chapter 3: A really big problem

55 1 0
                                    

Baru saja Kim beranjak menuju kamar mandi ketika Fred memanggilnya. Malas-malasan Kim menghampiri pria itu.

"Duduk." Perintah Fred. Telunjuk kirinya menunjuk kasur walaupun ia tidak menghentikan kegiatan membongkar lemarinya.

Walaupun masih gondok pada pria itu, tapi Kim menuruti perintah Fred. Gadis itu duduk di ujung ranjang. Kemudian Fred menghampirinya dengan membawa kotak p3k. Kedua alis Kim terangkat melihatnya.

Kekaguman Kim berhenti sampai di sana saat Fred dengan begonya menyodorkan kotak p3k itu pada Kim. "Bisa pake sendiri kan? Cepet obatin sebelum infeksi."

Mulut Kim menganga tak percaya. Udah? Gitu aja? Bayang-bayang Fred yang ganteng, seksi, dan gentle pun luntur begitu saja. Bukannya Kim mengharapkan lebih, tapi sejujurnya ia emang sempat mengira bahwa Fred akan mengobati lukanya. Oke, mungkin dia memang kePDan.

"Obatin kek. Udah tadi pas jalan gak dibantuin, sekarang disuruh ngobatin sendiri." Gerutu Kim pelan saat Fred berjalan menjauh darinya. Dia jadi agak tersinggung.

Ups. Sepertinya Kim menggerutu terlalu kencang, karena sekarang Fred kembali lagi ke arahnya. Kemudian pria itu duduk di samping Kim.

"Kemarikan kakimu." Saat tak dapat reaksi apapun dari Kim, Fred menarik kaki kiri Kim dengan pelan dan menaruhnya di atas pahanya.

Kim meringis dan mengaduh berkali-kali selama Fred mengobati lututnya. Tapi harus Kim akui, Fred memperlakukannya sangat hati-hati dan teliti seakan kulit Kim seperti kulit bayi. Walaupun begitu, sikap dingin dan cueknya tetap menempel lekat pada diri pria itu. Satu hal pertama yang membuat Kim penasaran padanya.

"Kau berasal dari mana?" Tanya Kim, memecah keheningan. Kedua matanya menatap lututnya yang sudah bersih karena sudah diobati. Kulitnya yang mengelupas sehingga memamerkan sedikit isi kulit itu dan memar di sana membuat Kim membrengut. Lututnya jadi tidak semulus dulu.

Agak lama Fred terdiam karena terlalu serius mengobati lutut Kim. "Amerika."

Kim mendongak. "Apa orangtuaku juga ada di sana?"

"Aku tak tahu. Mereka hanya menugaskanku untuk mengurus beberapa hal di sini."

"Beberapa hal?" Kening Kim berkerut.

"Ya. Seperti sekarang. Mengurus seorang gadis manja." Jawab Fred sarkastis.

Kim mendengus sambil mencoba menarik kakinya dari paha Fred. "You know what? Kamu gak perlu melakukan ini kalau memang tidak ikhlas. Aku masih bisa menjaga diri. Tell it to my dad. I'm not a child anymore. I don't need a bodyguard to protect me."

Fred tak membiarkan Kim menarik kakinya. Pria itu tetap bersikeras mengobati luka pada lutut Kim. "Ide bagus. Kenapa tidak kamu saja yang bilang pada Mr. Lanner? Aku yakin kamu akan suka jawabannya."

Kim hanya memutar bola matanya.

"Aaw!"

"Terlalu ketat ya?" Kening Fred berkerut lucu. Terdapat gurat kekhawatiran dalam raut wajahnya.

Kim mengangguk sambil meringis. Kemudian bibirnya mengerucut. "Ini sungguh menyebalkan. Lututku jadi tidak semulus dulu. Aku harus perawatan extra untuk membuat lututku mulus kembali nanti."

"Kau tak membutuhkan kulit yang mulus..." ucap Fred menggantung.

Kim terdiam, menunggu kelanjutan omongan Fred barusan, namun ternyata Fred tidak melanjutkannya.

Setelah selesai, Fred langsung pergi begitu saja. "Cepat mandi. Setelah ini kita akan langsung pergi lagi. Kau hanya punya waktu sepuluh menit untuk mandi."

Lanner's SecretWhere stories live. Discover now