1. Première Rencontre

124 23 0
                                    

Suhu menunjukkan angka 9°C. begitu dingin, bagi orang-orang yang biasa tinggal di negara dengan iklim tropis, beda halnya dengan yang sudah biasa merasakan suhu sedingin itu. Bagi mereka biasa saja, meski sebenarnya dingin juga.

Seorang gadis dengan syal merah maroon melangkah terburu-buru dengan belanjaan dalam genggaman kedua tangannya. topinya ditutupi bubuk salju. langkahnya dipercepat karena berita siang ini memperkirakan badai salju akan datang.

Ting tung ....

Ia mengharap sang kakak segera membukakan pintu sebab ia agak menggigil. Pintu dibuka, gadis itu segera melenggang masuk untuk meletakkan belanjaannya diatas meja. usai meletakkan barang bawaannya diatas meja, ia melipir ke dapur—dapur mereka di depan.

"Unnie sudah sehat?" tanya gadis itu sedikit khawatir. sebenarnya alasan ia terburu-buru tadi sebab sang kakak menelfon jika ia merasa tidak enak badan. Ia melihat kakaknya sedang sibuk membuat hot chocolate. tentu ini hal yang menyenangkan, dong?

Sang kakak yang 7 tahun lebih tua darinya mengulas senyuman sembari mengangguk kecil, kemudian menata belanjaan kedalam lemari pendingin.

"Cralissa ..." panggil sang kakak. Gadis yang merasa namanya dipanggil segera menoleh dengan seulas senyuman yang masih terpatri di wajahnya. "Ya?" Gadis itu bertanya lembut.

"Apa kau tidak risih menggunakan syal, coat, dan sepatu boat?" balas sang kakak. Lisa menepuk dahinya sendiri kemudian cengengesan, "aku lupa, wajar saja, aku kan terlalu cerdas dan sibuk." balasnya walau tidak sesuai konteks.
Cralissa menyombongkan diri hingga Yoona tertawa lepas melupakan badannya yang kurang sehat.

Lisa menggantung seluruh benda-benda yang membuatnya risi pada gantungan belakang pintu utama, sedangkan Yoona mengatur suhu ruangan yang menggunakan pemanas.

"Unnie sakit apa, sih?" Lisa bertanya kesal ketika mereka sudah duduk di ruang santai.

"Daddy ingin menjodohkan aku dengan Donghae." jawabnya setengah kesal. Lisa tertawa puas.

"Makanya unnie, lihatlah adikmu ini. aku mendapat beasiswa dengan usahaku!" sombongnya yang membuat Yoona kesal setengah mampus. Sebenarnya, inilah cara mereka bercanda, mengejek dan menyombongkan diri satu sama lain.

mereka memiliki perjanjian untuk kuliah di dalam negeri. jika ingin kuliah di luar negeri, maka mereka harus mendapat beasiswa.
bukan karena sang ayah tidak mampu, namun ia tidak ingin jauh dari kedua putrinya. jadi, Yoona kuliah di salah satu universitas ternama di Seoul. sedangkan, Lisa mendapat beasiswa untuk berkuliah di Paris.
setelah Yoona menyelesaikan studinya, dia sempat bekerja di perusahaan besar di Korea selatan selama 3 tahun.
kariernya bagus sehingga ia mendapat tawaran kerja di Paris—yang mana tidak akan ia sia-siakan. walaupun sang ayah bersikeras menolak.
setelah pertimbangan berat, Yoona berangkat ke Prancis untuk bekerja.
bersamaan dengan Lisa yang baru lulus SMA, gadis itu memberi kejutan atas lolosnya ia dalam program beasiswa ke Paris.
akhirnya, sang ayah menyetujui kepergian kedua putrinya, dengan batas waktu usia 30 tahun, mereka harus kembali.

"Aku tau kalau unni punya 2 pacar!" kikik Lisa mengejek. Yoona memutar bola matanya. gadis itu kembali pada kenyataan setelah mengingat hal yang membuatnya berada di negeri orang sekarang.

"Diam!" balasnya. Lisa tertawa lagi.

"Siapa itu? Siwon ahjussi, ya?" duganya. Yoona mendelik.

"Oh, kalau yang satunya siapa? Cincang wook?" tebaknya asal.

"Jichan wook, Lisa ...." Yoona membenarkan.

Cross Spring Time: Sehun Lisa hunlisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang