Hyera tampak sendu, "Aku belum melakukannya. Pasalnya, dia langsung pergi setelah menutupiku dengan selimut. Dia bahkan tak membereskan kamar ini setelah berkelahi hebat dengan Jihoon."

"Iya, sampai-sampai aku yang kerepotan." protes Saehee memutar kedua bola matanya jengkel.

"Ya kau maklum lah, aku dipukuli Jihoon berkali-kali di area paha dan lengan. Bagaimana aku bisa membersihkannya sendiri.

"Yasudah, biarkan saja. Yang jelas kau tidak memiliki hubungan dengan Jihoon lagi. Astagaa, membayangkan wajah imutnya aku jadi tidak habis pikir, dia begitu tega ingin melecehkanmu." Saehee bergidik ngeri dan mencoba membandingkan antara Jihoon dan juga Guanlin yang notabenenya adalah sahabat karib dari lama. "Kupikir lebih baik Guanlin dibanding si brengsek itu."

Hyera mengiyakannya dengan mengangguk setuju.

Memang jika dibandingkan betul antara Guanlin dan Jihoon, Guanlin lebih banyak sisi baiknya ketimbang sisi buruk. Contohnya saja sampai saat ini Guanlin belum pernah sekalipun mengecap bibir milik Saehee alih-alih melecehkannya seperti yang Jihoon lakukan pada Hyera.

Tapi untuk lebih jujurnya saja, Hyera teramat merasa kecewa dengan tingkah kekasihnya kali ini. Memang dirinya waktu itu melakukan kesalahan karena tiba-tiba membatalkan janji bertemu secara mendadak. Tahulah, hari itu Hyera sedang berharap bahwa ia bisa bertemu dengan teman masa kecilnya namun lupa memberitahu Jihoon soal ini. Tetapi apakah caranya menghukum Hyera adalah wajar?

Plak

Plak

Bugh

"Jihoon hentikan!"

"Tidak akan! Sekarang jawab pertanyaanku, siapa pria yang baru saja mengantarmu?"

"Dia temanku, Ji. Percayalah..."

Jawaban lirih Hyera seolah tak ada artinya bagi Jihoon, hingga remaja lelaki itu kini dengan sigap mengambil tali yang sudah ia siapkan di kantong jaketnya dan mengikat kedua tangan Hyera. Lagi-lagi memukul gadis itu di bagian paha, tepatnya setelah ia melucuti celana jeans Hyera.

"Jihoon! Ap yang kau lakukan?!"

Jihoon tersenyum miring hingga akhirnya mendekatkan presensi wajahnya dengan wajah cemas milik Hyera. "Aku harus melakukan apapun agar kau tak sembarangan menemui pria lain di belakangku. Jadi setiap saat kau akan ingat bahwa kau adalah milikku."

Hyera menghembuskan napasnya kasar, menghapus sebulir cairan bening yang sempat jatuh dari matanya. Pun mengingat kejadian menyeramkan itu menjadi trauma tersendiri baginya. Memangnya lelaki seberkuasa itu terhadap perempuan?

Akhirnya, setelah Hyera selesai dengan membenahi dirinya, ia maupun Saehee memilih untuk berbaring ke atas ranjang. Berharap bisa tidur dengan nyenyak malam ini.

Untuk Saehee sendiri, dirinya tak mampu mungkir jika saat ini ia benar-benar merasa di ambang kebahagiaan. Terlepas dari bagaimana hubungannya dengan Guanlin, setidaknya masih ada orang yang bisa membuatnya tertawa sampai detik ini. Dan orang itu adalah Jeon Jungkook.

Kumohon datanglah ke dalam mimpiku, Ahjussi

🍁

"Are You alright, Dear?"

"Yes, of course."

Dentingan beberapa pasang pisau dan garpu terdengar jelas membangun sekelas suasana yang khas dari sebuah restoran. Semilir angin yang masuk melewati celah bergaris yang sengaja dibuat di atas petakan kaca jendela terasa sangat membekukan sesaat. Sebelum akhirnya sepasang tangan menggantungkan sebuah jas kantoran kelewat besar pada kedua bahu runcing telanjang milik Delancy.

Y A D O N GWhere stories live. Discover now