orchid

420 83 1
                                    

(n) : Orchid is a bright rich purple color that resembles the color of some orchids.

*
*
*

Stadium olahraga terletak ditengah-tengah universitas. Salah satu lapangan terbesar di Seoul ini tersusun atas rumput artifisial dan menjadi rumah bagi berbagai jenis olahraga. Dalam stadium ini terdapat trek lari, lapangan untuk sepakbola dan olahraga lain serta biasanya juga digunakan untuk konser musik maupun festival kampus.

Hangyul memilih duduk di baris kedua kursi stadium, dari sana ia bisa mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan mahasiswa lainnya. Ia melihat sebuah jendela dari gedung terdekat dibuka perlahan dan ia baru sadar bahwa temannya ini mengambil major piano yang notabene bangunannya bersebelahan dengan stadium.

Ia tersenyum sembari menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Udara disekelilingnya terasa panas dan hening, ia tidak terbiasa dengan kesunyian seperti ini. Tidak ada orang lain di dalam stadium, dan ia harusnya sudah ada di ujung lain universitas dalam 30 menit, tetapi ia ada disini entah bagaimana, walau itu berarti ia harus berlari dengan kecepatan penuh untuk menebus kehilangan waktunya.

Kaki kursi berderit ketika ditarik, entah suara kursi itu terlalu keras atau telinganya yang terlalu peka tapi Hangyul bisa mendengarnya dengan jelas. Ada jeda selama hampir setengah menit sebelum ia mendengar sesuatu. Sebuah not tunggal. Jeda, sebuah chord, jeda lainnya sebelum sebuah alunan nada merdu memenuhi inderanya.

Alunan musik itu semakin cepat dan Hangyul dibuat menebak-nebak  komposisi apa yang sedang dimainkan temannya ini. Dengan kosakata bahasa latinnya yang terbatas --- agitato, dimainkan dengan cepat dan dengan kegembiraan. Ia tidak tahu agitato yang mana, apakah presto agitato yang harus dimainkan dengan sangat cepat dan penuh kegembiraan atau un poco agitato yang dimainkan dengan sedikit cepat dan sedikit kegembiraan.

Memainkan piano terlalu rumit bagi Hangyul, tapi komposisi yang dimainkan temannya membuat jantungnya berdebar lebih kencang. Dengan sentuhan nada terakhir yang cukup melengking performance itu telah selesai, jendela ditutup dengan cepat dan Hangyul ditinggalkan sendiri dengan pipi yang memanas dan jantung yang tidak bisa diajak berkompromi.

*
*
*

# 256 : itu adalah Chopin Pianoconcerto No.1 Romance-Larghetto. Aku sudah mendengarkan semua komposisi ciptaan Chopin dan memainkan separuhnya. Suatu hari, aku akan memainkan semuanya.

Apakah kau akan memainkannya untukku?, adalah apa yang Hangyul pikirkan ketika membaca catatan dalam bangau kertas berwarna keunguan yang kini tergeletak diatas mejanya. Tidak berselang lama manusia barbar semacam Kim Yohan menggedor-gedor pintu dormnya. Ketika ia membuka pintu, yang lebih tua segera menarik tangannya dan Hangyul hanya mengikutinya tanpa protes, walau pada kenyataannya ia benar-benar ingin menjambak temannya ini.

Kali ini Yohan membawanya ke coffee shop yang berbeda, lebih dekat dengan universitas dan penuh mahasiswa. Sedikit lebih gaduh tetapi atmosfer tempat ini hangat dan segalanya tertata rapi. Separuh meja di coffee shop ini penuh sehingga bisa diprediksi suasananya sama sekali tidak cocok digunakan untuk manusia yang butuh ketenangan.

Yohan yang biasanya dipenuhi kepercayaan diri entah kenapa mendorong Hangyul pelan sehingga ia maju lebih dulu menuju counter. Aroma cheesecake membuatnya bersemangat tetapi ia meredam semangatnya ketika melihat temannya itu melangkah dengan ragu-ragu.

Hangyul gatal ingin bertanya tapi suara si barista menghentikannya. "Selamat datang kembali," kata si barista dengan antusias.

Yohan menghilangkan kegundahan apapun yang melingkupinya dan memamerkan senyumnya yang sempurna, "kopi yang kau buat luar biasa, aku tidak bisa menahan diriku," katanya dengan rasa kepercayaan diri yang tinggi. Terlalu tinggi.

Ia segera sadar bahwa apapun yang sedang ditunjukkan Yohan adalah rasa percaya diri palsu yang biasa dia gunakan untuk menutupi kegugupannya. Hangyul hanya pernah melihat Yohan seperti ini sekali, ketika dia harus mengikuti ujian tanpa belajar karena gastritis membuat yang lebih tua dirawat di rumah sakit.

Yohan meremas jemarinya dengan cemas, senyumnya melebar sesenti. Siapapun yang melihat mungkin akan mengira bahwa Yohan memang diberkahi kepercayaan diri tingkat tinggi, tipikal alpha leader, tapi Hangyul lebih tahu.

"Kopi kedengarannya enak," Hangyul menyeringai kecil dan menyela.

Si barista nampak memfokuskan seluruh perhatiannya pada Yohan, matanya melebar, sepertinya dia terkejut akan sikap Yohan yang sama sekali berbeda dengan pertemuan pertama mereka.

"Kau ingin pesan apa?" Hangyul bertanya, berbalik menatap Yohan.

"Hot americano."

"Di musim panas?" Hangyul harusnya tidak terkejut. "Wow..aku tidak ingin terkena heat stroke. Hot americano untuknya dan vanilla latte untukku serta dua potong cheesecake," katanya sembari tersenyum pada si barista.

Mereka duduk di satu-satunya meja yang kosong, disudut yang berada tepat disamping jendela. Tidak buruk.

"Namanya Kang Minhee," gumam Yohan setelah beberapa saat. Tempat duduk mereka berada di seberang counter jadi Hangyul bisa memperhatikan si barista dengan jelas.

Kang Minhee terlihat sibuk dengan mesin ekspresonya sehingga dia tidak menyadari pandangan menilai Hangyul. Kemejanya sedikit kebesaran sehingga ketika dia bergerak lengannya yang pucat terlihat dengan jelas. Rambutnya yang berwarna blonde ditata dengan rapi tapi beberapa anak rambutnya terjatuh ketika dia menunduk.

Yohan menatap Hangyul dengan ekspersi yang belum pernah dia tampilkan sebelumnya, "bagaimana menurutmu?"

Hangyul benar-benar terkejut karena tatapan itu -- Yohan meminta pendapatnya, dia meminta persetujuan, Hangyul sadar.

"Dia tampan dan cantik," Hangyul memulai. "Very good looking. Tapi aku tidak yakin penampilannya membuatmu sangat gugup bila berada didekatnya," katanya dengan hati-hati.

"It’s not. He’s—I don’t know. Senyumnya. Aku masuk begitu saja dan memesan seperti setiap customer lain dan mungkin sedikit memperhatikannya karena aku tidak bisa membohongi diriku bahwa dia sangat cantik, tapi caranya tersenyum padaku. Ya Tuhan, aku bahkan tidak tahu bagaimana cara berbicara dengannya."

"You talked to him last time, didn’t you? Mulailah dari hal kecil. Dia mungkin berkuliah di SNU juga, tanyakan majornya, kelasnya. Puji kopi buatannya tapi tidak dengan cara yang kau lakukan tadi, that was borderline sexual harassment. Jangan sampai acara pendekatanmu berakhir dengan kau yang diseret ke penjara karena pelecehan."

Yohan mengerang dan secara sengaja mengalihkan topik pembicaraan mereka dari Minhee. Pada akhirnya ia dan Himchan sama-sama mengambil buku dan mulai belajar.

Pada malam harinya Hangyul menulis dalam origami bangau buatannya dengan pensil warna yang sengaja ia curi dari Yohan.

Permainan pianomu sangat cantik, tulisnya, tapi ia (sengaja) lupa untuk menuliskan, aku akan melakukan apapun untuk berduet denganmu.


TBC

Aku bukan pianis profesional jadi mohon maaf yang sebesar-besarnya kalo penggambaranku ga akurat. And kayanya aku agak obsessed sama warna ungu😂

aku, kau, dan seribu bangau kertas || hangyul; junho✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang