compass

3.6K 328 25
                                    

Note: Mainkan multimedia diatas untuk penghayatan yang lebih baik

~~~

15 Agustus 2017

"Kita putus saja."

Ucapan Kim Namjoon terdengar begitu dingin, bahkan di telinganya sendiri.

Mata Namjoon datar menatap sang kekasih yang membelalak kaget. Kerutan di dahinya menandakan laki-laki berparas manis itu sedang bertanya-tanya, berharap apa yang diucapkan Namjoon hanyalah lelucon.

"Lebih baik kita akhiri, Seokjin," ucap Namjoon lagi, seakan menegaskan bahwa semua yang ia katakan bukanlah lelucon semata. Ia memang ingin mengakhirinya.

Seokjin hanya bisa menatap Namjoon dengan mata yang berkaca-kaca. Semudah itukah untuknya mengakhiri hubungan mereka? Semudah itukah ia meninggalkan Seokjin?

"Kenapa?"

Namjoon sedikit merasakan sesak saat mendengar suara Seokjin yang bergetar. Ia tau Seokjin sedang menahan diri untuk tidak menangis.

"Apa lagi yang bisa kita pertahankan dari hubungan ini, Seokjin? Tiap detik kebersamaan kita hanya diisi dengan amarah dan pertengkaran. Seperti itukah hubungan yang kau inginkan?"

Seokjin menghembuskan napas perlahan. "Hanya itu yang kau lihat dari hubungan kita? Ya, memang kita bertengkar. Tiada hari tanpa pertengkaran. Tapi, bukankah setelah itu kita menjadi lebih baik? Kita akhirnya bisa mengerti pola pikir masing-masing."

"Haruskah kita bertengkar dulu hanya untuk mengerti keinginan kita satu sama lain?" Namjoon memalingkan wajahnya. "Aku muak menjalani hari demi hari terjebak dalam hubungan yang seperti neraka ini."

Seokjin tercekat. Ia tak kuasa menahan air matanya untuk mengalir turun. Kepalanya tertunduk dalam. Ia mengigit bibirnya kuat-kuat, mengabaikan rasa amis darah yang yang menempel di lidahnya kini.

Mata tajam Namjoon terpaku pada bahu Seokjin yang bergetar pelan. Ia tau laki-laki dihadapannya itu menangis. Sesaat, Namjoon merasa bersalah telah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Seokjin.

Namun, apa gunanya bertahan pada hubungan yang hanya dipenuhi amarah dan rasa kesal di setiap detiknya? Apa gunanya mempertahankan suatu hubungan ketika semua yang dilakukan hanyalah menyakiti satu sama lain?

"Kalau begitu, pergilah."

Kepala Namjoon terangkat saat telinganya mendengar suara parau Seokjin. Wajah Seokjin terlihat memerah dengan mata yang basah serta tubuhnya yang terlihat sedikit bergetar.

Seokjin kembali menunduk, menatap kepalan tangannya di bawah meja. "Aku tidak akan menahanmu. Tidak ada gunanya mempertahankan hubungan kita ketika hanya aku sendiri yang menginginkannya."

Kala mata mereka memandang satu sama lain, Namjoon melihat jelas guratan rasa luka dalam mata Seokjin. Namun, Namjoon memilih untuk mengabaikannya.

Namjoon bergerak bangkit. "Maafkan aku, dan terima kasih."

Langkah Namjoon perlahan menjauh, meninggalkan Seokjin dengan segenap luka yang tertinggal di hatinya. Namjoon tidak memandang ke belakang, bahkan hingga ia meninggalkan kafe itu.

Meskipun ia mendengar jelas, isak tangis Seokjin yang mengiringi kepergiannya.

~~~

20 November 2017

"Ada apa sebenarnya, Kim Namjoon?"

the simplestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang