11. Bisa Menerima Apa Adanya

10 8 20
                                    

"Hai. Kamu Haya, kan?" sapa seorang pria berpenampilan necis ala kantoran seperti Prem. Pria itu duduk di seberang meja di pantry saat jam makan siang.

"Iya, Pak. Benar. Ada apa?" Haya menghentikan acara makannya.

"Kenalkan, aku Zeeshan sepupu Prem." Zeeshan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Haya. Dari sini Haya menilai Zeeshan tipikal orang yang tidak suka berbasa-basi. Sedangkan Zeeshan berpikir untuk tidak berbasa-basi karena menilai Haya gadis polos yang tidak memiliki kewaspadaan.

"Iya, kenapa?" tanya Haya lagi setelah bersalaman dengan pria berciri khas timur-tengah bertuksedo.

"Aku hanya ingin berteman denganmu." Perkataan Zeeshan membuat merasa dejavu. Dia jadi ingat pria bernama Anedy yang dia temui beberapa waktu lalu.

"Kenapa kamu diam? Apa kamu takut padaku?" Haya menggeleng.

"Tidak, Pak," sahut Haya dengan nada rendah karena ragu."

"Lalu kenapa kamu tidak mau berteman denganku?" tanya Zeeshan lagi dengan senyum lebar.

"Bukan begitu, Pak. Saya tidak menolak untuk menjadi teman."

"Lalu kenapa kamu masih memanggil aku dengan sebutan pak?"

"Saya ngerasa nggak sopan kalau manggil nama saja. Apalagi Pak Zeeshan itu lebih tua dari saya. Nggak enak jadinya.''

"Tidak usah merasa sungkan apalagi sampai tegang. Kalau kamu merasa tidak biasa memanggil nama saya secara langsung, kamu bisa tambahkan 'bang'. Jadi Bang Zeeshan,'' ujar Zeeshan dengan nada jenaka dan raut wajah bersahabat.

Meskipun tidak Haya pungkiri, selain pakaiannya Zeeshan memiliki gesture wajah keras dan akan membuat siapapun segan jika melihatnya sedang diam tanpa senyuman. Tidak disangka, pemilik rahang keras dan muka garang itu sepertinya berbanding terbalik dengan kelihatannya.

Berbeda dengan Prem yang kaku dan pendiam. Zeeshan suka bergurau dan ceria. Pria itu hampir saja membuat Haya lupa bahwa jam istirahat akan berakhir.

*****

Ferinda

[Telpon gue sekarang... ]



Haya

[Ada apa?]

Haya

[Maaf, Fe. Udah malem aku nggak enak sama Bos kalau kedengeran. Ngomong aja lewat chat. ]

Ferinda

[Kenapa lo nggak mau ketemuan sama gue? Lagian ntar gue kok yang nyamperin lo. Lo naksir Bos lo yah? Haya, gue yakin Bos lo itu nggak ada perasaan apa-apa sama lo. Gue yakin dia baik sama lo tuh karena kasihan.]

Haya :

[Nggak kamu kasih tahu pun aku juga udah tahu diri, Fe. Lagian aku juga udah bilang sama kamu kalau selera Bos aku tuh tinggi. Artis dan model aja nggak mempan. Aku nunggu gajian Fe. Biar kita ntar bisa makan-makan di Mcdonald kayak anak hits gitu. ]

Ferinda

[Nggak usah bohong deh lo. Ini nih masih tanggal muda. Belum sampai pertengahan bulan. Nggak mungkin pengeluaran lo sampai bikin gaji lo habis. Lo nggak nge-kost dan lo juga nggak perlu mikirin biaya makan sehari-hari. Kalau Bukan lo takut Bos lo naksir gue karena suka dia, terus kenapa?]

Haya

[Okey, deh. Aku jujur aja. Minggu ini mau keluar sama Irfan. Jadi kita lain waktu okey? Emang kamu doang yang pengen deket gebetan? Aku juga pengen deket sama gebetan.]

Truthfully Love (On Going)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora