Part 3

91.6K 10.5K 1.3K
                                    

JAEMIN tersentak ketika merasakan usapan pada pipi; kedua kelopak matanya terbuka, menatap sosok tampan yang kini tersenyum miring. Iris merah sosok tersebut terlihat cukup menakutkan bagi Jaemin. Ia segera memberingsut; menjauhkan diri dari lelaki berhidung mancung yang terus mengamatinya. Seolah tidak mau melepaskan tatapan dari wajah manis Jaemin.

"Kau lagi!" teriak Jaemin putus asa; ia menatap ke sekeliling. Menyadari bahwa ia berada di dalam kamar yang sama seperti mimpinnya beberapa hari lalu. Kamar yang memiliki nuansa elegan namun cukup mengerikan.

Sosok tampan itu tertawa pelan. Sangat menyenangkan melihat raut ketakutan Jaemin yang begitu menggemaskan. "Tentu, aku merindukanmu."

"Menjauhlah!" Jaemin menuruni ranjang; tempat dimana ia berbaring. Jaemin tidak tahu kenapa ia harus kembali ke tempat seperti ini!

Demi Tuhan Jaemin sedang tidur di kamarnya tadi sore. Kenapa ia harus berakhir di sini? Siapa sosok yang menariknya ke tempat sialan ini?! Jaemin ingin pulang, ia tidak menyukai tatapan lelaki menyeramkan itu; menyiratkan seolah Jaemin adalah daging lezat yang siap untuk di santap kapan saja.

Si lelaki tampan; Jeno mengangkat sebelah alis sebelum melesat mendekati Jaemin dalam hitungan detik. Pergerakannya sama sekali tidak terbaca. Jeno menahan kedua pergelangan tangan Jaemin di atas kepala lelaki cantik itu; hidungnya mengendus pipi serta rahang Jaemin.

"L-lepaskan! Sebenarnya siapa kau?!" ya, Jaemin harus mengetahui jati diri lelaki berhidung mancung di hadapannya. Ia tidak ingin mati penasaran dan terus memikirkan hal sialan ini setiap hari!

Jaemin yakin bahwa lelaki yang sedang mengendusi pipi serta rahangnya ini adalah sosok yang selalu mengamati pergerakannya setiap hari! Jaemin yakin itu. Meskipun ia tahu bahwa ini hanya mimpi, namun Jaemin memiliki feeling jika lelaki di hadapannya nyata. Tidak hanya sosok yang menghantuinya di dalam mimpi mengerikan.

Jeno mengecup sudut bibir Jaemin sebelum menarik diri. Namun belum mau melepaskan pergelangan tangan si manis. Wajah mereka berhadapan; saling menatap satu sama lain. Menyelami iris yang memiliki warna berbeda. Cokelat tua untuk Jaemin, dan merah untuk Jeno.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, jadi berhentilah merengek," bisik Jeno pelan, ia tertawa ketika merasakan bahwa Jaemin memberontak. Tapi itu bukan masalah besar karena tenaga Jeno berkali-kali lebih besar. "Mhm, haruskah aku memberitahumu siapa namaku, manis?"

Rahang Jaemin mengeras; ia membenturkan belakang kepala pada dinding, merasa kesal karena tidak bisa melepaskan diri. "Ya, dan jangan memanggilku manis!"

"Tapi kau memang manis." lidah Jeno terjulur; menjilat pipi Jaemin dan mendesah pelan, "kau manis."

"Menjijikan!"

"Sudah berani melawan ya hm? Padahal di pertemuan pertama kita kau terlihat ketakutan, bahkan menangis."

Jaemin menggertakan gigi. Sosok di hadapannya benar-benar menyebalkan! Ia yakin bahwa lelaki tampan itu adalah tersangka yang sering sekali meninggalkan ruam merah serta cairan lengket pada perutnya! Mahluk cabul yang menyentuh Jaemin ketika ia sedang tidur.

"Namaku Jeno, Lee Jeno. Kau bisa mengingat itu untuk mendesahkan namaku nanti." tanpa menunggu lama Jeno menempelkan bibirnya di atas bibir Jaemin; menekan dan melumat benda kenyal itu secara perlahan. Ingin merasakan seberapa manisnya Jaemin lebih jauh.

"Mmh!" Jaemin berusaha menggerakan kepala; namun Jeno mencengkram rahangnya. Kedua tangannya masih di tahan di atas kepala. Bibir Jeno mulai bergerak semakin liar; mencoba menelusup ke dalam gigi Jaemin yang terkatup rapat.

Limitless《Nomin》✔Where stories live. Discover now