Part 4

815 160 10
                                    

Di dalam mobil Shinta cemberut karena akhirnya ia masuk ke permainan Rama dan Mira. Mengatakan jika ia dan Rama telah menikah. Bukan apa-apa, kebohongan itu membebaninya. Menikah dengan pria yang usianya dua kali lipat dengannya.

Mira memang spontan mengatakan itu. Tapi jika Shinta tidak ikut berbohong pasti akan terjadi pertengkaran. Ia masih bingung, kenapa Mira mengatakan seperti itu.

Ada apa dengan Rama dan Mira?

Rama meliriknya sesekali. "Kamu kenapa diam aja?"

"Emangnya aku harus ngomong apalagi?" sahutnya ketus.

"Soal tadi, nggak tahu kenapa itu terjadi. Mira spontan bilang gitu karena takut suaminya cemburu. Dan aku nggak mau itu terjadi. Diantara kami nggak ada apa-apa, hanya masa lalu." Ucapannya terdengar pelan di akhir kalimat. Shinta memasang telinga, sayangnya tidak cukup untuk menangkap ucapan tersebut. Ia mendesah, kenapa tidak kedengaran.

"Syukurlah, suaminya Kak Mira percaya." Ia tidak mau membahasnya kembali. Namun hatinya masih jengkel.

Rama mengerutkan keningnya, "kenapa manggil Mira Kakak sedangkan aku Om?" tanya tidak suka.

"Kak Mira masih muda kalau Om kan," ia menutup mulutnya tidak melanjutkan karena menyadari salah bicara.

"Jadi kamu mau bilang aku tua?" tanyanya meninggi.

"Bu.. bukan gitu.. Om.." Shinta gagap. Juna mah tertawa mendengarnya. Ayahnya tidak mau disebut tua. Dari segi penampilan memang tidak terlihat usianya sudah 36 tahun. Tapi Shinta tahu usia sebenarnya Rama.

Rama berdecak, "udah cukup!" ucapnya kesal. Shinta menunduk, ia merasa bersalah. Bagaimana kalau ia di pecat? Shinta menjadi harap-harap cemas.

Setibanya di rumah, Rama membanting pintu mobil. Shinta terkejut tapi tidak dengan Juna yang menanggapinya dengan tawaan. Gadis itu masuk ke rumah dengan penuh rasa khawatir. Rama langsung ke dapur untuk minum, sekali teguk habis. Ia mendelik ke arah Shinta. Seolah sedang menatap musuhnya. Rama lalu masuk ke kamarnya dan membanting pintu. Hampir Shinta jantungan. Kenapa sikap Rama seperti anak kecil yang ngambek.

"Juna, Papamu marah ya?" tanya Shinta hati-hati. Juna malah menaikan bahunya. "Kamu jangan ketawa terus!" omelnya. "Nggak di mobil, nggak sekarang di rumah."

Sejak saat itu hubungan Shinta dan Rama agak merenggang. Entah kenapa Rama sangat sebal saat dikatakan tua oleh Shinta. Masih banyak yang suka dengannya. Wanita-wanita mengantri untuk jadi kekasihnya. Kenapa Shinta gadis kecil itu mengatakannya tua, Rama tidak habis pikir. Padahal kenyataannya memang seperti itu. Rama tidak mau mengakuinya.

***

Hari senin, saat Juna sekolah dan ada les disekolahnya. Sehingga pulang terlambat. Shinta di telepon Rama untuk membawakan pakaian untuk ada pemotretan. Ia lupa membawa jas yang sudah disiapkan semalam. Jika pulang lagi akan membuang-buang waktu. Jadi Rama menyuruh Shinta untuk menggunakan ojek online menuju tempatnya. Gadis itu memang tidak ada kerjaan selama Juna pulang sore.

Ia mengerjakan apa yang kata Rama katakan. Membawa jas dan pakaian lainnya untuk pemotretan dengan ojek online. Amanat Rama yaitu 'Jangan sampe terlipat jasnya'. Dan selama di perjalanan Shinta harus menenggakan tangannya agar jas yang dilapisi plastik itu tidak terlipat. Ia sampai kerepotan di jalan. Dalam hati menggerutu pun percuma Rama tidak akan mengerti pengorbanannya.

Di studio Shinta mencari Rama atau orang untuk menanyakan keberadaan majikannya itu. Namun langkahnya terhenti saat melihat sebuah ruangan seorang model perempuan tengah berpose dengan anggunnya. Ia terpana melihatnya sampai lupa jas Rama masih berada di tangannya. Shinta ikut tersenyum tersaat model itu tersenyum. Sepertinya menyenangkan menjadi model, pikirnya. Hanya berpose selesai, ia mendapatkan uang.

Cinta Ramasaka (GOOGLE PLAY BOOK)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon