dan peralatan kebersihan lainnya.

Lily of the ValleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang