12. My Order Is Absolute

6.7K 427 21
                                    

Sarada menatap tiga Uchiha didepannya cukup lekat, butuh beberapa menit baginya mencerna keadaan tidak menyenangkan ini. Bahkan baginya, dia lebih memilih mengerjakan puluhan PR Matematika dari Hibiki-sensei ketimbang harus menemui para Uchiha yang memang sudah membesarkan namanya di dunia modeling papan atas jepang.

"Aku tahu kau masih marah pada..."

"Tidak, Grandma tenang saja. Sarada tidak marah pada Papa, hanya saja Sarada kecewa pada Papa" sahut Sarada memotong perkataan Mikoto. Itachi nampak lega, begitupun Sasuke.

"Jadi kau sudah mengakui Sasuke sebagai ayahmu?" tanya Itachi.

Sarada mengangguk, "Tapi berikan aku waktu untuk memaafkan perbuatan Papa yang dulu selalu menyakiti Mama" ucapan Sarada seolah bagaikan Oase di gurun kering bagi Sasuke.

"Aku tidak memaksamu memaafkan aku, Sarada-chan. Aku bersalah membuat semuanya seperti ini." ujar Sasuke datar, namun mata kelamnya menyiratkan penyesalan yang dalam.

"Setidaknya, aku bahagia. Dirimu mengakui aku sebagai Papamu. Aku sangat berterima kasih akan hal itu." lanjut Sasuke.

"Sarada tidak pernah membenci Papa, sekalipun Papa pernah melakukan hal buruk terhadap Mama. Hanya saja, Sarada kecewa. Kecewa karena Sarada tak pernah bisa mendapat hal baik yang bisa didapatkan anak dari seorang ayahnya sejak lahir" balas Sarada tenang.

Sasuke mencerna perkataan Sarada dan mengerti maksud Sarada. Sebagai anak pertama, Sarada lebih luwes dan matang dalam mencari solusi setiap masalahnya. Nilai penting tambahan itulah yang di ajarkan Sakura pada Sarada, hingga Sarada mampu berfikir jernih nan lebih dewasa ketimbang adiknya, Haruno Shinki. Sarada tahu kapan harus mengeluarkan emosinya ataupun tidak, sifat ini terang sekali menurun dari Sakura. Walaupun memiliki sifat tenang, tetap saja Sarada tetap memiliki sifat pemalu sang Mama.

"Kau mirip sekali dengan Sakura, selalu pemaaf dan tidak pernah mendendam" tukas Itachi tersenyum.

Sarada nampak biasa menanggapi pujian Itachi, belum lagi Sarada bukan type yang suka di puji. "Aku rasa Papa harus berterima kasih pada Mama yang sudah mengajariku kedua hal itu"

Sasuke tersenyum, melihat Sarada seperti melihat Sakura didepannya. Sasuke tak pernah salah untuk mencintai Sakura selama ini. "Ya, Papa akan sampaikan itu nanti selepas pulang nanti" sahut Sasuke.

Perlahan kekakuan diantara Ayah dan anak itu mencair, meskipun Sarada belum bisa memaafkan Sasuke sepenuhnya, dikarenakan Sarada butuh waktu untuk itu. Toh, bagi Sasuke pengakuan Sarada akan dirinya sebagai ayah itu sudah lebih dari cukup.

"Soal Shinki..."

"Uncle Itachi tenang saja, Paman Gaara dan Mama yang akan turun tangan. Shinki akan luluh, Aku yakin itu" potong Sarada membuat ketiga Uchiha didepan Sarada terlihat lega.

.....

.....

Shinki mendapati Ibunya tengah bercengkrama dengan Hinata, Naruto dan Gaara di teras belakang rumah.

"Nee, kenapa Mama ada disini dengan Ayah?" sapa Shinki.

"Bertemu Bibi Hinata dan Paman Naruto..." sahut Gaara mewakili jawaban Sakura.

"Justru Mama bertanya padamu sayang, kenapa anak laki-laki Mama berada disini?" goda Sakura.

BLUSH

Sakura terkikik geli melihat wajah gugup putra bungsunya yang sudah memerah mendapat pertanyaan seperti itu darinya. "A-Aku diajak Himawari-san bercocok tanam. Bi-Bibi Hinata bisa menjelaskan" balas Shinki terbata-bata. Jelas sekali Shinki sedang jatuh hati pada putri bungsu Hinata dan Naruto.

Straight Illusion Of Strong HeartnessWhere stories live. Discover now