"Apa?" tanya Farand kebingungan.

"Ambil ini. Kau coba dulu. Aku mau melihatmu memakai ini," jawab Keira tersenyum lebar sambil menyerahkan rok Skotlandia itu pada Farand.

"Apa maksudmu? Kau mengerjaiku?" tanya Farand mengerutkan kening.

"Tidak. Oh, ayolah. Sekali saja. Aku mau melihatmu," desak Keira.

Farand menggeleng. "Tidak. Aku tidak mau."

"Lihat! Mereka memakai itu. Kenapa kau tidak mau?" tanya Keira menunjuk pengamen-pengamen yang sedang bernyanyi disana yang menggunakan rok Skotlandia itu.

"Itu mereka, Sayang. Bukan aku," sahut Farand memutar bolamatanya.

Keira mengerutkan kening. Apa? Tadi Farand bilang apa? Mungkin saja Keira salah dengar. Ya, Keira, kau salah dengar, ucap Keira dalam hati.

Keira hanya diam. Segera Farand mengambil rok itu dan menaruh di tempat asal. Farand menatap Keira yang daritadi terdiam. Ia melambaikan tangannya di depan wajah Keira. "Hei, kau melamun?"

Keira mengerjap. "Ah, tidak. Farand, apa kau lapar?"

"Kenapa memangnya?" tanya balik Farand.

"Aku lapar," sahut Keira menyengir.

"Jadi, kau mau makan apa?"

"Sesuatu yang enak, pastinya. Tidak ribet juga."

Farand mengedarkan pandangnya. Lalu pandangannya berhenti di suatu tempat. Langsung saja ia menarik tangan Keira menuju tempat itu.

"Hei, kita mau kemana?" tanya Keira menurut saja saat ditarik.

Mereka berhenti di sebuah lapak penjual makanan. Keira mundur dan mendongakkan kepalanya. Ia menyipitkan mata dan membaca tulisan di atas. "Fisn n' Chips?"

"Ya. Kau pernah mencoba itu?" tanya Farand.

Keira menggeleng. "Tidak. Tidak pernah. Bagaimana rasanya?"

"Nanti kau akan mencobanya," jawab Farand tersenyum. Ia berbicara pad si penjual sambil mengangkat telunjuk dan jari tengahnya. Mereka menunggu pesanan sambil berbicara.

"Bagaimana kau bisa menemukanku yang ada di taman?" tanya Keira.

"Hmm mudah saja. Kau menyukai taman dan bunga yang indah. Aku langsung menuju Princes Street Garden untuk menemukanmu. Dan ya, kau ada disana," jawab Farand.

"Bagaimana kau tahu jika aku menyukai bunga dan taman?"

"Mudah sekali. Tiap hari kau selalu berada di taman. Kau berbicara dengan bunga-bunga disana. Lalu kau tersenyum. Kau menyukai taman dan bunga, Keira. Orang-orang yang memperhatikanmu juga pasti bisa melihat jika kau menyukai itu."

Keira memiringkan kepalanya. "Kau memperhatikanku?"

Farand terdiam sejenak. Ia mengangkat bahu. Pesanan mereka sudah selesai. Farand membayar dan mengambil dua makanan yang dibalut kertas itu. Diberikannya satu pada Keira.

"Kita ke taman?" usul Farand.

Keira mengangguk. Mereka berjalan menuju taman yang terdekat sambil berbicara dan kadang tertawa. Tak lama kemudian, mereka tiba di taman dan menduduki kursi panjang.

"Cobalah," kata Farand.

Keira menggigit ujung Fish n' Chips. "Hmm... enak. Gurih." Keira kembali memakai makanannya.

Farand ikut memakan. Ia tersenyum melihat Keira melahap makanan dengan cepat. "Kau sangat lapar?"

"Tentu saja. Di istana, jatah makananku dibatasi. Bagaimana aku bisa kenyang?"

Farand menggeleng pelan. Mereka selesai makan. Farand terdiam melihat langit jingga yang merah dan sangat indah. "Lihatlah," katanya menunjuk langit.

Keira mengikuti arah pandang Farand dan tersenyum. "Indah sekali."

"Seperti kau," gumam Farand.

"Apa?" Keira menoleh. Ia tidak terlalu mendengar tadi.

"Oh, tidak. Tidak ada," jawab Farand dengan cepat. Farand memandang langit lagi. "Kau tahu, aku sangat menyukai langit senja. Kebanyakan lukisanku melukiskan langit senja. Terkadang bersama siluet orang dan lainnya."

Keira menganggukkan kepalanya. "Bisakah kau melukisku?" tanya Keira.

Farand menoleh. "Melukismu?" ulang Farand dan Keira segera mengangguk. "Untuk apa?"

"Hanya sebagai pajangan di kamarku saja," jawab Keira mengangkat bahunya. "Bisa tidak?"

"Hmm... sepertinya tidak. Sekarang ini, aku banyak pekerjaan," jawab Farand.

Keira mengerucutkan bibir. "Hah, sok sibuk. Baiklah. Baiklah. Lain kali aku akan memintamu melukisku."

Farand tersenyum. Mereka kembali menatap langit jingga dan terdiam selama beberapa menit. Saat Farand akan menoleh pada Keira untuk melihat kenapa Keira hanya diam sedaritadi, kepala Keira terkulai ke bahu Farand. Sejenak, Farand terdiam dan kebingungan. Ia memajukan kepala dan melihat Keira yang tertidur di bahunya.

Farand tersenyum lagi. Segera ia rangkul dan mengusap pelan bahu Keira. Ia tidak akan melupakan hari ini. Di bawah langit senja Edinburgh yang indah, dengan Keira yang bersandar di bahunya.

*

Be a PrincessWhere stories live. Discover now