Chapter 22

26.9K 3K 96
                                    

Selamat membaca

======❤️❤️❤️======

AUTHOR POV

"Sial, gue pusing banget" adalah kalimat yang keluar dari pikiran Zeva sejak tadi pagi, meskipun pada kenyataannya dia tidak pusing sama sekali. Dia hanya sedikit mendramatisir dirinya sendiri menghadapi pekerjaan yang akhir-akhir ini membuat dirinya hectic setengah mati.

Jam kantor sebenarnya sudah berakhir, namun masih ada beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini juga. Ponselnya bergetar, sebuah pesan muncul di notification bar.

From: Risya
Message: It's weekend, lets hang out!

Sebuah senyum langsung terukir di wajah Zeva. Cocok sekali. Dia memang membutuhkan sesuatu untuk bersenang-senang, dan gayung pun bersambut. Dengan cepat dia membalaskan "Let's go!" kepada sahabatnya itu.

Beberapa hari yang lalu dia memberi tahu Risya tentang seorang laki-laki yang mengajaknya untuk berkomitmen ke jenjang pernikahan. Respon Risya pertama kali adalah tertawa kecil, bahkan perempuan itu awalnya menganggap Zeva bergurau saja, namun ternyata Zeva benar-benar diajak menikah oleh seseorang.

Risya sendiri kaget setengah mati mendengar kabar itu. Untuk saat ini, hanya kepada Risya lah Zeva bisa menceritakan apa yang terjadi pada hidupnya. Dia mencurahkan semua perasaan, keluh kesah sekaligus ketakutannya kepada Risya, dan bersyukurlah dia karena Risya merupakan pendengar yang baik sekaligus sabar, dan tak lupa juga sahabatnya itu memberikan ocehan yang tersirat petuah-petuah di dalamnya.

"Girang amat kaya abis dapet cashback mapuluh persen bu?" Suara seorang laki-laki mengagetkan Zeva. Dia mendongak dan mendapati Ibrahim—salah satu rekan kerjanya, tiba-tiba muncul di sebelah kubikelnya.

"Ngagetin aja saudara Ibrahim ini," kata Zeva.

"Nggak ada niat ngagetin, Zev."

Ibrahim ini adalah salah satu pegawai baru di sini, baru dua minggu kerja di Mandala Architeam. Kalau dibiliang dekat, mereka berdua memang cukup dekat sebagai teman sekaligus rekan kerja.

"Mau balik lo?" Tanya Ibrahim.

"Iya bi, mau having fun nih," Zeva tersenyum sekilas kepada Ibrahim yang sehari-hari dipanggil Ibi ini. Perempuan itu melanjutkan memberesi mejanya.

"Yah gue nggak pernah diajak having fun sama lo," Ibi kini menyender di dinding kubikel sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Pandangannya masih tak lepas kepada Zeva yang masih terlihat sibuk memberesi meja.

"Yuk having fun," kata Zeva.

"Hah serius lo?" Ibi malah kaget sendiri.

"Hahahaha not today, ya maybe next week sounds good. Ajak temen-temen yang lain sekalian lah semoga pada bisa ikutan biar rame. Kalo makin rame kan makin seru." Terakhir, Zeva memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Zeva sudah mau beranjak dari kursinya namun dia mengurungkan niatnya. Dia kembali duduk sembari menatap Ibi yang kini ekspresi wajahnya yang terlihat kecewa.

"Ey kenapa bi?" Tanya Zeva.

"Gapapa, lo mau jalan ama cowo lo ya?"

"Haha nggak, gue ada janji sama temen aja."

"Cowo?"

"Ceweee, kenapa? Lo mau gabung? Tapi jadi member geng rumpi mau lo? Kita kalo having fun bahas teori konspirasi." Keduanya malah terdiam beberapa detik saling tatap lalu Zeva melanjutkan, "Emang kenapa sih bii?"

Interlockingحيث تعيش القصص. اكتشف الآن