Terbongkar

12.6K 924 90
                                    

.

💕💕💕

Athar kembali ke mobilnya. Ia pun melaju menuju ke rumah sakit. Masa cutinya tinggal dua hari lagi, hari ini dan besok. Tak ingin ia sia-siakan begitu saja, terlebih istri pertamanya sudah mulai sadar.

Perasaan rindu membuncah di dalam hatinya, ingin segera bertemu dan menyapa Syahila. Jalanan tidak begitu macet seperti biasanya, mungkin keadaan saat ini berpihak padanya.

Rasa tak sabar membuatnya sedikit menginjak gas lebih dalam lagi, sehingga kecepatan mobil yang ia kemudikan pun menjadi agak ngebut. Ia ingin cepat sampai di rumah sakit.

Wajahnya yang berseri membayangkan hidupnya akan bahagia seperti dulu. Bersama dengan Syahila, masa-masa di mana saat mereka baru pertama kali menikah. Bulan madu ke beberapa kota.

Tiba-tiba seorang wanita tua hendak menyebrang jalan. Athar terkejut bukan main, karena mobil yang ia kemudikan tersebut lajunya terlalu cepat, ia menginjak rem dan membanting stir ke arah kanan.

Brak!

Mobil Athar menabrak pembatas jalan, ia pun pingsan seketika. Terlihat darah segar mengalir keluar dari pelipisnya. Warga yang berada di sekitar langsung berkerumun. Asap mengepul dari bagian depan kap mobil. Bau bensin menguar ke udara.

***

Di tempat lain. Hari ini adalah hari yang amat sibuk untuk Thifa. Ada ratusan santriwati baru yang mendaftar ulang. Ia dan beberapa rekan lainnya yang biasanya hanya mengajar di dalam kelas, kini ikut membantu untuk memberikan arahan dan pengenalan tentang sistem pembelajaran yang akan diterima oleh pata santriwati.

Pondok pesantren putra dan putri terpisah. Ada gerbang besar yang menjadi pemisahnya. Ustadz boleh mengajar di pondok putri, tetapi tidak sebaliknya.

Thifa kini sedang berdiri di depan aula, di hadapannya para santriwati baru duduk mendengarkan arahan. Ada beberapa peraturan yang harus dijalani, juga beberapa larangan untuk tidak membawa benda-benda tertentu. Semisal handpone, dan bacaan seperti komik atau novel yang berisi tentang percintaan. Selebihnya novel islami diperbolehkan.

Peraturan umumnya adalah, para santriwati diwajibkan datang ke mesjid sebelum adzan. Kalau datang saat adzan masih diberi kompensasi. Namun, apabila terlambat akan ada sanksi yang harus diterima.

Setiap hari senin dan kamis disunnahkan untuk berpuasa. Dapur tempat mengantri makan akan dibuka sejak pukul tiga pagi. Dan untuk yang tidak berpuasa akan dibuka pukul enamnya.

Sore hari setiap senin dan kamis juga diadakan muhadhoroh. Belajar berpidato dengan tiga bahasa, Indonesia, Arab dan Inggris.

Hari libur bukan hari ahad, melainkan hari Jumat. Jadi, seandainya ada santri yang hendak dijenguk oleh orang tuanya, harus dibilang jauh-jauh hari, kalau liburnya hari jumat.

Penggunaan bahasa sehari-hari adalah bahasa Arab dan Inggris. Dilarang memakai bahasa daerah. Akan kena sanksi dan dicatat.

"Nah, kurang lebih itu peraturan yang ada di dalam pondok ini. Tapi adik-adik jangan khawatir, akan ada kakak pembimbing di tiap kamar kalian." Thifa tersenyum.

"Mungkin ada yang mau ditanyakan?" tanya Thifa lagi.

Semuanya hening. Tiba-tiba ia melihat dari kejauhan seorang gadis yang ia kenal sedang berlari ke arahnya. Wajahnya cemas.

"Mbak, Mbak Thifa, Mas Athar, Mbak." Suara gadis itu bergetar saat berada di depannya.

"Sebentar ya adik-adik."

"Ono opo tow?" tanya Thifa berbisik.

"Mas Athar kecelakaan, Mbak!" ucapnya lirih.

"Apa?"

PETAKA DUA ISTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang