5. Menikah!

17.3K 1K 36
                                    

Keluarga Afraz datang ke kantor KUA diiringi perasaan kalut luar biasa. Mereka melihat sosok yang di kenal mendapat sidang. Rasa malu dan kecewa melingkupi hati Zainal dan Aisyah. Bagaimana bisa anak kebanggaan mereka melakukan tindakan hina?

"Afraz!" panggil Zainal dengan intonasi dingin.

Afraz berjalan menuju Ayah dan Ibu serta Kakak dan Adik. Dia menggeleng mencari pembelaan. Ia langsung menggenggam tangan Ibunya penuh harap. Afraz ingin Ibunya tahu betapa terpuruk dirinya.

Aisyah menangis tergugu melihat Afraz sangat menyedihkan. Dia balas menggenggam tangan besar anaknya. Ia memberikan usapan di punggung tangan Putranya. Aisyah berharap Afraz bertahan serta mampu menjalani semua ini.

"Ummi, Abah  ... demi Allah, saya tidak melakukan zina. Memang kami satu ruangan, tetapi tidak pernah melakukan tindakan hina. Tolong percaya, Afraz tidak mungkin melakukan itu di kala Ning Akifah menjadi tunangan saya. Saya bersumpah kami tidak melakukan apa pun!"

Aisyah paham betul serta percaya pada Putra ketiga tidak mungkin berbuat maksiat. Dengan sayang dia usap pipi Afraz agar tenang. Sungguh Aisyah begitu tertekan akan masalah Afraz.

Afraz menatap Aisyah penuh harap. Kemudian menatap Ayahnya memohon bantuan. Dia berharap Abahnya mampu mencari jalan keluar. Ia begitu bosan akan perdebatan konyol. Afraz begitu sebal mendengar perkataan sinis para dewan kampus IAIN.

"Abah, katakan pada mereka. Saya dan Mbak Cyra tidak melakukan perbuatan maksiat. Kami sama-sama korban!"

Zainal memejamkan mata mendengar pembelaan Afraz. Dia sangat tahu itu perkataan jujur. Namun, untuk situasi sekarang begitu genting. Zainal hanya bisa menepuk bahu lebar Afraz guna memberi dukungan.

Aisyah melihat gadis mungil menunduk sembari menangis. Bahkan gadis itu memakai jas milik Afraz. Ya Allah sebenarnya bagaimana kronologi kejadian itu? Aisyah yakin Putranya tidak melakukan kesalahan fatal.

"Tunggu,  kenapa Mbak itu pakai jasmu, Le?" tanya Aisyah.

"Karena dia kedinginan. Udara sangat dingin dan Afraz meminjamkan jas agar Mbak Cyra lebih rileks. Sungguh kami terkurung tanpa melakukan apa pun."

"Alasan, semua harus di bayar dengan adil. Kalian sudah mencoreng nama baik universitas. Jangan pernah mengelak selagi banyak sakai!" geram Dekan IAIN tanpa peduli apa pun.

Zainal terdiam tanpa respons. Orang di depannya begitu sombong dan mungkin Afraz melakukan kesalahan dengan memanggil warga. Kalau begini Zainal hanya bisa berdoa semoga ada keajaiban datang menolong Afraz.

Cyra hanya terdiam dengan derai air mata. Dia tidak sanggup membela diri agar menjadi baik. Namanya sudah tercoreng buruk begitu pun dengan Afraz. Sekeras apa pun berusaha suara mereka tidak akan di dengar. Rasanya sangat sakit ingin berteriak pada mereka.

20 menit kemudian, keluarga Cyra datang. Khatijah berlari menghampiri Putrinya dan memberikan dukungan. Mereka sangat yakin Cyra tidak mungkin melakukan itu. Khatijah terus mengatakan ada kami jangan takut. Mereka terus mendukung Putrinya agar semangat.

Cyra mendekap tubuh Ibunya erat. Dia meluapkan emosi dengan isak tangis. Ia sangat takut mendapat cacian mereka. Sungguh dia tidak sanggup melihat depan jika dunia sudah mengurung dirinya. Cyra butuh ketenangan dari Ibunya.

Cinta Suci Adiba (END)!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang