36. Rahasia Gambar dalam Gambar

Start from the beginning
                                    

Foto pertama yang Fred lihat adalah sewaktu Dahlan ikut membantu mengidentifikasi jenazah korban pesawat jatuh—dalam kasus misteri 2 ton durian yang cukup menggegerkan pada tahun 2005 silam. Peristiwa itu terjadi di Sumatera Utara. Foto selanjutnya, diambil sekitar tahun 2010—di mana Dahlan sempat menjabat sebagai Kepala Unit Inafis Polda Lampung. Kemudian, momen ketika Dahlan berpose di depan para taruna-taruni Akademi Kepolisian angkatan tahun 2013. Pada saat itu Dahlan merupakan seorang tenaga pengajar di Akademi Kepolisian dan Fred adalah salah satu muridnya. Foto Dahlan yang sedang tersenyum sambil memegang buku-buku yang pernah diterbitkannya juga dipajang di sana. Dua bukunya yang paling terkenal—berjudul Jejak Perkara dan Pahlawan Dibalik Layar. Melalui buku-buku tersebut-lah Dahlan banyak membagikan kisahnya selama bertugas di Unit Inafis. Semua hal yang telah dicapainya sampai sejauh ini terabadikan dalam foto-foto tersebut.

Namun, dari semua foto-foto itu, yang paling menarik perhatian Fred adalah, foto peresmian gedung Pusat Orang Hilang Perwakilan Wilayah Kepulauan Riau yang digantung persis di belakang kursi Dahlan. Fred mengernyit heran. Dia tidak pernah tahu kalau Dahlan juga ikut hadir dalam acara peresmian tersebut. Penampilan Dahlan tidak banyak berubah kalau Fred perhatikan; kurus, tinggi, dengan gaya rambutnya yang klimis. Dahlan tampak memegang sebuah gunting dalam foto tersebut—berdiri sejajar bersama orang-orang yang tidak begitu Fred kenali raut wajahnya.

“Apa yang membawamu kemari?”

Suara Dahlan menarik Fred kembali dari lamunannya.

Fred tertawa canggung. Dia sempat kehilangan kata-kata saat mendapati Dahlan menatapnya lamat-lamat. Namun, kemudian, Fred buru-buru menguasai dirinya—sebelum Dahlan memikirkan hal yang tidak-tidak. “Saya dengar, baru-baru ini Anda diangkat sebagai Kepala Lembaga Pusat Orang Hilang untuk Kanwil Kepulauan Riau. Jadi, saya datang untuk mengucapkan selamat kepada Anda.”

Dahlan berpindah ke sofa tamu. Matanya kemudian melirik sebuah pot berisi tanaman anggrek bulan yang diletakkan sembarang di tengah ruangan. Fred lantas tersadar. Dia bermaksud memindahkan pot tersebut ke sudut ruangan, tetapi Dahlan langsung mencegahnya.

“Taruh saja di situ. Nanti akan kusuruh orang lain memindahkannya.” Dahlan mempersilakan Fred kembali duduk di sofa. “Bagaimana kasus-kasusmu di sini, Fred?”

“Banyak kasus menarik, tentunya, yang saya temui selama bertugas di Batam," jawab Fred antusias. "Mulai dari jasad yang telah membusuk, terbakar sampai hangus, korban mutilasi, sampai kasus bunuh diri palsu. Kemarin, kami baru saja selesai menangani kasus penemuan kerangka.”

“Maksudmu, kasus pembunuhan berantai di Desa Batu Bedimbar itu?” tanya Dahlan memastikan.

Fred mengangguk.

“Apa kau mengalami banyak kesulitan selama mengidentifikasi kerangka-kerangka itu?”

“Tidak juga sebenarnya,” ujar Fred sembari menimbang-nimbang. “Tapi ... di antara empat kerangka manusia yang berhasil kami temukan, hanya kerangka waria itu yang sulit diidentifikasi. DNA-nya ternyata tidak ada dalam database POH meskipun laporan kasusnya terdaftar dalam arsip kepolisian. Untungnya ada seorang saksi yang mengenali barang-barang milik korban. Kira-kira ... kenapa bisa seperti itu, Pak?”

Dahlan sempat bergumam sebelum kemudian menjawab pertanyaan Fred. “Aku sudah mempelajari salinan berkas kasusnya.” Dahlan memijat pelipisnya yang mendadak berkedut hebat. “Joseph Judith alias Santini dilaporkan menghilang pada tahun 2002. Kau tahu, kan, kalau lembaga penelitian ini baru diresmikan pada tahun 2007. Jadi, ada kemungkinan kasus-kasus orang hilang yang terjadi sebelum tahun 2007 tidak tersimpan dalam database kami.”

“Lalu, bagaimana dengan kerangka ketiga korban lainnya, Pak? Mereka juga dilaporkan menghilang pada tahun 2002—tapi database menyimpan DNA keluarga mereka.”

SIGNAL: 86Where stories live. Discover now