*Dengar nak, dia adalah tunanganku. Aku mencoba untuk percaya jika kau adalah keponakannya.

"Lepaskan aku Ahjussi!" Saehee memberontak setelah Delancy luput dari pandangan mereka.

"Sandiwaramu sangat bagus, sayang." puji Jungkook meski tangannya yang terayun kasar menuruni pundak Saehee.

"Sandiwara? Aku hanya mencoba lolos agar diriku tidak ikut terpojok. Bisa-bisanya kau mengajakku menikah, sementara kau sudah punya tunangan. Dasar brengsek." hardik Saehee.

"Tunangan kepalamu! Dia hanya kekasihku." jawab Jungkook.

Sedangkan Saehee merotasi bola matanya malas, "Intinya kan sama saja, Ahjussi! Kau sudah membohongi kekasihmu sendiri. Kenapa kau tidak mengajaknya saja untuk menikah? Bukankan dia terlihat cantik? Dia sangat dewasa dan matang. Kenapa kau malah memilih bersandiwara denganku soal pernikahan? Kenap-"

"Aku tidak mencintainya." kalimat Jungkook mendadak memotong ucapan Saehee. Seolah ingin mengungkapkan bahwa apa yang baru saja Saehee lontarkan adalah salah.

Saehee termangu, menelan salivanya secara tiba-tiba pun tak membuat aksi kaget yang terlalu jelas. Tetapi Saehee akui di dalam hati, setidaknya pernyataan Jungkook terdengar menenangkan jiwanya, entah kenapa. "A-apa?"

"Jika tidak mencintainya kenapa kau berusaha menenangkannya? Kenapa tidak kau akhiri saja hubungan dengannya, dan mengatakan bahwa aku adalah," Saehee mendadak tertegun, seolah lupa kodrat. Mengapa ia jadi begitu percaya diri ingin mengatakan jika dirinya adalah calon istri seorang Jeon Jungkook?

"Kalau kau apa? Kau adalah calon istriku?" Jungkook melepaskan tawa, "Memangnya dirimu tidak keberatan? Kalau memang tidak, aku akan mencegat Delancy sekarang untuk mengakhiri semuanya." tantang Jungkook berlagak ingin turun dari balkon.

Sementara Saehee lekas mencegatnya, tetapi Jungkook yang paham jika Saehee akan menahan pergelangan tangannya malah mendorong Saehee ke kaca balkon dan mengunci pergerakannya, "Kau tidak terima, kan?" Jungkook menunggingkan senyuman miring, apalagi melihat wajah kaget Saehee. "Biarkan aku yang mengatur semuanya, sayang. Sekarang apa kau tidak berpikir untuk pergi ke sekolah?"

Sempat termangu memandangi wajah Jungkook teramat dekat, Saehee jadi tercingangah ketika Jungkook malah mwngingatkannya soal sekolah.

Sial!

"Ini sudah jam berapa?!" Saehee terlonjak sebelum melepaskan diri dari kukungan Jungkook, membawa lari dirinya entah mau kemana.

"Kau mau mandi, ya?" tanya Jungkook sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Jelaslah! Aku harus ke sekolah!"

"Baju sekolahmu dimana?"

"Kau bodoh ya Ahjussi? Tentu saja di lemariku!"

Jungkook hampir saja ingin melepaskan tawa, tetapi dirinya masih ingin menahan, "Dan dimana lemarimu?"

Kerut di kening Saehee mendadak hadir, ingin menunjuk keberadaan lemarinya tetapi tidak tahu mau menunjuk kemana, hingga dirinya merutuki diri sendiri di dalam hati. Dasar bodoh, ini kan bukan apartemenku.

"Ayo, aku akan mengantarmu pulang. Aku tidak mau juga kalau kau ketinggalan pelajaran dan tidak lulus SMA." ajak Jungkook, menghadirkan presensi kebijaksanaan di tengah-tengah keadaan jiwa usilnya yang sedang terpatri. "Coba cek ponselmu, siapa tahu Hyera sudah menelfonmu berulang kali."

Mengiyakan asumsi Jungkook pun Saehee segera menurut dengan apa yang Jungkook instruksikan. Berjalan ke arah ranjang dan mengambil persegi pintar miliknya di atas nakas.

Dan ternyata, ya. Belasan panggilan tak terjawab dari sohibnya menghiasi laman notifikasi ponsel, juga beberapa pesan dari Guanlin dan beberapanya lagi dari teman-teman yang lain.

17 Misscall by Hwang Hyera. 06.20
[Hyera]_Jangan pulang ke apartemen, kumohon. 06.20
[Guanlin]_Aku menunggumu di atap sekolah. 06.10
[12-A]_
Yura: Besok malam ada penyambutan. 05.00
Jihoon: Jangan lupa sekalian dengan promnight. 05.01
Yura: Jangan lupa cari pasa... Read more

Sebenarnya Saehee penasaran dengan keseluruhan isi pesan temannya, tetapi pesan Hyera lebih menantang untuk diketahui. Mengapa temannya itu tiba-tiba melarang dirinya untuk pulang ke apartemen?

🍁

__________________

To be Continue...

-

-

-

"Kumohon bereskan semua kekacauan ini, Park Jimin!"

"Tubuhku sakit semua, lukaku masih belum sembuh dan bagaimana caranya aku membereskan kamarmu jika kau masih berbaring dalam keadaan telanjang begitu di sana?"

Y A D O N GWhere stories live. Discover now