"Hei!" ucap seseorang mengagetkannya. Tubuh Shinta sampai tersentak. Ia menoleh sambil memelototi ke arah Rama. "Kenapa malah diam disini? Aku udah tungguin dari tadi. Ayo, cepat!" di tariknya tangan Shinta agar mengikutinya ke sebuah ruangan. "Mana Jasnya?"

Gadis itu cemberut sambil memberikan jas tersebut. "Ini!" sedikit membentaknya.

"Awas kalau kusut," ancam Rama. Shinta mencebikkan bibirnya. Ia duduk di ruangan itu. Rama mengenakan jasnya lalu di make up.

"Udah tuir begitu emangnya masih laku jadi model? Emang sih ganteng. Duh, kenapa aku jadi plin-plan begini sih!" Ia menggetok kepalanya sendiri. Penampilan Rama berubah total saat selesai di make up dan di tata rambutnya, terlihat lebih muda.

"Kurang keras, lebih baik ke tembok biar kerasa." Celetukan Rama membuat kepala Shinta berasap. Semenjak ia mengatakan tua, Rama menjadi sensi terhadapnya.

"Apaan sih!" Shinta memalingkan wajahnya.

"Mas Rama, langsung ke studio ya."

"Oke, Mbak Gea." Rama bersikap ramah. Shinta berdecak melihatnya. "Shinta, kamu ikut. Ngapain di sini, nanti ada yang nyulik."

Di dalam studio bernuansa putih. Rama langsung menunjukan bakatnya di depan kamera. Dengan pose yang manly, dengan tatapan serius. Shinta terpesona dengan Rama tidak menyangka akan seperti itu di depan kamera. Ia meneliti setiap inci wajah Rama, bibirnya melengkung.

"Bagus Rama!" teriak seseorang ternyata photografernya. Rama buru-buru melihat hasilnya di laptop. Hasilnya sangat memuaskan. "Ganti pakaian lain ya."

"Lha? Cuma segitu aja? Aku jauh-jauh dari rumah cuma dipake sebentar?" ingin rasanya teriak di tengah ruangan itu. Bagaimana pengorbanannya agar jas itu tidak terlipat dan hanya begitu saja? Dadanya bergemuruh dan menatap tajam pada Rama. Saat kakinya maju, seseorang menarik kaosnya dari belakang. "Eh, siapa yang narik ini," ucapnya. Ia menoleh ternyata ada seorang pria paruh baya yang menatapnya penuh arti. Dari bawah sampai atas. "Kenapa narik-narik kaos aku, Pak?"

Bukannya menjawab orang itu malah tersenyum. "Rasanya dia pantes untuk jadi model. Wajahnya yang jutek tapi berkarisma," ucapnya dalam hati. "Kamu mau jadi model?" tanyanya menawarkan.

"Apa?!" teriak Shinta terkejut. Semua orang lantas melihat padanya begitu juga Rama. Pria itu tahu bahwa yang sedang bicara dengan Shinta adalah orang yang mengajaknya dulu untuk menjadi model.

"Pak Daniel?" Rama dengan cepat menyapanya.

"Hai, Rama." Mereka berpelukan. "Udah lama nggak ketemu kita." Dari raut wajah Pak Daniel sangat senang. Rama hanya menerima tawaran pakaian yang sesuai dengan keinginannya. Tidak sembarangan mengambil pekerjaaan, ia tidak mau imej nya hancur karena salah menerima tawaran. Dulu Rama pernah masuk ke agensi Pak Daniel tapi ia keluar karena tidak mau  terikat kontrak.

"Gimana kabarnya Pak?" tanya Rama.

"Baik, kamu?" Pak Daniel berbalik tanya.

"Baik, Pak."

"Tadi Bapak lihat kok gadis ini cocok buat jadi model," ucapnya sambil memperhatikan Shinta.

"Model apa, Pak?" Rama menahan tawanya karena memikirkan model flora & fauna.

"Ya, yang sesuai usianya. Dia ini punya wajah yang jutek tapi bapak rasa kalau tersenyum dia pasti manis." Shinta terperangah sendiri. "Gimana kamu mau jadi model?" Pak Daniel menawarkan. "Dicoba dulu aja, nggak apa-apa."

Shinta masih bingung, ia menatap ke arah Rama. Seolah berkata bagaimana? Pria itu tertegun, memikirkan sesuatu. Apa Pak Daniel tidak salah memilih Shinta?

"Om," panggil Shinta pada Rama.

Pak Daniel terkejut, "jadi kalian saling kenal?"

"Eoh, dia ini keponakan saya, Pak." Rama berbohong tidak mungkin menjelaskan jika Shinta pengasuh anaknya. Ia malas menjelaskan apapun pada orang mengenai kehidupan pribadinya. Shinta dengan tampang polos memandangi Rama.

"Nah, bagus kalau begitu. Rama, Bapak minta keponakan kamu buat jadi model pakaian remaja ya. Tenang aja, untuk masalah yang lainnya sesuai dengan yang di inginkan. Dan juga kontraknya tentu saja." Masalah lainnya disini adalah gaji.

"Tapi Pak, keponakan saya ini nggak pernah belajar jadi model. Jadi..."

"Kamu aja dulu nggak kan. Semuanya perlu proses dan belajar. Kan ada kamu sebagai Om nya yang mengajari. Ya udah kamu ikut saya dulu," Pak Daniel menarik Shinta yang tidak tahu apa-apa. Rama hanya bisa pasrah. Ia tidak mungkin membiarkan semua ini terjadi. Shinta tetap jadi pengasuhnya bukan seorang model. Pria itu akan memberikan alasan demi alasan agar Pak Daniel tidak menjadikan Shinta sebagai seorang model. 

Shinta sangat kebingungan saat ia di suruh mengganti pakaian dan juga di make up. Rasanya ingin menangis namun ditahannya. Studio sudah ada beberapa orang menunggunya untuk berpose. Namun Shinta malah berdiri kaku di tengah ruangan itu. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan. Ia tidak mengenali orang di sekelilingnya itu membuat rasa takut semakin menjadi. Saat retina matanya menangkap sosok yang dikenalinya sedang menatapnya serius.

"Aku harus bagaimana?" tanya Shinta dalam hati dengan mata berkaca-kaca.

"Lakukanlah," jawab Rama dalam hatinya. Seolah mereka mempunyai ikatan batin.

 Seolah mereka mempunyai ikatan batin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hayooo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hayooo.. lho. Klo Shinta jadi model gmn coba??? Siapa yg mau jd pengasuh Juna?? 😁😁

Sorry typo & absurd

Thankyu 😘😘😘

Cinta Ramasaka (GOOGLE PLAY BOOK)Where stories live. Discover now