Hyunjin tidak bisa menampik satu fakta itu, dia amat rindu.

Felix mendekat satu langkah. Keduanya saling memandang dengan tatapan bergetar. Untuk sekali, satu kali saja, Hyunjin ingin melupakan hal-hal buruk yang terjadi tempo lalu.

"Apa kau baik-baik saja?"

Itu yang Hyunjin tanyakan pertama kali. Suaranya terdengar ragu-ragu tapi lebih ke arah khawatir. Mungkin sebagai bentuk lain sapaan darinya. Felix menaikkan alisnya sejenak, tidak menangkap maksud Hyunjin. "Tentu. Kenapa?"

Hyunjin menghela napas. Hatinya menghangat. "Aku minta maaf dengan apa saja yang telah terjadi. Maksudku... aku nyaris berbuat yang tidak seharusnya padamu. Aku hampir melakukan hal yang nantinya akan kau sesali," lelaki itu berpikir sedikit, menimbang-nimbang. "Aku harap kau bisa memaafkanku dan melupakan-"

"Tidak akan."

"Eh..."

Felix menancapkan pandangannya pada rumput-rumput yang tumbuh hijau. Dia menolak untuk menatap netra Hyunjin. Ada senyum tipis di wajahnya, samar sekali. "Tidak akan ada lagi hal-hal darimu yang ingin kulupakan."

Jantung Hyunjin memalu dengan keras.

Kini mereka di sini, di satu sudut pagar bonsai di halaman belakang yang Hyunjin temukan secara acak sembari menggandeng paksa tangan gadis yang sedari tadi bersamanya

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Kini mereka di sini, di satu sudut pagar bonsai di halaman belakang yang Hyunjin temukan secara acak sembari menggandeng paksa tangan gadis yang sedari tadi bersamanya. Dia sendiri tidak mengerti perihal dirinya yang langsung menangkap lengan Felix dan memaksanya pergi sehabis jawaban Felix mengudara. Situasi ini cukup sepi untuk ukuran kebun yang harusnya selalu diawasi tukang kebun- atau benar saja tempat mereka adalah sudut paling minim penjagaan? Entah. Tapi lagi-lagi Hyunjin beraksi tanpa berpikir dulu. Apa yang terjadi, sih? Dia terlambat menyadari. Dan decihannya menggambarkan segala keterlambatan itu.

Sedangkan Felix masih syok atas perlakuan yang baru saja diterimanya. Belum lagi pikirannya terjernihkan, ia hampir terpekik kala Hyunjin mendorongnya hingga menyandari pagar bonsai sembari membekap mulutnya. Keterkejutan gadis itu makin bertambah ketika menyadari betapa sempitnya jarak mereka.

"Astaga. Baru juga aku berpikir tidak ada tukang kebun atau pengawal di sini. Sial." Hyunjin berbisik menggerutu.

Adakah seseorang yang bisa memberitahu Felix soal keadaan ini? Dan memangnya kenapa jika ada pengawal yang melihat mereka?

Detik berikutnya, Hyunjin melepaskan dekapannya.

"Apa-apaan kau ini?!" Felix murka bersamaan wajahnya yang merah padam. Jantungnya berdetak dengan velositas cepat. Sebelah telapak tangannya menggantung di depan dada, tapi maniknya menusuk Hyunjin.

"Tadi ada penjaga yang lewat. Untung saja bonsai ini tinggi. Ada gunanya juga aku mengukurnya waktu itu."

"Maksudku bukan itu!" Felix menelan kembali volumenya yang nyaris meledak. "Maksudku... lihat! Kita di sini sekarang. Kau membawaku tanpa alasan ke tempat seperti ini hanya berdua. Mencurigakan."

LIMERENCE; hyunjin ft. felix || hyunlixKde žijí příběhy. Začni objevovat