"Sampai jumpa lagi ya!"
Liana melambai pelan bersamaan dengan deruan taksi yang ditumpangi sahabatnya.
Kakinya melangkah pelan melewati daerah kampus yang mulai sepi. Ia memutuskan untuk mampir sebentar ke toko buku sebelum pulang.
.
Temenung di hadapan rak buku best seller, Liana membuka dompetnya dan menghela napas kecil. Akhirnya ia hanya mengambil sebuah buku saja.
Saat hendak membayar buku itu, pandangan Liana tak sengaja mengarah seorang pria di rak buku aliran musik.
"Adriel?"
Yang dipanggil menoleh sebentar, lalu melanjutkan melihat-lihat buku di sana.
Karena kesal tidak disahut, Liana datang sendiri menghampirinya.
"Aku tak tahu kau tertarik pada musik," ucap Liana untuk membuka obrolan.
"Kau siapa?"
Liana cengo. Masa iya makhluk ini lupa? Meskipun mereka belum bertemu lagi sejak awal masuk kuliah, tapi tetap saja keterlaluan.
"Li- a- na. Demi Tuhan, kita selalu sekelas sejak SD sampai SMA."
"Oh."
Liana memutar bola matanya. Untung saja dia sudah kebal dengan sikap Adriel yang satu ini.
"Kau akan datang ke Festival Musik kampus kita?" tanya Liana
"Aku akan tampil di sana."
"Eeeh? Yang benar?"
"Begitulah."
"Wah, sepertinya akan ada pria populer baru." Liana menepuk punggung Adriel bercanda.
"Aku tidak akan jadi populer, Bodoh."
"Kenapa tidak?"
"Berhenti bertanya. Kau menyebalkan."
Liana mendengus. Tanpa Adriel menjawab pun, sepertinya ia sudah tahu kenapa. Makhluk ini terlalu menyebalkan untuk jadi populer.
.
"PAGI LIANAAA!"
"Pagi juga, Desya. Bersemangat seperti biasanya, ya."
"Tentu saja! Setelah kelas nanti aku mau mampir ke ruang klub musik. Kau ikut?"
"Memangnya ada apa di sana?"
"Ish kau ini. Aku mau lihat Alden latihan. Festival Musik kan sebentar lagi."
"Ah ya, Alden pacarmu itu," goda Liana. Desya menyikut perut Liana karena malu.
"Jadi, ikut atau tidak?"
"Oke. Aku ikut."
"Nah, itu baru sahabatku!"
.
Klub musik, ya...
.
Suara drum, bass, dan keyboard terdengar saat Liana dan Desya mendekati ruang klub musik.
"Hai semuanya!" sapa Desya.
Musik berhenti. Sang vokalis lalu turun dari panggung kecilnya.
"Desya? Tumben kau mampir. Liana juga."
"Aku kan juga ingin menyemangatimu," seru Desya sambil meletakkan sekantung minuman botol. Yang langsung diambil dan dibagikan oleh Alden.
"Aku kemari menemani anak ini saja, katanya ingin melihatmu," ucap Liana. Desya menyegir tanpa dosa. Sementara Alden menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
JE LEEST
The Other Side Of You
TienerfictieAdriel yang Liana tahu adalah seorang pria yang pendiam, tidak populer, dan sulit bergaul. Penampilannya standar, seperti pria kebanyakan. Meskipun begitu, Liana ingin mengenalnya lebih jauh lagi.