BAB 15

4K 159 2
                                    

Hanum menatap hidangan yang tersaji di atas meja. Makanan itu tidak lebih dari makanan eropa, daging yang di panggang dengan sedikit bumbu. Hanum memandang Tibra, laki-laki itu makan dalam diam.

Tibra melirik Hanum, wanita itu memperhatikannya. "Kenapa, kamu memperhatikan saya. Apakah kamu ingin bertanya sesuatu" ucap Tibra, ia lalu menyudahi makannya.

"Saya hanya penasaran, kenapa kamu bisa pingsan di Bar waktu itu," ucap Hanum penasaran.

Tibra meraih gelas di hadapannya, ia lalu menyesap air mineral itu. Setelah meneguk air mineral itu, ia letakkan lagi gelas itu di meja, "Apakah kita perlu membahasnya,"

"Saya hanya penasaran saja, kamu babak belur dan tidak sadarkan diri" ucap Hanum lagi.

"Kamu benar-benar ingin mengetahuinya,"

"Ya, tentu saja,"

"Wanita, itu saja" ucap Tibra sekananya. Tibra tidak ingin menceritakan masalah itu lebih lanjut, karena itu tidak terlalu penting untuk di bahas.

"Sudah saya duga," dengus Hanum.

Tibra lalu kembali memandang Hanum dengan serius, "kamu kesini dengan siapa?" Tanya Tibra penasaran.

"Tentu saja dengan, teman-teman saya,"

"Apakah kamu suka bekerja di sana,"

"Sejauh ini saya selalu bisa beradaptasi dengan lingkungan baru saya,"

"Syukurlah kalau begitu, saya bisa memperkerjakan kamu, jika kamu mau" ucap Tibra, ia hanya ingin mencairkan suasana pada wanita itu.

"Memperkerjakan saya, yang benar saja,"

"Ya, saya cukup serius akan mempekerjakan kamu lagi, jika kamu mau,"

"Oh ya, apa alasan kamu ingin memperkerjakan saya lagi," tanya Hanum penasaran.

"Saya pikir kamu cerdas dan tidak ada salahnya saya ingin menarik kamu kembali ke perusahaan saya,"

"Wow, saya merasa tersanjung ada mantan atasan saya menarik saya kembali untuk bekerja disana. Posisi apa yang akan kamu tawarkan kepada saya, jika saya bekerja di tempat kamu lagi," tanya Hanum.

"Apa saja yang kamu inginkan, mungkin bisa menggantikan Dian,"

Hanun lalu tertawa, mendengar kata Dian disana. Dian adalah sekretaris Tibra yang super sexy. Hanum tidak bisa membayangkan, jika menjadi sekretaris laki-laki di hadapannya ini.

"Dian? Jika saya di posisi Dian, mungkin saya akan terkena serangan jantung dalam waktu kurang lebih setahun. Lebih baik saya kerja di tempat baru saya saja. Terima kasih atas tawaran anda," ucap Hanum,

Hanum lalu berpikir, dan ia hampir melupakan temannya yang sedang menunggunya di sana,

"Sebaiknya saya segera kembali bersama teman saya. Daniar pasti akan mencari saya," ucap Hanum, lalu bangkit dari duduknya.

Tibra dengan cepat menarik tangan Hanum. Seketika Hanum terduduk kembali, ia menatap iris mata tajam Tibra, karena posisi itu begitu dekat dengannya. Jantung Hanum maraton, padahal tadi ia sudah mati-matian menenangkan debaran jantungnya. Oh Tuhan, betapa menyeramkannya laki-laki ini.

"Bisakah kita berteman," ucap Tibra dingin.

Hanum mengerutkan dahi, dan ia mengangguk,

"iya," ucap Hanum pelan.

Tibra merapikan rambut lurus Hanum, "Terima kasih," ucapnya

Tibra melepaskan tangannya dan beralih menarik kepala Hanum, dan diberinya kecupan pada puncak kepala itu.

PESONA CINTA CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now