Part 1

1.4K 91 13
                                    

Iris lebih suka menghabiskan hari-harinya di bengkel mobil milik teman baiknya-Harry Styles.

Setelah jadwal kuliah padat serta magang di sebuah sekolah dasar sebagai guru seni yang membuatnya pusing bukan kepalang, Iris memutuskan ia butuh sesuatu yang menyenangkan. Yang bisa membangkitkan semangatnya.

Ada 2 faktor mengapa Iris menyukai tempat ini sejak pertama kali ia kesini. 1) Disini ia bisa menghabiskan sisa waktunya yang tak seberapa bersama Harry; 2) Iris sangat suka melihat Harry bekerja.

Sebenarnya, bengkel mobil ini adalah milik ayah Harry. Ayah Harry-Mr. Des Styles-adalah orang yang menyenangkan, setidaknya begitu menurut Iris. Ayah Harry juga adalah orang yang sangat jago dan mengerti tentang mesin.

Beberapa tahun belakangan ini, ayahnya sudah jarang ada di bengkel. Paling-paling hanya ada Harry, Jamie, dan Arthur saja. Jamie dan Arthur hanya bekerja pada hari kerja, jadi terkadang Harry hanya bekerja sendirian di hari Sabtu-Minggu begini.

Hari itu Sabtu. Iris memiliki satu kelas terakhirnya dalam minggu itu, yang berakhir kira-kira dua jam lalu. Begitu kelasnya selesai, Iris langsung melesat dari kampus kesini, supaya bisa menemani Harry karena cowok itu bekerja sendirian di bengkel.

Sebenarnya, Iris tidak benar-benar membantu. Ia hanya duduk-duduk, memperhatikan Harry bekerja, sambil sesekali membawakan makanan atau minuman yang dibelinya di perjalanan saat menuju kesini.

Harry tampaknya oke-oke saja kalau Iris menemaninya. Cowok itu malah terlihat cukup senang. Kadang Harry berhenti beberapa menit untuk beristirahat dan menemani Iris mengobrol, barulah melanjutkan pekerjaannya lagi.

Iris sedang membolak-balik buku yang ia pinjam dari perpustakaan saat tahu-tahu Harry sudah berdiri di hadapannya dengan senyum mengembang. Ia mengenakan baju montir berwarna oranye yang terkena bercak oli. Wajah dan tangannya kotor, tetapi entah bagaimana senyumnya tetap terlihat manis.

"Maaf, ya, kalau kau bosan," kata Harry seraya duduk di samping Iris. Harry mengambil buku tentang hukum yang Iris pegang dengan tangan kirinya yang tidak terkena banyak noda. "Buku-buku hukum?" tanyanya.

Iris mengangguk. "Membosankan."

"Yah, setidaknya ada hal lain yang lebih membosankan daripada tiduran di bawah mobil sembari mencari komponen-komponen yang rusak," Harry mengangkat bahu, membuat Iris tertawa. "Ayo, Iris. 3 bulan lagi kau lulus!"

"Yay, hore," gerutu Iris sarkatis. "Tidak membantu."

Harry tertawa. "3 bulan lagi, Iris," kata Harry sekali lagi. "Bukan waktu yang lama. Lagipula, skripsimu sudah rampung, kan? Nah, tidak ada masalah."

Harry benar. 3 bulan lagi memang bukan waktu yang lama, tetapi sehabis Iris lulus, apa yang akan dilakukannya? Melamar kerja di perusahaan, bekerja sebagai pegawai dan yang lainnya? Iris serta merta bisa membayangkan betapa membosankan-nya semua itu.

Harry mempunyai hidup yang jauh lebih mengasyikkan daripada hidup Iris. Setidaknya walaupun Harry tidak terlalu berada juga, Harry melakukan pekerjaan yang merupakan hobinya. Sedangkan Iris? Iris bahkan tidak tahu apa hobinya.

"Harry," panggil Iris. "Aku bosan."

Mata hijau Harry menatapnya. "Something Great?"

"Something Great," Iris menyeringai.

"Baiklah," kata Harry kemudian. Harry bangkit dari duduknya, kemudian menatap Iris sebentar. "Aku mandi dan ganti baju dulu, oke?"

Iris tersenyum. "Pastikan kau tidak bau oli, Styles."

***

Harry menyukai Something Great.

Something Great adalah nama payah yang mereka berikan untuk jalan-jalan santai di siang hari ataupun malam hari yang cerah. Biasanya mereka jalan-jalan ke taman-taman di penjuru kota London yang menurut mereka menarik.

Slightly InfiniteWhere stories live. Discover now