Orientasi,

474 23 9
                                    

Aku tak tahu apa - apa tentang rasa. Aku merasa tak pantas untuk siapapun.

----❤----

Bel berbunyi terdengar jelas sampai sudut - sudut sekolah.

"Baiklah sekarang sudah bel, sebelum istirahat saya ingatkan kembali setelah bel masuk kalian segera mengambil buku dan pulpen dan segera mencari tanda tangan semua panitia secepat dan sebanyak mungkin. Ingat semua waktu kalian tidak banyak, sekarang silahkan Istirahat". Perintah Yoga sebagai Ketua Osis di SMA Pelita Bangsa.

Siswa - siswi MOS tak beraturan keluar dari ruangan, bagaimana mungkin ada siswa yang tidak gerah berada dalam ruangan yang panitianya seperti singa yang di bangunkan dari tidurnya. Banyak siswa yang berlarian ke kantin mengisi perut mereka. Kecuali Risa, gadis paras cantik yang rambutnya rapi terurai, wajah alami dan hidung mancungnya yang membuatnya berseri setiap hari. Iya. Dia Risa Nadira Ferdinand. Salah satu siswi yang ikut MOS tahun ini.

Risa hanya duduk merefreshkan pikirannya yang jenuh dari ruangan sambil membawa botol minumannya. Dia sama sekali tidak suka keramaian, apalagi harus berdesakan di kantin.

"Nggak ke kantin lagi Cha?" Tanya Elsa, sahabat Risa dari SD, SMP dan sekarang satu sekolah di SMA. Risa hanya mengangkat alisnya sebelah, menandakan iya.

"Udah jadi kebiasaan sih lo, nggak suka keramaian, Ini bukan hari biasa loh Cha, bentar lagi kan harus menghadapi singa- singa kelaparan, hadapi singa butuh tenaga lo Cha, Hahahaha" Kata Elsa penuh kepuasan mengejek seniornya.

"Siapa singanya?", terdengar suara dari belakang Elsa dan Risa.
"Hm... Hmmm... It...itu kak.... tadi kita cerita - cerita kartu kancil, yang membangunkan singa," Jawab Elsa terbata - bata karena tertangkap basah.
Risa hanya menatap sinis Elsa. Elsa sudah sangat gemetar, ternyata seniornyalah yang mendengar perbicaraannya dengan Risa.

"Kalian berdua ikut saya ke ruangan sekarang!" Perintah Winda sekretaris OSIS.
Tak henti - hentinya Risa  melirik sinis Elsa yang sedari tadi masih gemetar. Risa menarik nafas dalam - dalam dan menghembuskannya perlahan - lahan, berusaha untuk terus rileks.
Walaupun sebenarnya sedikit takut entah apa yang akan dia dapatkan di ruangan bersama Elsa.

Langkah demi langkah, mereka bertiga Elsa, Risa, dan Winda sudah sampai di depan ruangan.
"Elsa ke sini sebentar" panggil Bu Riri yang merupakan salah satu guru di sekolah SMA Pelita Bangsa dan juga tetangga Elsa.
"Kak Winda Bu Riri manggil aku" izin Elsa ke Winda, 

"Yaudah sana cepetan"

"Mau ke mana lo? tatap Risa tajam ke Elsa"

Gue di panggil sama Bu Riri," Jawab Elsa senang bisa lari dari Winda.

"Selamat menghadapi singa yah Cha, bye bye." Bisik Elsa agar tidak Winda tidak mendengarnya. Risa hanya pasrah dan menatap tajam kembali ke Elsa.

"Ayo masuk" Panggil Winda.

"Iya kak."

"Loh sekarang kan belum bel Win, ngapain tuh bocah." Tegur Yoga.

"Iyya gue tau!. Tadi nih bocah gosipin seniornya, katanya seniornya singa," Jawab Winda yang masih marah,

"Betul juga sih, kan sekarang kita selalu galak," Sambung Angga salah satu anggota Osis di SMA Pelita Bangsa.

Sedangkan Risa hanya diam pasrah.

"Lo berdua ladenin ni anak, terserah kalian deh. Gue mau beli minum dulu, mau nitip nggak?"

"Gue orange jus yah Win" Kata Yoga.

"Oke, lo mau juga nggak Ga?" Tawar Winda.
"Boleh deh jus alpukat aja" Jawab Angga.
"Alpukat mulu, nggak bosan lo."  ledek Winda lalu pergi meninggalkan Risa, Yoga, dan Angga.

ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang