Bab 1 | Terungkapnya Isi Hati

12.4K 823 18
                                    

Mereka pernah bilang, salah satu cara membuatnya jatuh cinta adalah aku harus sering membuatnya tertawa, tapi, setiap kali dia tertawa, justru aku yang dibuat jatuh cinta.
-Anonim-

***

"Jadi buat acara terbesar kita di kepengurusan tahun ini, gue mau semuanya berjalan sempurna, semua sie harus siap sama tugas masing-masing, jangan sungkan buat tanya pendapat, kalo ada masalah diomongin, jangan kaya cewe yang kalo ada masalah bilangnya ngga papa terus."

Mereka tertawa kecil mendengar ucapan Fares. Forum rapat yang tadi terlihat sangat serius seketika mencair. Begitu juga dengan Ayya, gadis itu tidak tertawa, tapi dia menikmati tawa bahagia Fares yang selalu membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi pada pria itu.

Orang bilang, untuk membuat dia jatuh cinta, kita harus sering membuatnya tertawa, tapi tiap kali dia tertawa justru kita yang dibuat jatuh cinta, begitulah yang Ayya rasakan.

Sangat jauh rasanya dia bisa dekat dengan Fares apalagi sampai bisa menjadi sumber tawa pria itu. Bahkan saat ini, saat dirinya duduk di lingkaran yang sama bersama pria itu, tetap saja Fares terasa begitu jauh. Dekat, namun terasa jauh. Seperti itu lah Fares dalam hidupnya. Pria itu bukanlah levelnya, Fares terlalu jauh untuk Ayya gapai, jadi dia hanya bisa diam-diam mencintai laki-laki itu.

Ayya tertawa miris dalam hati, diam-diam mencintai Fares? Nyatanya hampir semua teman kampusnya mengetahui bagaimana perasaan dia pada pria itu. Bukan, Ayya bukan wanita bodoh yang akan menjatuhkan harga dirinya untuk mendapat cinta Fares.

Dia tidak pernah sekali pun mencoba untuk mencari perhatian Fares. Dia mencintai pria itu dengan pilihannya, memilih diam dari pada menjadi wanita bodoh yang mengemis cinta.

Sejak pertama kali jatuh hati pada pria itu, tak ada hari yang Ayya lewati tanpa menuliskan surat cinta untuk Fares. Tentu saja dia tidak pernah mengirimkan pada pria itu. Dia menyimpan surat itu di tempat pribadinya. Di laci meja belajar miliknya. Hampir satu tahun lamanya.

Namun, takdir sepertinya tidak setuju dengan pilihan Ayya yang memilih untuk mencintai pria itu diam-diam. Nyatanya, melalui teman dekatnya, Shena, yang tidak sengaja menemukan semua tumpukan surat cinta itu, isi hati yang selama ini ia tutup rapat-rapat, terkuak dengan mudahnya.

Shena mengambilnya sebagian, berniat untuk membantu sahabatnya itu menyampaikan perasaannya. Namun, sayang beribu sayang, Fares yang bahkan tidak tahu menahu mengenai Ayya hanya menganggapnya angin lalu.

Esok harinya, saat Ayya datang ke kampus, hampir sepanjang koridor, teman-temannya memegang amplop yang sangat ia kenali. Amplop yang berisi surat-surat cintanya untuk Fares. Berbagai tatapan diterima oleh Ayya sepanjang jalan menuju kelas. Sungguh, dia tidak menyangka jika perasaannya akan terungkap dengan sangat memalukan seperti itu.

Rasa-rasanya dia ingin menghilang dari bumi. Sepanjang hari itu, Ayya berusaha untuk menghindari Fares. Tentu saja harga dirinya sudah mati dengan terungkapnya surat itu, dan dia tidak lagi memiliki nyali untuk bertemu dengan Fares.

Tapi hari itu, memang sepertinya menjadi kesialan Ayya bertubi-tubi. Dia memiliki tiga kelas yang sama dengan Fares, dan dia tidak mungkin membolos hanya untuk menghindari pria itu. Dia masih cinta juga dengan masa depannya, dan tidak akan mengorbankan itu karena kebodohannya.

Nyatanya, ketakutan Ayya tidak berarti apa-apa. Fares tetaplah Fares, yang mungkin tidak akan peduli dia hidup atau mati, dia ada atau tidak ada. Pria itu bahkan tidak meliriknya saat mereka berada di deret bangku yang sama, saat Ayya dengan jelas mencuri pandang ke arah pria itu hanya untuk melihat bagaimana ekspresi pria itu bertemu langsung dengan wanita bodoh sepertinya yang menulis surat cinta konyol sedemikian banyak. Bahkan saat kelas berakhir dan tatapan mereka bertemu, Fares tidak menatapnya jijik seperti yang ada di pikiran Ayya.

It's Always Been You (Completed)Where stories live. Discover now