Penuh darah dan lebam dimana-mana.

Bahkan pemuda itu sulit membuka matanya yang terus teraliri darah.

Suatu informasi, Taehyung pintar dalam pengobatan. Saat itu ia segera memapah Jungkook ke sofa. Membersihkan semua darah dan menutupnya dengan jahitan. Tak ada pereda rasa sakit hingga teriakan penuh pesakitan memenuhi seluruh penjuru rumah. Terakhir melilit luka-luka besar dengan perban.

Setelah itu ia membiarkan Jungkook beristirahat di sofa, sedangkan ia duduk di seberangnya.

"Kau mau mati?" sinisnya.

Pandangan mata bulat itu terarah pada atap. "Ani."

Suara Jungkook terdengar serak. Terlihat jika dia telah menghabiskan banyak suaranya untuk berteriak saat berkelahi di tempat pembuangan mobil.

"Lalu apa motif mu bergerak serampangan?"

"Bukan urusanmu."

"Aku tuanmu."

Jungkook terkesiap. Taehyung merendahkan suaranya hingga ia meremang. Begitu mengintimidasi. Bibirnya terasa kaku, dan pandangannya tak bisa bergerak selain tertuju pada atap putih di atas sana.

Terlalu takut.

Ahh- benar. Jungkook baru saja menambahkan satu lagi daftar ketakutannya.

Kim Taehyung.

"Jika kau tidak mengikuti caraku, matilah."

"Cukup." batin Jungkook. Saat ini ia hanya tak sanggup untuk menghadapi Taehyung.

"Selama ini kau selalu menantang kematian bukan?"

Kelopak matanya menutup secara perlahan. Mengatur nafasnya sebaik yang ia mampu.

Taehyung menghela nafas kasar sembari menyugar rambut hitamnya. "Tahukah kau jika aku belum percaya seinci pun padamu, Jeon?"

Udara di sekitar mereka memang dingin, tapi tidak sedingin hingga membuat dada Jungkook terasa membeku. Rasanya sangat sulit untuk menarik nafas dengan baik.

"Hanya ada satu yang harus kau tanamkan dalam otak dangkalmu itu. Keselamatan Park Jimin adalah prioritas utama. Lakukan apapun untuk membuatnya hidup. Bahkan-"

"Tidak."

"-jika itu harus mengorbankan nyawamu."

.

Kebiasaan baru Jungkook adalah bangun di tengah malam dan berakhir di ranjang Taehyung. Sudah terjadi sejak mereka pindah, saat Jungkook sudah lelah bekerja atau tidak perlu terjaga semalaman.

Mobilisasi Jungkook ke kamar Taehyung sebenarnya tidak berguna. Dia hanya akan tidur 1-2 jam sebelum kembali membuka mata.

Saat itu, sisi lain ranjang pasti telah kosong. Empunya berpindah ke beranda. Merokok beberapa linting tembakau mahal.

Beruntung Taehyung tidak pernah mengusirnya. Dengan begitu, Jungkook juga mengerti jika Taehyung memiliki kebiasaan merokok di beranda di tengah jam tidurnya.

Biasanya hanya terdengar suara serangga malam atau hembusan nafas Taehyung yang sesekali diiringi dengan batuk ringan. Kali ini, pemuda Kim itu sedikit terkejut ketika Jungkook sudah berada di sampingnya. Melilit tubuh dengan selimut tebal hingga menjadikannya terlihat seperti ikan buntal.

"Merokok tidak baik, malam-malam keluar tanpa atasan tidak baik, kekurangan tidur juga tidak baik, dan kau menggabungkan semua hal negatif itu."

Taehyung sedikit memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan yang lebih muda. Menghisap kuat-kuat rokoknya sebelum mengamit dagu Jungkook dan menghembuskan asap di depan wajah manis itu. Tidak ada respon berarti karena Jungkook terbiasa.

"Cerewet." bisiknya rendah.

Udara yang sudah dingin membuat Jungkook tambah meremang ketika nafas Taehyung menerpa bawah telinganya. Mengendus tanpa menyentuhkan kulit keduanya sama sekali.

"Sayang kau sedang lemah." bisiknya lagi. Kali ini tepat di depan telinga yang lebih muda.

Jungkook berusaha diam. Meluruskan pandangan ke depan meskipun lidahnya tidak berhenti menggesek geligi bawahnya. Berusaha menahan gugup.

Dingin kembali menusuk leher ketika Taehyung menjauhkan wajahnya. Menumpu sikunya di pagar, kembali menghisap rokok.

Jungkook menengadah. Memperhatikan langit biru tua yang sepi. "Bintangnya tidak terlihat." gumamnya

Taehyung berdehem mengiyakan. "Mendung mungkin."

"Bukan. Light pollution."

"Bisa jadi. Seoul semakin padat saja sekarang."

Sunyi kembali mengelilingi kedua anak adam itu. Tak ada yang saling berbicara. Semakin malam, udara semakin dingin. Jungkook memutuskan membuka selimut yang melilit tubuhnya dan menyampirkan setengahnya pada bahu Taehyung.

Tidak begitu yakin alasannya, tapi yang lebih tua ikut merapatkan selimut yang menyatukan tubuh keduanya di beranda.

~•~

THANK YOU

EPITOME: LUNISOLAR [TAEKOOK/VKOOK]Where stories live. Discover now