Part 5

781 149 12
                                    

Shinta memejamkan matanya sejenak teringat dengan model yg dilihatnya sedang berpose. Entah kenapa membuat kepercayaan diri Shinta muncul sedikit demi sedikit. Perlahan-lahan matanya terbuka dan memandang Rama yang menganggukan kepalanya. Shinta menarik napas membuang semua rasa resah dan cemasnya. Dengan sedikit kaku, ia melihat ke arah kamera. Matanya fokus pada benda berlensa itu. Tangannya terangkat menyentuh kepalanya. Dengan pandangan dingin. Photografer segera mengabadikannya. Tidak setegang tadi Shinta mulai menikmatinya. Berbagai pose di perlihatkan olehnya. Ia hanya melakukan sesuai naluri.

Rama terpana dengan Shinta yang cepat menguasai diri. Pak Daniel di sebelahnya tersenyum penuh bangga. Ia tidak salah menerka jika gadis itu mempunyai bakat terpendam. Melihat Shinta yang sudah berganti gaya sesuai dengan keinginannya. Gadis muda itu memang cantik sebenarnya hanya tinggal dipoles saja. Meskipun wajahnya jutek. Ia masih banyak belajar untuk menjadi seorang model walaupun bukan model yang profesional.

Setelah selesai, Shinta menatap bingung pada semua orang yang tersenyum bangga padanya. Pak Daniel menepuk tangan saking bangga. Shinta langsung berjalan menuju dimana Rama berada. Ia memandangi pria tersebut.

"Om," ucapnya pelan.

Rama tersenyum memenangkannya. "Tadi bagus," ucapnya.

"Nah, Shinta gimana tadi? Pengalaman pertama yang luar biasa kan? Kamu suka?" Tangan Shinta begitu dingin. Ia hanya tersenyum kaku. "Mau lihat hasilnya?" tanya Pak Daniel begitu excited.

Shinta lagi-lagi menatap majikannya, meminta persetujuan. Rama mengerti pasti Shinta ingin melihat hasilnya. "Kita lihat," tanyanya. Mereka melihat semua hasilnya. Shinta terkagum-kagum sendiri. Tidak percaya bahwa yang ada di foto tersebut adalah dirinya. Ia tidak menyangka sama sekali. Shinta begitu bahagia karena tidak mengecewakan.

"Hasilnya memang bagus kan," puji Pak Daniel. "Kamu cocok untuk jadi model." Shinta mengangguk dengan senang. Tapi tidak dengan Rama, entah kenapa perasaannya tidak suka jika Shinta menjadi model.

Pak Daniel membawa mereka  keruangan lain. Rama dan Pak Daniel sedang mengobrol lebih lanjut mengenai Shinta. Rama menolak untuk membiarkan pengasuhnya menjadi seorang model. Ia menyesal karena bersikap seolah meniyakan di awalnya. Shinta tidak bisa berkata-kata, bingung harus bagaimana. Ia memang ingin mencoba tapi ada rasa takut menderanya.

"Ini bayaranmu untuk hari ini." Pak Daniel memberikannya uang sejumlah lima ratus ribu untuk sekali pemotretan. Shinta terperangah dengan hasilnya, tidak percaya. "Ambillah," Pak Daniel menyodorkan uang tersebut.

Shinta mengambilnya dan menatap uang-uang itu. "Satu kali pemotretan hasilnya segini. Banyak juga," pikirnya.

"Akan bertambah lagi kalau kamu mau masuk agensi kami, Shinta. Kamu tanya aja berapa Om mu dapat untuk satu pemotretan."

"Lebih dari ini?" tanya Shinta dengan tampang polos.

"Tentu," ucap Pak Daniel tertawa. "Tawaran kami masih berlaku untukmu, bagaimana?"

"Shinta nggak bisa, Pak." Akhirnya Rama buka suara.

"Lho, kenapa Rama? Kamu tau sendiri kan hasilnya tadi?" Pak Daniel tidak habis pikir kenapa Rama yang menolak.

"Shinta.. karena dia punya kesibukan lain. Jadi saya rasa nggak bisa."

"Apa kuliah? Tentang aja kalau itu, kami bisa menjadwalkan sesuai jam kuliah Shinta."

Rama sudah kehabisan alasan. Shinta melihat raut wajah Rama yang bingung segera berkata. "Maaf, Pak. Kayaknya memang Shinta butuh waktu untuk menerima tawaran ini." Ia melirik Rama.

"Oh, begitu.. ya sudah. Kalau memang kamu mau, kamu bisa hubungi Bapak ke nomor ini." Pak Daniel memberikan kartu namanya. "Saya tunggu."

Selama perjalanan pulang baik Shinta dan Rama tidak bersuara sedikit pun. Sibuk dengan pemikiran masing-masing. Mereka akan menjemput Juna di sekolahnya. Juna sudah ada di depan sekolah di temani gurunya. Rama membukakan pintu belakang mobil untuknya. Di dalam mobil Juna merasa ada yang aneh. Biasanya ayahnya dan Shinta berantem tapi ini tidak.

Cinta Ramasaka (GOOGLE PLAY BOOK)Where stories live. Discover now