Hancur sudah, tembok rahasianya selama tiga bulan ini sudah hancur ulah kecerobohannya sendiri. Tetapi Hyerin masih bersyukur ternyata di dunia ini masih ada yang memperdulikan dirinya, seingatnya Taehyung memang tipikal pria yang peduli dengan sesama. Tanpa memandang apa dan bagaimana hubungan antara dia dan siapa saja. Tetapi untuk memberitahu Taehyung soal penyakitnya mungkin bukanlah hal yang baik, menurutnya. Hyerin beranggapan, jika Taehyung tahu, pria itu dengan kecewa akan meninggalkannya karena dinilai sudah gagal menjadi wanita yang sempurna.

"A-aku takut jika kau tahu tentang ini, kau aka-,"

"Akan pergi?" pintas Taehyung berakhir membuat Hyerin mengangguk dengan raut mengiba.

Taehyung sendiri juga tidak mengerti, apakah dirinya terlihat sangat meragukan oleh seorang Hyerin? Atas apa yang sudah mereka lewati bersama, apakah pantas jika Hyerin meragukan seorang Kim Taehyung. "Dengar, Rin. Aku tidak akan mudah membuang seseorang bahkan jika aku membencinya. Aku tak seperti Ibu dan Ayahku, yang tega membuang diriku ketika masih kecil." Taehyung berujar melemah. Ia tiba-tiba terbayang wajah dua malaikat yang selama ini sudah sukarela menjadi orang tua angkat untuknya hingga sesukses sekarang.

"Mama Jimin dan Papa Jungkook menyelamatkanku dari lubang neraka dunia, Rin. Tetapi ini bukan tentang siapa yang akan menyelamatkanmu setelah aku membuangmu. Tetapi ini tentang aku yang tidak akan pernah membuangmu mau bagaimanapun kondisinya. Mengerti?" akhiran Taehyung sangat membuat Hyerin kelu. Tidak tahu lagi harus berkata seperti apa.

Hingga akhirnya Hyerin menitikkan air mata, beralih menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik Taehyung dengan sang pria yang menyambut lembut kepala kekasihnya. Mengusap pun mengecup puncak kepala Hyerin begitu sayang. "Jika proyekku yang satu ini sudah selesai, maka menikahlah denganku, Rin."

Senyum Hyerin mengembang lantas membuat wanita itu mengeratkan pelukan hingga tanpa sadar nyeri menstruasinya benar-benar menghilang. "Aku mau menikah denganmu, Taehyung."

"Harus mau, Jung Hyerin."

🍁

Rampingan tubuh Saehee terseret langkahnya ketika dirinya hendak menemui presensi pria dewasa yang saat ini merentangkan kedua tangan di ambang pintu kelas. Raut Saehee jelas terlihat gembira, sudah beberapa hari ini ia memang terlihat selalu gembira walau harus menyambangi perasaan canggung ketika di sekolah, tepatnya ketika Guanlin dengan spontan sudah tak memperdulikannya lagi. Lalu ditambah lagi sohib remaja lelaki itu juga sudah mengurus surat pindah sekolah. Ya, Jihoon memilih untuk pindah dari SMA Guk sejak insiden di apartemen bersama Hyera. Tentu saja Hyera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak sekolah. Hingga membuat Jihoon harus memilih di antara dua pilihan.

"Kau ingin keluar dari sekolah ini sebagai siswa Drop Out, atau menjadi siswa yang akan pindah sekolah dengan status sekolahnya tentu di bawah SMA ini?"

Begitulah tutur Choi Ssaem kemarin siang.

Saehee menyampirkan kedua tangannya pada body kekar milik Jungkook dan menempelkan wajah di dada pria tersebut. Sembari sedikit menggusuk-gusuk hidung pada puncak kepala Saehee, Jungkook juga meremat tubuh Saehee kelewat gemas. Saking gemasnya Jungkook tidak sadar jika sudah membuat Saehee kesakitan di bagian dada. Tahulah, rasa nyeri di area tersebut terkadang timbul begitu saja kan?

Setelah keduanya renggang dengan pelukan, mereka akhirnya berjalan gontai menjauhi kelas, berniat keluar dari bangunan yang disebut sekolah tersebut. Jungkook senantiasa menggandeng tangan Saehee begitupun sebaliknya. Saehee juga dengan bahagia membiarkan tangan besar itu menggenggam tangannya lamat.

Y A D O N Gحيث تعيش القصص. اكتشف الآن