Richard benar-benar bahagia melihat Olie mendapat keluarga yang sangat menyayanginya. Meskipun mereka tidak terikat hubungan darah, tetapi ikatan kekeluargaannya begitu terasa. Hal yang langka ditemukan sekarang ini.

"Kalian pasti lelah, istirahatlah." Ayah Karen memerintahkan mereka semua beristirahat agar tenaga mereka pulih. Andri meminta izin untuk berbicara dengan ayah Karen guna membahas langkah selanjutnya.

Olie, Richard, Karen dan Sisil memasuki kamar masing-masing, melanjutkan tidur yang terganggu oleh ulah Alfon. Sisil sempat menginformasikan kepada ayah Karen bahwa Alfon beserta anak buahnya berhasil menemukan hotel tempat Olie dan Richard menginap. Beruntung mereka segera pergi dari sana dan Alfon belum berhasil melacak keberadaan Olie sekarang. Para staff hotel pun tidak tahu menahu perihal kepergian Olie, dan pihak keamanan mereka sudah mendapat informasi mengenai Alfon sehingga tidak mengizinkan Alfon untuk mengakses kamera CCTV hotel.

Sementara itu di villa, Olie dan Richard dapat melanjutkan tidur nyenyak mereka. Keduanya memasrahkan sepenuhnya keselamatan mereka kepada keluarga Karen, yakin bahwa keluarga itu bisa mengatasi Alfon seperti sebelumnya.

"Kamu lelah?" tanya Richard sambil mengelus pipi kanan Olie.

"Sedikit. Aku kasihan sama Karen, dia kelihatan capek banget ngurusin kita. Aku takut kesehatannya semakin buruk."

"Ya, aku juga sama. Kamu kasih tahu Karen supaya istirahat, juga jangan terlalu memikirkan Sisil. Aku yakin Sisil tulus membantu kita."

"Iya, Sayang," ucap Olie datar.

"Kamu cemburu? Hati dan pikiran aku hanya ada padamu, Sayang. Tidak ada sosok lain selain kamu dan buah hati kita. Aku mohon percayalah, jangan khawatir."

Olie beringsut, mendekatkan tubuhnya ke Richard. Richard memeluk istrinya erat, menciumi puncak kepalanya, memberikan ketenangan yang akhirnya membuat Olie terlelap. Tak lama, Richard pun ikut terlelap.

Pukul sepuluh pagi keduanya bangun dari tidur, itu pun karena perut mereka yang kelaparan. Setelah mandi dan merapikan diri, mereka keluar dan mendapati semua orang sedang berkumpul di ruang tamu.

Karen menghampiri Olie dan menyuruh mereka berdua sarapan. Olie dan Richard mengikuti Karen menuju ruang makan, ketiganya sarapan bersama.

"Gila, nafsu makan lu beneran nambah sejak hamil ya, Ol?"

Olie yang sedang mengunyah makanan hanya tersenyum sumringah. Dia bahagia melihat banyaknya hidangan di atas meja makan.

"Eh, gue gak lihat Sisil sama Andri. Ke mana mereka?" tanya Richard.

"Entah, mereka pergi sama papa sehabis sarapan. Tinggal gue sama mama di villa, selain penjaga sama asisten rumah tangga."

"Kayanya lu masih curiga sama Sisil," celetuk Olie.

"Sampai Alfon belum ketangkep dan bener-bener masuk penjara, gue bakal terus curiga sama dia."

"Jangan gitu, Ren. Rasa curiga lu cuma bikin pikiran lu terbebani dan akhirnya berpengaruh ke kesehatan lu. Gue nggak mau lihat lu sakit, Ren."

"Bodo, asal lu selamat, gue nggak menyesal kalau nantinya harus dirawat."

"Ren, jangan gitu dong. Lu cuma bikin gue merasa bersalah kalau kaya gitu. Lu nggak mikirin ponakan lu? Dia pengin tantenya sehat, kuat dan bisa gendong kalau sudah lahir nanti."

Karen memandang lekat Olie, lalu menunduk. "Lu bener, gue lupa di perut lu ada calon ponakan gue."

Olie berdiri dan duduk di kursi sebelah Karen, memeluknya. Olie paham betapa Karen sangat menyayanginya sampai-sampai rela berkorban nyawa demi Olie. Namun, Olie juga tak ingin Karen menderita karena terlalu memikirkan orang lain dan mengabaikan dirinya sendiri.

"Gue tahu lu sayang banget sama gue. Gue yang sebenarnya nggak layak mendapatkan kasih sayang itu karena gue bukan siapa-siapa lu. Gue sangat-sangat bersyukur ketemu temen, sahabat, kakak kaya lu. Gue nggak akan pernah mampu membalas semua ini."

"Lu nggak perlu balas semua ini. Cukup dengan lu bahagia, itu udah hadiah buat gue. Lu bukan cuma teman, sahabat, adek. Lu bagian dari hidup gue, kalau lu kenapa-kenapa, gue juga ikut ngerasain."

"Ehem-ehem ...."

"Apa lu?" bentak Karen.

Richard hanya tersenyum sambil mengangkat kedua tangan dan menggelengkan kepala.

"Galak banget dah tuh ibu tiri," gumam Richard.

Olie tersenyum melihat mereka berdua yang selalu ribut ketika berkumpul. Begitulah cara keduanya menunjukkan rasa sayang sebagai keluarga. Olie paham bahwa sebenarnya Karen menyayangi Richard seperti adik lelakinya, begitu pula sebaliknya. Hanya saja mereka masing-masing terlalu gengsi mengakuinya. Akan tetapi, itulah yang membuat persahabatan mereka bertiga unik.

Demi menyelamatkan diri dari amukan "ibu tiri", Richard memilih diam sambil menikmati sarapan paginya. Ya, sarapan pagi yang tenang dan ditemani oleh dua wanita yang masih berpelukkan di depannya.

Setelah selesai, tak lupa Richard membawa piring kotor ke dapur. "Nah, gitu ... abis makan cuci piring. Awas kalau nggak bersih, gue usir dari rumah."

"Iya-iya Ibu Tiriku yang galak ..." balas Richard sambil mengangkat piring dan membawanya ke dapur.

"Sini, Mas, biar bibi yang cuci."

"Jangan, Bi. Biar saya saja, nggak apa-apa kok."

Bibi berusaha menggeser Richard yang berdiri di depan tempat cucian piring, tetapi Richard memelototinya dan akhirnya bibi pun pergi, melakukan aktivitas yang lain.

Selai dengan cucian piring, Richard kembali ke kamar untuk mengambil handphone-nya dan ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak di kenal. Richard menelepon balik nomor tersebut dan yang mengangkat adalah Sisil. Ternyata handphone Sisil berhasil di-hack sehingga Alfon dapat mengetahui posisinya saat ini, dan hal itu sangatlah membahayakan. Andri yang mengetahui kejadian itu segera mematikan handphone-nya dan sambungan internetnya agar tidak terlacak oleh Alfon.

Segera Richard memberitahukan kabar terbaru soal Alfon kepada Karen via whatsapp. Hal itu dilakukan Richard agar tidak menimbulkan kekhawatiran pada Olie, tetapi Richard sesaat lupa akan kecurigaan Karen kepada Sisil. Alhasil, Karen semakin berprasangka buruk kepada Sisil, beranggapan bahwa Sisil bekerja sama dengan Alfon.

****
Makin gaje? Ya maap, idenya timbul tenggelam. Pokoknya mah nikmati aja deh ya, mau jadi apa nantinya ya semoga ada endingnya 😆
Komen kalau emang perlu, okaaaay ....
Happy reading!

Mas GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang