Extra Part - Semua dipertaruhkan

Mulai dari awal
                                    

Meski berkata demikian, sesungguhnya hati kecil Yudhistira bimbang karena kata-katanya bertentangan dengan kegemarannya bermain dadu.

Sangkuni tahu apa yang sebenarnya bergolak di dalam hati Yudhistira karena ia telah mendengar tentang sumpah kesatria itu. Itulah kelemahan Yudhistira.

Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Sangkuni. Ia berkata, "Apa salahnya permainan ini? Sebenarnya, jika sungguh-sungguh dipikirkan, pertempuran itu sebenarnya apa? Apa pula gunanya berbincang-bincang tentang ajaran-ajaran Weda dengan para guru ahli kitab suci? Dalam kenyataannya kita tahu, orang pintar selalu menang melawan orang bodoh. Dalam kenyataannya, orang yang lebih pandai selalu menang dalam segala hal. Semua ini hasil ujian kekuatan atau kepandaian. Dalam kehidupan manusia, yang ahli selalu mengalahkan yang baru mulai belajar. Demikian pula dalam hal bermain dadu. Kalau memang takut kalah jangan ikut main. Jangan mencari-cari alasan dengan mengemukakan basa-basi tentang ajaran moral dan budi pekerti."

Yudhistira menjawab, "Baiklah, siapa yang akan main melawan aku?"

Duryudhana langsung menjawab, "Aku ingin memenangkan semua taruhanmu, semua harta kekayaan dan kerajaanmu. Paman Sangkuni akan mengocok dadu dan bermain atas namaku."

Semula Yudhistira telah memperhitungkan bahwa dia pasti bisa menang melawan Duryudhana. Tetapi, melawan Sangkuni lain soal. Sangkuni termasyhur sebagai pemain dadu yang ulung namun tidak malu-malu menggunakan segala cara, kalau perlu cara-cara licik, untuk memenangkan permainan. Karena itu Yudhistira berkata,

"Menurutku itu menyalahi adat. Sungguh tidak lazim seseorang bermain atas nama orang lain."

Sakuni menjawab sambil mengejek, "Aku tahu, engkau hanya mencari-cari alasan."

Wajah Yudhistira memerah. Sambil menahan marah ia menjawab, "Baiklah, aku akan main."

Ruangan bermain dadu itu penuh sesak. Tampak di antara yang menonton adalah Drona, Kripa, Bisma, Widura dan Raja Dretarastra. Mereka membayangkan betapa buruknya akibat yang bisa ditimbulkan oleh permainan judi, tetapi mereka tak mampu mencegah. Itu sebabnya mereka duduk dengan gelisah. Para pangeran dan bangsawan menyaksikan permainan itu dengan penuh minat dan semangat.

Mula-mula mereka bertaruh uang, sesudah itu bertaruh emas permata. Disusul kereta dan kuda-kudanya. Yudhistira selalu kalah. Sejak permainan pertama dia belum pernah menang. Kemudian Yudhistiramempertaruhkan semua pengawal dan pelayannya, lalu gajah-gajah dan pasukan berkudanya. Semua yang ia pertaruhkan habis. Setiap kali Sangkuni mengocok dan melemparkan dadu, dadu itu selalu memunculkan angka sesuai kemauannya.

Yudhistira kemudian mempertaruhkan semua desa di wilayah kerajaannya, lengkap dengan penduduknya, sawah dan ladangnya, dan segala macam ternaknya. Semuanya habis dikalahkan Sangkuni. Akhirnya Sangkuni bertanya,

"Apakah masih ada yang bisa kau jadikan taruhan?"

Yudhistira menjawab, "Aku pertaruhkan Nakula, saudaraku yang tampan dan berkulit bersih. Ia adalah salah satu hartaku yang paling berharga."

Sangkuni bertanya, "Kau tidak menyesal? Kami akan senang sekali memenangkan taruhan itu."

Sambil berkata demikian ia melemparkan dadu. Ketika berhenti berputar, dadu itu memunculkan angka yang dikehendakinya. Hadirin bingung melihat itu.

Yudhistira berkata, "Ini saudaraku yang lain, Sahdewa. Ia seorang seniman yang punya pengetahuan mendalam tentang berbagai macam seni. Aku tahu, sebenarnya aku tidak boleh mempertaruhkan dia. Tetapi ...ayo, kita teruskan permainan."

Sambil melemparkan dadu, Sangkuni berkata, "Baiklah, kita teruskan permainan, dan ... lihat aku menang."

Yudhistira menyerahkan Sahdewa yang ia pertaruhkan. Khawatir kalau-kalau Yudhistira memutuskan untuk berhenti bermain, dengan licik Sangkuni memancing-mancing, "Bima dan Arjuna adalah saudara-saudara kandungmu. Kalian terlahir dari satu ibu. Kau tidak akan mempertaruhkan mereka, bukan?"

Kisah Tokoh Tokoh MAHABHARATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang